Pilihan Kasih yang Berbahaya
Hari ke-12 | 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Yakobus
Baca Pengantar Kitab Yakobus di sini
Baca: Yakobus 2:8-11
2:8 Akan tetapi, jikalau kamu menjalankan hukum utama yang tertulis dalam Kitab Suci: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”, kamu berbuat baik.
2:9 Tetapi, jikalau kamu memandang muka, kamu berbuat dosa, dan oleh hukum itu menjadi nyata, bahwa kamu melakukan pelanggaran.
2:10 Sebab barangsiapa menuruti seluruh hukum itu, tetapi mengabaikan satu bagian dari padanya, ia bersalah terhadap seluruhnya.
2:11 Sebab Ia yang mengatakan: “Jangan berzinah”, Ia mengatakan juga: “Jangan membunuh”. Jadi jika kamu tidak berzinah tetapi membunuh, maka kamu menjadi pelanggar hukum juga.
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Tumbuh sebagai anak tengah, aku selalu merasa orang tuaku pilih kasih, mereka lebih sayang kepada kakak dan adik laki-lakiku. Aku tidak sebaik mereka dalam pelajaran dan dalam olahraga renang. Aku merasa sangat cemburu setiap kali orang tuaku memuji prestasi mereka dan memperbolehkan mereka memilih lebih dahulu makanan dan hadiah. Aku juga merasa diperlakukan tidak adil karena paling sering dimarahi dan paling jarang dimaafkan saat kami bertiga sama-sama melakukan kesalahan.
Meskipun mungkin aku telah salah menilai orangtuaku saat aku masih kecil, persepsi bahwa aku telah diperlakukan dengan tidak adil itu berdampak negatif terhadap kesehatan emosiku—rasa percaya diriku berkurang, aku sering merasa diri lebih rendah dibanding saudara-saudaraku dan tidak dicintai. Baru setelah mengenal Kristus sebagai seorang pemuda, perlahan aku mulai kembali percaya diri. Kebenaran Alkitab mengubah cara pandangku. Aku tahu bahwa Tuhan mencintaiku tanpa syarat.
Harus diakui, aku sendiri juga pernah bersikap pilih kasih. Di sekolah dan di tempat kerja, aku pernah memperlakukan teman-teman tertentu dengan lebih baik karena aku menyukai kepribadian mereka lebih dibandingkan teman lainnya. Pada saat itu, aku tidak memikirkan dampak tindakanku. Saat kita menjadi orang yang lebih dikasihi atau orang yang bersikap pilih kasih, kemungkinan besar kita merasa tidak ada yang salah dengan hal itu.
Namun, Yakobus mengingatkan kita bahwa sikap pilih kasih atau memandang muka itu bertentangan dengan hukum kerajaan Allah yang diajarkan Yesus untuk mengasihi sesama seperti diri kita sendiri. Ia bahkan menyebut sikap itu sebagai dosa, sama seperti membunuh atau berzinah yang merupakan pelanggaran terhadap seluruh hukum Allah (ayat 10).
Saat merenungkan kembali pengalaman-pengalamanku di masa lalu, aku menyadari bahwa sikap memandang muka itu berakar pada kurangnya kasih kita kepada sesama. Bukankah kurangnya kasih itu pada dasarnya merupakan akar dari segala macam dosa? Galatia 5:14 memberitahu kita, “Sebab seluruh hukum Taurat tercakup dalam satu firman ini, yaitu: ‘Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri!’”
Ketika memandang muka, kita tidak mempertimbangkan perasaan dari orang yang bersangkutan dan bagaimana dampak dari sikap kita itu kepadanya. Bukannya mengasihi, kita justru menyakiti mereka.
Selain merendahkan harga dirinya dan meninggalkan bekas luka di hatinya, sikap yang demikian itu juga menyangkali identitasnya sebagai anak yang sangat dikasihi Tuhan, serta membentuk karakter dan perilakunya secara negatif.
Dalam Alkitab, kita membaca kisah tentang sikap pilih kasih yang menimbulkan kemarahan dan pada akhirnya hasil yang tidak diharapkan. Sikap pilih kasih Sarah terhadap Ishak dan perlakuan buruknya terhadap Hagar dan puteranya, Ismael, mengakibatkan perpecahan dalam keluarga Abraham. Perlakuan Ishak yang membeda-bedakan kedua anaknya, Esau dan Yakub, membuat keduanya terpisah. Sikap pilih kasih Yakub terhadap Yusuf membuat kakak-kakak Yusuf marah dan menjual Yusuf sebagai budak.
Apakah kita juga memandang remeh dosa memandang muka atau pilih kasih ini? Apakah saat melakukannya, kita berpura-pura buta terhadap dosa tersembunyi ini, tidak menyadari konsekuensinya yang sangat merusak?
Mari memeriksa diri kita dan datang kepada Tuhan dengan segala kerendahan hati. Mari minta Dia menolong kita untuk memahami hukum-hukumnya dan untuk mengenali dosa yang tak kentara ini dalam kehidupan pribadi kita, supaya kita dapat menjalani hidup dengan iman yang autentik dengan kasih Kristus yang tulus bagi sesama kita. —Melvin Ho, Singapura
Handlettering oleh Tora Tobing
Pertanyaan untuk direnungkan
1. Di rumah, tempat kerja, gereja, atau lingkar sosial lainnya, apakah aku pernah menunjukkan sikap memandang muka dan memandang remeh dampak menyedihkan dari dosa ini?
2. Bagaimana aku bisa mengasihi orang yang lebih miskin dan bahkan musuh-musuhku—memberi mereka perlakuan yang sama tanpa memandang muka?
Bagikan jawaban atas perenunganmu ini di kolom komentar. Kiranya jawaban sobat muda dapat menjadi inspirasi dan berkat bagi orang lain.
Tentang Penulis:
Melvin Ho, Singapura | Meskipun bukan penulis ataupun pembaca yang rajin, Melvin suka menjelajahi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan orang tentang iman Kristen dan Alkitab, dan berusaha yang terbaik untuk menjawabnya. Namun, dia menyadari bahwa terkadang dia banyak berpikir hanya untuk kebaikan dirinya sendiri, dan dia perlu meluangkan waktu lebih banyak untuk mempraktikkan firman Tuhan. Di antara banyak target yang ingin dicapainya, dia sedang belajar untuk hidup saleh, merasa cukup, mengasihi orang lain tanpa pilih kasih, dan menempatkan kebutuhan mereka di atas kebutuhannya sendiri. Di waktu luangnya, Melvin suka berlari dan menonton film-film inspiratif. Dia juga berharap suatu hari nanti dia bisa melayani Tuhan sebagai seorang misionaris.
1 . Ya
2 . Dengan mengingat kembali bahwa Yesus mengasihiku terlebih dahulu.karena itu akuc harus mengasihi orang lain
1. Ya pastinya..
2. Dengan cara mengingat bahwa mereka juga ciptaan Allah, Allah juga mengasihi mereka, dan Penyelamatan dari Allah ke dunia juga untuk mereka (semua orang)
1. Iya pernah
2. Dgn menenangkan diri, n sadar bhw aku pun bukan siapa2, n semua yg ada padaku adalah kepunyaanNya. Dan menyadari bahwa setiap pekerjaan pny kesusahannya sendiri.
1. Pernah,di tempat kerja..krna kita memandang remeh seseorang ini mngakibatkan saya tidak percaya dengan apa yang di jelaskan beliau tentang suatu perkerjaan.
2. Terus berdoa.
1. Ya, pernah
2. Dengan menyadari bahwa aku adalah manusia berdosa yang hidupnya ditebus dengan harga yang Mahal oleh Allah. Kalau Allah tidak pilih kasih pada manusia, yang berdosa. maka aku juga tidak berhak pilih kasih terhadap sesama.
1. Seperti say sendiri yg dianggap remeh oleh org di sekekeling kecuali keluarga sy,
setiap org yg hadirkan ada maksud untuk kita. satu yang aku tahu aku tidak perlu di anggap baik, oleh org di sekitr yang perlu ku lakukan, aku melakukan terbaik dalam diriku.
2.Kesel sama org teman gereja ada, kesel teman sama kantor ada.
tetap mengasihi mereka ingt Yakobus pertama untuk menjalani Firman Tuhan harus jadi “Kesukaan”
1. Pernah
2. Karna Tuhan Yesus telah lebih dahulu mengasihiku saat aku berdosa
Terima kasih diatas perkongsian Firman Tuhan ini .Mengingatkan kita untuk belajar mengasihi tanpa memilih kasih terhadap status,rupa ,sikap dan kekayaan kerana Tuhan telah terlebih dahulu mengasihi kita. Amen
1. Ya
2. Dengan cara mengingat akan kasih Yesus Kristus kepada kita umatnya dan terus berdoa agar kita tetap saling mengasihi sesama kita
ya pernah. dengan mengingat kasih Kristus yg tanpa memandang sebagaimana tidak layaknya aku menerima kasih itu karena keberdosaan ku. tp Yesus tetap mengasihi ku seakan aku tak bercela
Mampukan aku Tuhan untuk menjadi pelaku kasih yang sesunguhnya dalam kehidupan setiap hari..Amin
1. Di rumah, tempat kerja, gereja, atau lingkar sosial lainnya, apakah aku pernah menunjukkan sikap memandang muka dan memandang remeh dampak menyedihkan dari dosa ini?
Pernah dan saya sekarng menyesal
2. Bagaimana aku bisa mengasihi orang yang lebih miskin dan bahkan musuh-musuhku—memberi mereka perlakuan yang sama tanpa memandang muka?
Dengan ingat bahwa kitapun belum sempurna dan ingat Kasih Allah Halelluya kita harus mengasihi amin
1. Ya pernah.. Dan saya menyesalinya..
2. Dengan mengingat bahwa Tuhan menciptakan semua manusia itu sama dan serupa denganNya.. Mencoba lebih ikhlas dan sabar menerima kekurangan dirisendiri dan orang lain apalagi orang yang membenci kita..
Percayalah dengan Penuh,Segala Sesuatu Sudah direncanakan Oleh Tuhan.Akan ada Disaat Yang Tepat Hal paling indah yang akan Kita alami
1. Iya pernah
2. Dgn menenangkan diri, n sadar bhw aku pun bukan siapa2, n semua yg ada padaku adalah kepunyaanNya. Dan menyadari bahwa setiap pekerjaan pny kesusahannya sendiri.