Siapa yang Memegang Kendali?

Hari ke-25 | 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Yakobus
Baca Pengantar Kitab Yakobus di sini

Siapa yang Memegang Kendali?

Baca: Yakobus 4:13-17

4:13 Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: “Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung”,

4:14 sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap.

4:15 Sebenarnya kamu harus berkata: “Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu.”

4:16 Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah.

4:17 Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa.

Siapa yang Memegang Kendali?

Beberapa tahun lalu, aku merencanakan perjalanan besar ke Amerika Utara yang agenda utamanya menelusuri beberapa jalur pendakian terkenal di wilayah itu. Aku membeli semua perlengkapan yang dibutuhkan—sebuah ransel yang kokoh, sebuah tenda yang bagus, dan juga buku-buku panduan untuk setiap jalur pendakian yang akan kutempuh. Menjelang perjalanan itu, pikiranku dipenuhi bayangan indah tentang alam bebas yang akan aku jumpai. Pada saat kuliah, fokusku tertuju pada layar komputer, mencari-cari perlengkapan terbaru untuk berkemah di situs web Amazon, atau membaca pengalaman para pendaki lain saat menempuh jalur pendakian yang sama.

Namun, dua bulan sebelum berangkat, sebuah kecelakaan saat berolahraga membuat rencanaku porak-poranda. Jaringan pengikat sendi lututku robek, memupuskan semua harapanku untuk menaklukkan rimba pendakian Amerika Utara. Semua imajinasi dan rencana yang sudah aku persiapkan selama enam bulan terakhir menjadi sia-sia. Aku benar-benar kecewa. Waktu yang aku lewatkan di Amerika Utara diwarnai kegetiran karena apa yang seharusnya bisa terjadi selama aku di sana tidak bisa terwujud.

Yakobus berbicara terus terang tentang betapa rapuhnya rencana dan kehidupan manusia di dunia ini. Sebuah kenyataan yang bertentangan dengan naluri kita. Seperti contoh yang diberikan Yakobus, kita kerap begitu sibuk membuat rencana-rencana untuk hidup kita sehingga kita bisa lupa melakukan perbuatan baik yang seharusnya kita lakukan (ayat 17). Parahnya lagi, kita bisa merasa rencana kita begitu hebatnya, seolah-olah kita adalah pengendali kehidupan ini. Sebaliknya, Yakobus menggambarkan hidup ini sama seperti uap—sebentar saja kelihatan lalu lenyap (ayat 14).

Gambaran ini mengingatkan bahwa kita sebenarnya tidak punya kendali atas hidup kita sebanyak yang kita bayangkan. Kita boleh membuat banyak rencana dan menata hidup kita menurut ambisi dan asumsi kita tentang kesuksesan, tetapi tak satu manusia pun yang bisa menjamin semua itu akan terwujud. Rencana yang paling pasti pun rentan buyar karena hidup ini memang rapuh. Lebih jauh, Yakobus mengingatkan kita bahwa Tuhan sendirilah yang memegang kendali penuh atas hidup kita. Kehendak-Nya atas hidup kita, itulah yang paling menentukan, lebih dari rencana apa pun yang kita pikirkan.

Menganggap diri bisa memegang kendali hidup bisa menggembungkan ego kita, membuat kita merasa tidak lagi membutuhkan apa-apa di luar diri kita. Yakobus menyebutnya congkak. Orang yang congkak tidak lagi memperhatikan kehendak Tuhan, tetapi hidup menurut apa yang menyenangkan hatinya.

Jelas, menurut Yakobus, ini bertentangan dengan cara hidup seorang pengikut Kristus. Iman yang sejati menghormati kehendak Tuhan yang berdaulat. Artinya, pertama-tama kita harus mengakui bahwa keberadaan kita ini bergantung pada Tuhan dan masa depan kita terutama ditentukan oleh kehendak-Nya. Ayat 15 juga menunjukkan bahwa itu berarti menempatkan rencana-rencana kita di kursi penumpang, dan membiarkan Tuhan yang mengarahkan kehidupan kita untuk melakukan apa yang Dia mau.

Ini tidak berarti kita harus berhenti membuat rencana. Yakobus memanggil kita untuk membuat rencana dengan dipandu oleh firman Tuhan. Menengok ke belakang, aku sendiri menyadari betapa aku sangat sedikit melibatkan Tuhan dalam merencanakan perjalananku. Bukannya hidup tunduk pada firman-Nya, aku menempatkan kehendakku di atas kehendak-Nya. Pengalaman ini menunjukkan kepadaku bahwa meski sudah dipersiapkan sebaik mungkin, rencana-rencana kita itu bisa gagal. Sebab itu, kita harus berupaya sungguh-sungguh untuk menjadikan Tuhan sebagai pusat dari semua rencana yang kita buat. —Andrew Koay, Australia

Handlettering oleh Robby Kurniawan
Photo Credit: Blake Wisz

Pertanyaan untuk direnungkan

1. Seberapa banyak kamu melibatkan Tuhan dalam rencana-rencanamu? Apakah kamu membuat rencana dengan mengingat hal-hal yang dikehendaki Tuhan?

2. Apa yang kita ketahui tentang panggilan Tuhan bagi para pengikut Kristus di dalam firman-Nya? Akankah kamu menjawab, “Ya Tuhan, aku bersedia”?

3. Jika tidak, apa yang menghalangimu untuk menjawab panggilan-Nya?

Bagikan jawaban atas perenunganmu ini di kolom komentar. Kiranya jawaban sobat muda dapat menjadi inspirasi dan berkat bagi orang lain.

Tentang Penulis:

Andrew Koay, Australia | Andrew meluangkan empat tahun waktunya untuk belajar Ilmu Sosial Politik dan Sosiologi dan segera setelah lulus dia berharap bekerja di McDonald’s. Namun, dia tahu bahwa pekerjaan yang sejati adalah bekerja demi Injil.

Baca 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Yakobus

Bagikan Konten Ini
6 replies
  1. Lina agustina
    Lina agustina says:

    Terus terang sy sering lupa melibatkan Tuhan dlm setiap rencana saya, tetapi saya selalu berserah pada kehendak Tuhan sehingga hampir selalu mengiyakan apapun yg Tuhan ijinkan utk sy alami..

  2. Rusni
    Rusni says:

    1. Seberapa banyak kamu melibatkan Tuhan dalam rencana-rencanamu? Apakah kamu membuat rencana dengan mengingat hal-hal yang dikehendaki Tuhan?
    Aku kadang bingung bagaimana aku melibatkan Tuhan dalam perencanaan-perencanaanku, bahkan jika aku merasa sudah melibatkan Tuhan tapi sebenarnya keinginan hatikulah yang masih mengusainya
    Aku ingin terus belajar melibatkan Tuhan dalam segala hal yang kurencanakan dan rencana yang sesuai kehendakNYA.

    2. Apa yang kita ketahui tentang panggilan Tuhan bagi para pengikut Kristus di dalam firman-Nya? Akankah kamu menjawab, “Ya Tuhan, aku bersedia”?
    Itulah yang masih menjadi pergumulanku. Aku dalam masa proses pemanggilan itu kalo boleh dibilang.
    Kadang aku merasa siap, tapi kadang juga aku merasa belum sama sekali siap.
    Aku ingin menyerahkan semuanya sama TUHAN. DIA yang memegang kendali untuk itu semua.

    3. Jika tidak, apa yang menghalangimu untuk menjawab panggilan-Nya?
    Entalah, mungkin imanku belum benar kuhidupi. Tapi aku mau dan masih mau belajar tentang Pribadi YESUS

  3. andien
    andien says:

    1. Sangat jarang,tp semenjak membaca sate 30hr yakobus sya melibatkan Tuhan dlam stiap rncana saya.
    2.saya masih blm mngerti ttg panggilan Tuhan,tp jika Tuhan memanggil saya. Sya akan menjawab ” ya Tuhan,aku bersedia”

  4. Frensia tanaga
    Frensia tanaga says:

    1. Seberapa banyak kamu melibatkan Tuhan dalam rencana-rencanamu? Apakah kamu membuat rencana dengan mengingat hal-hal yang dikehendaki Tuhan?
    Jujur saya sangat egois dan mengesampingkan Tuhan saya menyesal karena bnyak rencana yg saya atur tanpa Tuhan Yesus Kristus dan akhirnya gagal
    2. Apa yang kita ketahui tentang panggilan Tuhan bagi para pengikut Kristus di dalam firman-Nya? Akankah kamu menjawab, “Ya Tuhan, aku bersedia”?
    Ya Tuhan aku bersedia dan mau amin

    3. Jika tidak, apa yang menghalangimu untuk menjawab panggilan-Nya?
    Sikap egois saya dan merasa diri hebat ampuni aku Tuhan aku mau berubah amin

  5. jericholado
    jericholado says:

    untuk saat ini, saya mulai melibatkan tuhan dalam rencana rencana saya, bukan untuk saat ini saja, tapi melainkan untuk kedepanan,supaya saya tiba bimbang dalam mengambil keputusan, saya bersedia ya Tuhan, aku bersedia mengikuti apa yang kamu kehendaki Tuhan. Amin.

  6. ronaldtampubolon
    ronaldtampubolon says:

    1. sangat jarang, dimana hidupku masih banyak sikap egois.. kadang aku mengingat Tuhan jikalau aku sedang dalam pergumulan saja. tetapi pada saat aku bergembira aku lupa akan dia…
    2. ini yang belum bisa saya jawab karna aku belum merasa layak.
    3. karna aku merasa imanku belum kuat. sering aku masih merasa bimbang untuk melakukan sesuatu yang baik. oleh sebab itu aku ingin belajar lagi untuk mengenal Tuhan Yesus lebih dalam lagi..

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *