Pernah Memfitnah?
Hari ke-24 | 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Yakobus
Baca Pengantar Kitab Yakobus di sini
Baca: Yakobus 4:11-12
4:11 Saudara-saudaraku, janganlah kamu saling memfitnah! Barangsiapa memfitnah saudaranya atau menghakiminya, ia mencela hukum dan menghakiminya; dan jika engkau menghakimi hukum, maka engkau bukanlah penurut hukum, tetapi hakimnya.
4:12 Hanya ada satu Pembuat hukum dan Hakim, yaitu Dia yang berkuasa menyelamatkan dan membinasakan. Tetapi siapakah engkau, sehingga engkau mau menghakimi sesamamu manusia?
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Apakah kamu ingat dengan film komedi remaja berjudul Mean Girls di tahun 2004 yang dibintangi oleh Lindsay Lohan dan Rachel McAdams? Dalam film itu, ada satu benda penting dalam alur cerita, yaitu sebuah buku yang disebut “the Burn Book”. Buku tersebut adalah catatan berbagai rumor, gosip, rahasia, dan nama ejekan yang diberikan kepada semua murid perempuan dan beberapa guru di sekolah itu. Isi buku tersebut pada akhirnya terungkap, dan segala fitnah, pernyataan yang tidak benar dan merusak pribadi tiap-tiap orang itu membawa dampak yang serius. Banyak pertengkaran muncul dan ada hukuman yang harus ditanggung.
Mungkin kita terheran-heran bagaimana bisa ada orang yang begitu kejam menuliskan hal-hal yang demikian buruk tentang orang lain. Namun, saat aku memikirkan lagi hal ini, aku menyadari satu hal: Apakah kita memiliki Burn Book kita sendiri? Mungkin kita memang tidak menuliskan dalam sebuah buku atau menyuarakan semua yang kita pikirkan. Namun, bila kita harus mendaftarkan semua pendapat kita tentang orang lain, kemungkinan besar pemikiran itu tidaklah semurni dan sebaik yang kita sangka.
Salah satu hal yang disebutkan Yakobus saat membicarakan konflik dalam suratnya, adalah soal menghakimi. Mengatakan hal yang tidak benar dan menghakimi orang lain dengan sembarangan adalah penyebab umum munculnya berbagai konflik.
Sangatlah mudah untuk memfitnah atau menghakimi orang lain, terutama dalam komunitas Kristen. Mungkin salah satu jemaat tidak bisa ke gereja karena ada masalah mendesak dalam keluarganya. Bukannya menyatakan kepedulian dan menghubungi orang tersebut, kita segera menyimpulkan bahwa orang itu sudah kehilangan imannya. Mungkin salah satu jemaat didiagnosa kanker, dan kita curiga penyebabnya adalah sebuah dosa yang disembunyikan. Di Facebook, kita melihat foto salah satu jemaat di sebuah bar, dan mulai menduga-duga berapa banyak alkohol yang ia minum.
Terkadang, ada juga rumor atau rahasia yang memang terbukti benar. Namun, ini bukan soal benar atau salah. Inti masalahnya terletak pada bagaimana cara kita memakai informasi yang kita ketahui. Jika tidak hati-hati, kita bisa memakai informasi itu untuk menghakimi orang Kristen lainnya sehingga muncul konflik. Padahal, bila kita mengasihi orang tersebut, kita seharusnya datang untuk memberitahukan apa yang benar, dengan cara yang bijak dan penuh kasih.
Menegur orang yang suka menghakimi tidak berarti mengatakan hukum tidak lagi perlu diterapkan. Kita tetap harus hidup menurut hukum Tuhan dan menegur dosa. Yang tidak boleh kita lakukan adalah menempatkan diri kita di atas hukum. Saat kita mencela orang lain dengan sikap yang demikian, kita sebenarnya bertindak atas dasar kesombongan—karena kita pikir kita ini lebih baik. Kita menyatakan diri kita sebagai pembuat hukum, padahal satu-satunya yang memegang kendali adalah Tuhan, sebagaimana yang ditegaskan Yakobus dalam ayat 12.
Di akhir film Mean Girls, para murid yang terlibat dalam kasus fitnah itu berhadapan satu dengan yang lain, saling mengakui kesalahan mereka, saling memaafkan dan saling berdamai. Tidak mudah, tetapi itu adalah langkah yang memerdekakan mereka semua untuk bisa hidup dalam damai. Sebagai sesama saudara seiman, kiranya kita juga hidup dengan semangat untuk berdamai. Mari selalu menjaga pikiran dan niat hati kita, jangan sampai kita membuat Burn Books di dalamnya. Mari selalu berusaha memperbaiki dan memulihkan hubungan-hubungan yang kita punya, bukan merusaknya. —Charmain Sim, Malaysia
Handlettering oleh Mesulam Esther
Photo Credit: Blake Wisz
Pertanyaan untuk direnungkan
1. Dalam hal apa kita bisa menghakimi orang lain meski kita sebenarnya tidak bermaksud untuk itu?
2. Apa perbedaan antara menghakimi dan cepat mengenali apa yang tidak beres? Bagaimana kita bisa cepat mengenali dan menyingkapkan keberadaan dosa tanpa menghakimi orangnya?
3. Jika kamu menemukan kebenaran tentang dosa seseorang yang perlu ditegur, bagaimana cara yang tepat untuk menyampaikannya?
Bagikan jawaban atas perenunganmu ini di kolom komentar. Kiranya jawaban sobat muda dapat menjadi inspirasi dan berkat bagi orang lain.
Tentang Penulis:
Charmain Sim, Malaysia | Charmain sekarang tinggal di Singapura, dan dia sedang belajar bahwa pemuridan yang sejati itu ditandai dengan kesetiaan dan ketaatan. Dia suka menulis karena inilah yang menolongnya menikmati pengalamannya, dan juga karena Tuhan telah memanggilnya untuk melakukan ini. Jika tidak sedang bermimpi kala malam, Charmain suka menyantap semangkuk es krim, menonton televisi, dan membaca buku.
1. Dalam Hal apa saya bisa menghakimi org lain padahal saya sebenarnya tidak bermaksud untuk itu.
–》 Dalam hal pergaulan. ketika seseorang lebih memilih untuk menghabiskan waktunya dengan berfoya2, minum2, merokok dan bergaul dgn org2 yg membawa dampak negatif terhadap dirinya. saya menganggap dia tidak memiliki kedewasaan dalam bergaul.
2. Perbedaan menghakimi dan cepat mengenali hal yg tidak beres.
–》 Menghakimi menurut saya adalah saya dengan segera menegurnya dengan kesalahan yg dia punya tanpa saya memikirkan dampakny. saya lebih memilih bertindak tanpa mengetahui terlebih dahulu apa yg sebenarnya terjadi
–》 Cepat mengenali hal yg tidak beres adalah. ketika saya menyaksikan sendiri apa yg terjadi baik burukny kejadian, kemudian berusaha menyimpulkan dgn segera sesuai dgn fakta yg saya dapat.
–》 bagaimana cara mengenali tanpa menghakimi. yah terlebih dahulu sebagai org beriman saya harus mengetahui dgn jelas apa yg sebenarnya terjadi, apa tujuannya, dan apa dampak yg akan terjadi ketika seseorg melakukan dosany. berusaha mengerti tanpa harus mencela sedikitpun.
3. ketika saya menemukan kebenaran ttg dosa seseorg. dan bagaimana cara menegurnya.
–》 biasany saya akan berpikir dl apa yg akan saya sampaikan tanpa harus menyakiti dirinya. tanpa harus membuatnya merasa tersudut dgn dosa yg ia buat.
1. Dalam hal apa kita bisa menghakimi orang lain meski kita sebenarnya tidak bermaksud untuk itu?
Dalam hal berpendapat
2. Apa perbedaan antara menghakimi dan cepat mengenali apa yang tidak beres? Bagaimana kita bisa cepat mengenali dan menyingkapkan keberadaan dosa tanpa menghakimi orangnya?
Kalau menghakimi kita cenderung kasar sedangkan mengetahui kebenaran artinya membicarakn empat mata dgn halus dan tdk membuat malu
3. Jika kamu menemukan kebenaran tentang dosa seseorang yang perlu ditegur, bagaimana cara yang tepat untuk menyampaikannya?
Dgn mengajak berbicara scra privasi dan tdk membuat malu dan dgn bimbingan roh kudus amib
Ketika kita melihat ada org yg kita melakukan kesalahan, kita bisa saja menegurnya, tetapi jangan menghakimi. Kita harus bijaksana jg utk mendengarkan penjelasaanya, kenapa dia bisa seperti itu. Sehingga dgn mengetahui apa yg menjadi penyebabnya, kita tidak lekas2, menghakimi, tetapi bisa menyampaikannya dengan penuh kelembutan dan kesabaran.
Before, thank u utk renungannya
1. Menurut saya, dlm berbagai hal kita bisa menghakimi org lain ttpi ketika apa yg dia lakukan salah, nah tp cara menghakimi kita sprt apa dlu? Kalo sy, lebih mendekatkan diri dan tnya dulu latar belakangnya apa hingga membuat kslhn sprt demikian, lalu sy memberitahukan bahwa itu slh dan ia harus melakukan sesuatu yg benar.
2. Pertanyaan saling berkaitan, hmm perbedaannya dari sudut pandang kita sendiri, kita termasuk pribadi yang punya sudut pandang sprt apa sih? Kalo aku lebih kepada mengenali apa yang tidak beres dulu dan juga aku tidak suka menghakimi karena toh dibalik kslhn yg dibuat ssorg ketika sdh trjdi jika kita menghakimi apa keuntungannya? Kan sdh kejadian, nah kita sbgai org kristen hrs saling mengasihi, maka kasihilah dia dan tuntunlah dia ke jln yg lebih benar. Kemudian bgmn cara cpt mengenali & menyingkapkan keberadaan dosa tnpa menghakimi? Kembali lg, kenali dulu jk benar itu dosa yg d perbuat, maka jgn menghakimi, melainkan kasihi dia agar kembali kpd kebenaran.
3. Kembali lg ke jwbn nmr 1 dan 2, intinya saya tidak akan menghakimi org trsbt, melainkan bertanya face to face, menanyakan apa latar blkg dia hingga bs bgni, dan tentu memberitahukan bahwa yg dia lakukan slh, dan mengajari dia ttg jln yg benar.
Sangat memotivasi diri sendiri memilah Milah apa yg kita lihat dan diolah oleh pikiran,TYM
1. Dalam hal pelayanan , beranggapan bahwa org tsb tdk sepenuh hati dlm melayani ( ekspresi ) pdhl org tsb memang seperti itu.
2. Menghakimi berarti mengatakan hal yg blm tentu benar , cepat mengenali hal yg tdk beres berarti ada kepekaan yg diberikan dalam diri kita. Cara agar bisa cpt mengenali dan menyikapinya tanpa menghakimi yaitu minta Tuhan yg berikan hikmat bijaksana dan kepekaan , serta minta tuntunan Tuhan cara terbaik utk melakukannya. Penting jg utk menjaga hati dan pikiran serta menjauh pikiran negatif dan memenuhi pikiran dgn hal yg positif terlebih dahulu.
3. Melalui pendekatan secara pribadi ( tatap muka atau via chat ) , atau bisa diarahkan ke org yg lbih dekat dgn org yg perlu ditegur atau mungkin ke kakak rohani yg lbih dewasa ( dalam konteks dewasa rohani )