Seberapa Serius Perkataanmu?
Hari ke-28 | 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Yakobus
Baca Pengantar Kitab Yakobus di sini
Baca: Yakobus 5:12
5:12 Tetapi yang terutama, saudara-saudara, janganlah kamu bersumpah demi sorga maupun demi bumi atau demi sesuatu yang lain. Jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak, supaya kamu jangan kena hukuman.
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Beberapa tahun lalu, aku ikut melayani di Sekolah Minggu. Suatu hari, koordinator guru bertanya apakah aku bisa membantunya menuliskan lirik lagu anak-anak di karton manila untuk digunakan beberapa waktu mendatang. Aku segera mengiyakan tugas itu dan berjanji menyelesaikannya dalam beberapa minggu. Namun, aku tidak melakukannya.
Berbulan-bulan kemudian, guru itu menanyakan hasilnya. Aku benar-benar sudah lupa dengan pembicaraan kami (sampai-sampai aku menyangkal bahwa guru itu pernah memintaku melakukannya). Selama berhari-hari aku bersikeras bahwa guru itu keliru …. Hingga kemudian aku menemukan bahwa CD lagu, karton-karton manila, dan spidol-spidol yang tidak pernah digunakan ada di sudut kamarku.
Dengan malu aku mengembalikan semua barangnya, tugas itu tidak selesai, dan kredibilitasku tercoreng. Saat aku berkata “ya”, aku sungguh berniat mengerjakannya. Namun, kenyataan bahwa aku kemudian melupakannya, menunjukkan bahwa sebenarnya aku tidak memandang perkataanku itu sebagai sesuatu yang serius.
Aku yakin banyak di antara kita yang pernah asal bicara. Mungkin kamu setuju untuk mendoakan seorang teman, tetapi kemudian kamu melupakannya sama sekali.
Atau, kamu mungkin ada di pihak yang menerima janji, temanmu setuju menolongmu di sebuah acara gereja, tetapi mereka tidak muncul di menit-menit terakhir. Apakah kita sungguh-sungguh memikirkan apa yang kita ucapkan? Mungkinkah sebenarnya kita tidak berniat melakukan apa yang kita ucapkan?
Dalam bagian ini Yakobus mendesak para pembaca suratnya untuk selalu jujur dengan perkataan mereka. Ini adalah sebuah panggilan bagi setiap orang Kristen untuk hidup benar secara radikal. Kita harus jujur karena kita diciptakan dalam rupa dan gambar Tuhan. Tuhan selalu bersungguh-sungguh dengan apa yang dikatakan-Nya. Tidak ada perkataan kosong yang pernah Dia ucapkan, semua janji-Nya benar dan pasti ditepati (2 Korintus 1:20; Yesaya 55:11). Sebagai para saksi Tuhan, apakah kita mencerminkan Dia dalam hal ini?
Ataukah kita mendapati diri kita suka asal mengumbar janji, misalnya dengan berkata, “Sumpah, aku akan melakukannya!” supaya kita bisa mendapatkan kepercayaan orang? Di zaman Yakobus, sumpah kerap diucapkan untuk memastikan ucapan atau janji seseorang dapat dipercaya. Namun di sini, Yakobus menentang praktik yang demikian dan menyarankan bahwa hal tersebut hanya boleh dilakukan bila kita akan selalu menepati apa yang kita ucapkan.
Saat kita selalu menepati janji, orang akan memperhatikan dan mengakui integritas kita; mereka tahu bahwa mereka bisa memegang ucapan kita. Kepercayaan ini berharga dalam segala situasi, baik itu dalam bekerja, studi, atau dalam hubungan-hubungan kita. Sebagian orang juga bisa terkesan dengan sikap kita yang demikian jujur dan saat mereka bertanya mengapa kita bersikap demikian, dengan senang hati kita bisa mengarahkan mereka kepada Tuhan dan kebenaran Injil.
Sebagai para pengikut Kristus, mari kita memilih untuk hidup jujur. Baik itu dalam menjaga janji-janji kita atau memilih untuk mengatakan apa yang benar dalam segala situasi. Mari menghormati Tuhan setiap hari dengan berkata “ya” jika ya dan “tidak” jika tidak. —Charmain Sim, Malaysia
Handlettering oleh Mesulam Esther
Pertanyaan untuk direnungkan
1. Pernahkah kamu tidak mempercayai perkataan seseorang karena kamu tahu orang itu tidak pernah serius dengan perkataannya. Bagaimana sikapnya mempengaruhi pandanganmu tentang orang itu dan apa yang ia imani?
2. Apa yang kamu pelajari dari ayat ini tentang perkataanmu sendiri? Apa saja yang bisa kamu lakukan untuk menghormati Tuhan dengan perkataanmu?
Bagikan jawaban atas perenunganmu ini di kolom komentar. Kiranya jawaban sobat muda dapat menjadi inspirasi dan berkat bagi orang lain.
Tentang Penulis:
Charmain Sim, Malaysia | Charmain sekarang tinggal di Singapura, dan dia sedang belajar bahwa pemuridan yang sejati itu ditandai dengan kesetiaan dan ketaatan. Dia suka menulis karena inilah yang menolongnya menikmati pengalamannya, dan juga karena Tuhan telah memanggilnya untuk melakukan ini. Jika tidak sedang bermimpi kala malam, Charmain suka menyantap semangkuk es krim, menonton televisi, dan membaca buku.
1. pernah. krn saya tau temen saya orgnya cuma umbar janji. bahkan untuk diri sendiri juga tidak bisa diurus. apalagi untuk janji sama org lain.
2. monica masih banyak salah sama Tuhan Yesus. Monica janji akan ingat untuk saat teduh tiap hari, namun masih bolong2 kenyataannya. Maafkan aku Tuhan
jadinya dia aku ga ter lalu mempercayai.
mungkin hal yg sepele ini bisa jadi membuat org lain tdk mempercayaiku. aku pernah juga mengalami hal seperti ini
aku gk tau harus gmn. namun biarlah aku belajar untuk melakukan nya sesuai firman Tuhan dan berusaha untuk tdk mengumbar2 janji
1. Pernah.Melihat sifatnya tersebut saya menjadi tidak percaya lagi dengan apa yang dikatakannya. Sehingga saya juga tidak terlalu serius menanggapinya ketika ia membuat janji.
2. Saya merasa tertegur dengan firman Tuhan hari ini. Saya menyadari bahwa saya pun juga belum bisa menjadi orang yang berintergritas. Isi renungan hari ini juga hampir mirip dengan apa yang saya alami sekarang.
Beberapa waktu lalu, saya berjanji membuat artikel rohani untuk persekutuan saya. Tetapi karena saya sudah terlalu penat dengan kesibukan pekerjaan saya, hal ini membuat saya mulai kehilangan hasrat untuk menulis. Selain itu pikiran saya juga menjadi buntu untul menulis.
Seharusnya deadline penyerahan artikel itu adalah pada awal Maret. Tetapi samapi saat ini, saya belum menyelesaikannya walaupun saya sudah sempat menulis artikel tersebut sebelumnya.
Saya belajar bahwa saya harus menepati setiap janji saya, sekecil atau sepele apapun janji itu. Karena bagaimana kita bisa dipercayakan hal besar, bila kita belum bisa mengerjakan hal kecil seperti dalam perumpamaan hamba yang diberikan talenta oleh tuannya?
Dan mulai saat ini, saya akan berusaha segera menyelesaikan tulisan saya selagi saya masih memiliki kesempatan.
1.pernah.sikap beliau yg mmpengruhi pndngan sy ttg dia adalh mngingkari janjiny saat sy mulai mlkukan hal yg ingin kami lakukan bersama
2. dari sikap tmn sy tersebut sy jga boleh mngintrospeksi diri bhw sgt diprlukan integritas atas stiap ap yg kita janjikan trhdp org lain trlbih kpd Tuhan. sy jg pernah ingkar janji dan sy ditegur oleh Tuhan dan dididik oleh Nya agar memilki integritas atas hidup ini.
1. Pernahkah kamu tidak mempercayai perkataan seseorang karena kamu tahu orang itu tidak pernah serius dengan perkataannya. Bagaimana sikapnya mempengaruhi pandanganmu tentang orang itu dan apa yang ia imani?
Menurut saya, dia adalah orang yang suka menyepelekan sebuah janji yang dibuatnya dengan orang lain termasuk saya sendiri dan sulit untuk bisa dipercayai lagi semua janji2nya. Mungkin yang dia imani ketika dia berjanji, dia bisa lebih mudah dipercaya oleh orang tersebut. Akan tetapi itu bisa menjadi bumerang terhadap dirinya sendiri dan membuatnya tidak bisa dipercayakan apa2 lagi.
2. Apa yang kamu pelajari dari ayat ini tentang perkataanmu sendiri? Apa saja yang bisa kamu lakukan untuk menghormati Tuhan dengan perkataanmu?
Saya mempelajari bahwa kita sebagai orang percaya seharusnya bisa mempertanggungjawabkan semua perkataan/janji2 kita. Seperti firman Tuhan diatas, kita harus berkata “ya” jika ya dan “tidak” jika tidak. Dan yang bisa saya lakukan untuk menghormati Tuhan yaitu selalu minta hikmat untuk dapat melakukan/menepati seluruh janji yang saya katakan kepada orang lain dan tidak mengingkarinya supaya nama Tuhan dapat senantiasa dipermuliakan
Pernah,namun kadang kuingatkan lain waktu hrs sesuai apa yg dikatakan n janjinya. Saya akan belajar dr pengalaman n berdoa agar dikuatkan iman sy utk taat kpd-Nya..
1.saat ini aku sedang tidak percaya pada seseorang.dia berkata menyukaiku dan mau menjalani hubungan denganku,namun aku ngk percaya semudah itu kepadanya,karena ada sesuatu yang ganjil pada hatiku.dia adalah Teman sepelayananku.
tetapi aku mendoakannya
2.aku sangat di tegur melalui ayat ini,karena aku menjawab kepadanya belum ada kata Tidak dan Ya, karena menurutku ngk semudah itu kita menerima seseorang,saat ini aku sedang mengumulinya
1. Pernahkah kamu tidak mempercayai perkataan seseorang karena kamu tahu orang itu tidak pernah serius dengan perkataannya. Bagaimana sikapnya mempengaruhi pandanganmu tentang orang itu dan apa yang ia imani?
Dari sikap dan kebiaasaaan orang itu jika tidk baik ada peluang dia tdk serius dalam brkata
2. Apa yang kamu pelajari dari ayat ini tentang perkataanmu sendiri? Apa saja yang bisa kamu lakukan untuk menghormati Tuhan dengan perkataanmu?dari Ayat ini kita harus jujur dan jngan gampang mengucapkan Sumpah karna kita tidak berhak akan apapun di Dunia ini amin
Amen
1. Pernah, q sudah terbiasa dgn segala sikap teman yg sprt itu, tidak terlalu mempermasalahkannya, krn terkdg q pun di waktu tertentu sudah berjanji, namun krn ada hal yg lebih penting dr janji tersebut, q membatalkannya.
2. Perkataan, atau janji dihadapan TUHAN itu berbeda sprt kita berjanji dihadapan Manusia. TUHAN tahu isi hati kita, bagi q apa yg ada didlm hati itulah yg ingin sllu q perkatakan dihadapan TUHAN disaat dtg kehadirat-Nya.
GBu n fam
1. Pernah . Mungkin dia memang tipe orang mudah lupa akan yg diucapkannya..
2. Saya sangat tertegur membaca firman hari ini. Krna pergumulan saya 4 tahun terakhir adalah masalah “janji untuk berubah” yg sering saya ucapkan pada Tuhan dan diri sendiri. Namun sering kali seminggu atau paling lama sebulan bertahan untuk tidak melakukan sesuatu kebiasaan buruk saya tp ada sedikit saja godaan langsung mudah tergoda lagi. Hanya saya akan mencoba lagi, lagi dan lagi. Ntah sampai kapan, hanya saya berpengharapan penuh akan pertolongan Tuhan untuk memampukan saya menjadi pribadi yang bisa berjanji bukan sekadar di mulut tp dpt terealisasi dan terjagaa teruss.
Terimakasih untuk renungan hari ini…
Tuhan memberkati…
Menurutku, kita bisa belajar untuk menepati janji dari hal-hal yang sederhana, seperti datang ke suatu pertemuan tepat waktu. Dari hal itu kita bisa membiasakan diri untuk menjaga integritas. God bless!
1. Saya pernah tidak mempercayai perkataan seseorang karena saya memang tipe orang yang tidak mudah percaya, walaupun begitu ketika aku menghadapi orang yang seperti itu aku mengatakan supaya kedepannya bisa bertanggung jawab atas apa yang sudah dikatakannya dan buat keputusan yang sudah diambil
2.Belajar untuk menjadi seorang yang berintegritas dalam hal perkataan. Bukan hanya supaya mendapatkan pujian dari orang lain tapi karena kita mau menghormati Tuhan yang juga berintegritas dalam perkataan-Nya dan selalu menetapati setiap janjinya.
God bless
1. Karena seseorg yg sdh sy percaya trnyata dy tdk menepati janjinya..walaupun dy seorg Kristen sy yakin bahwa hubungannya dgn Tuhan Yesus blm sedekat yg sy bayangkan sblumnya..karena dy tdk mnghargai ciptaan Tuhanx sndiri.
2. Dari ayat ini sy bljar utk utk mempertanggungjwbkn stiap perkataan yg sdh sy ucapkan dan ini menjadi slh 1 pergumulan hdp sy..
Trimakasih share firman Tuhan pagi ini..
Gbu
Amin
2a/ tentang perkataanku sendiri:
Aku bertanggung jawab penuh atas kata² (lisan maupun tulisan) yang keluar dari mulutku dan hasil ketikan jariku. Artinya, aku harus mempertanggungjawabkan setiap kata di hadapan ALLAH kelak.
2b/ untuk menghormati TUHAN:
Pastikan perbendaharaan kata² kita yang sejalan dengan-NYA sangat banyak/banyak/cukup banyak/tidak sedikit dan…..bertambah/berkembang terus dari hari ke hari. Dengan demikian, saat mengeluarkan kata², apa yang tersedia di dalam diri dan hatiserta pikiran, itulah yang keluar. Sering dan tertatur membaca Firman, sering belajar (pemahaman Alkitab), sering mendengar khotbah, menyimpan (store) firman di kepala dengan cara memghafalkannya, bertambah dari hari ke hari, ditambah dengan kesanggupan dari ALLAH, akan membuat kita menghormati ALLAH.