Perkataan yang Munafik
Hari ke-18 | 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Yakobus
Baca Pengantar Kitab Yakobus di sini
Baca: Yakobus 3:9-12
3:9 Dengan lidah kita memuji Tuhan, Bapa kita; dan dengan lidah kita mengutuk manusia yang diciptakan menurut rupa Allah,
3:10 dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk. Hal ini, saudara-saudaraku, tidak boleh demikian terjadi.
3:11 Adakah sumber memancarkan air tawar dan air pahit dari mata air yang sama?
3:12 Saudara-saudaraku, adakah pohon ara dapat menghasilkan buah zaitun dan adakah pokok anggur dapat menghasilkan buah ara? Demikian juga mata air asin tidak dapat mengeluarkan air tawar.
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Aku membanting telepon dan mendesah panjang.
“Itu telepon paling lama dalam hidupku!” kataku dengan marah. “Kalau orang itu menelepon lagi, bisakah ada orang lain yang mengangkat telepon dan bilang bahwa aku tidak ada di sini? Memangnya dia pikir aku ini seharian tidak ada kerjaan?”
Belakangan ini, salah satu klienku suka menelepon berulang kali untuk “membahas” salah satu proyeknya. Percakapan satu arah itu seringkali tidak ada hasilnya, hanya membuat waktuku terbuang sia-sia.
Rekan kerjaku tertawa melihat raut masamku dan berkata, “Suara penyiar yang bagus sekali!”
“Apa?” tanyaku.
“Suaramu di telepon tadi kedengaran seperti seorang penyiar radio!” Ia menirukan suaraku yang sangat sopan dan bersemangat saat menerima telepon, “Selamat pagi! Dengan Karen di sini. Ya, terima kasih sudah menelepon!”
Rekan kerjaku bercanda, tetapi kata-katanya membuatku tercekat. Benarkah tadi aku berbicara semanis itu? Bagaimana bisa aku terdengar begitu manis di telepon dan begitu kasar setelah telepon ditutup?
Yakobus membahas soal kemunafikan ini di ayat 9-12. Adakalanya mulut kita menjadi sumber air segar—mengeluarkan perkataan yang jujur, penuh kasih, dan membawa kehidupan—adakalanya mulut kita mengeluarkan ”air pahit” —perkataan yang beracun dan penuh kesombongan—“dari mulut yang satu keluar berkat dan kutuk”, demikian pengamatan Yakobus.
Namun, ada yang salah dengan dualisme itu. Satu sumber air tidak bisa menghasilkan air segar dan pahit sekaligus. Demikian pula, tidaklah normal bila lidah kita mengeluarkan perkataan yang penuh kasih sekaligus perkataan yang beracun. Yakobus tampaknya hendak mengajarkan bahwa lidah yang suka mengutuk menandakan hati yang tidak dipenuhi kasih Kristus.
Sebagai orang-orang Kristen, kita dipanggil untuk mengasihi tak hanya teman-teman kita, tetapi juga musuh-musuh kita, untuk menunjukkan kepada mereka kasih dan kebaikan yang sejati, bukan sekadar basa-basi. Salah satu indikator awal dari sikap kita yang sesungguhnya terhadap orang lain dapat terlihat dari cara kita berbicara tentang mereka dan kepada mereka.
Yakobus mengingatkan bahwa saat kita mengutuk orang lain melalui umpatan marah, sanjungan kosong, atau ejekan, kita sedang menyerang seseorang yang diciptakan menurut rupa dan gambar Allah (ayat 9). Setiap manusia memiliki gambar Sang Pencipta dan dibentuk oleh tangan-Nya. Sungguh tak pantas bila kita mengata-ngatai orang lain dan tidak sudi memaafkan mereka, padahal kita tahu bagaimana Tuhan selalu memperlakukan anak-anak-Nya dengan penuh cinta dan belas kasihan, bahkan sudah mengampuni kesalahan mereka. Perkataan “pahit” menyiarkan penghukuman; perkataan “segar” mewartakan pengampunan.
Jadi, apa yang harus kita lakukan saat kita memang kehilangan perkataan yang tulus dan penuh kasih?
1. Jujur. Jangan tutupi perasaanmu dengan bersandiwara. Bagiku, ini bisa berarti mengakui bahwa aku sedang tidak bisa melayani panggilan telepon dan menawarkan agar klien tersebut menelepon di waktu lain saat aku bisa memberinya perhatian penuh.
2. Bersikap baik. Mohon Tuhan menolongmu untuk sabar dan menjawab dengan kasih. Sekarang aku selalu menaikkan doa singkat sebelum aku mengangkat telepon. Aku menahan diri saat ingin memberi komentar negative. Aku juga berusaha mengingat hal-hal baik yang aku hargai dari klienku itu dan proyek yang sedang ia kerjakan.
Kita punya pilihan hari ini—memancarkan air segar atau air pahit. Kita tidak bisa memancarkan keduanya. Mana yang akan kamu pilih? —Karen Pimpo, Amerika Serikat
Handlettering oleh Febronia
Pertanyaan untuk direnungkan
1. Kapan terakhir kamu pernah membicarakan hal yang buruk atau berbicara kasar kepada orang lain? Apa kata Alkitab mengenai hal itu?
2. Perubahan apa yang perlu kamu lakukan dalam hidupmu hari ini?
Bagikan jawaban atas perenunganmu ini di kolom komentar. Kiranya jawaban sobat muda dapat menjadi inspirasi dan berkat bagi orang lain.
Tentang Penulis:
Karen Pimpo, Amerika Serikat | Karen tinggal di Michigan, Amerika Serikat, tempat di mana banyak orang mengeluh tentang cuacanya, tapi suka dengan lingkungannya. Ketika masih kecil, Karen ingin menjadi seorang pustakawan. Sekarang, tidak banyak yang berubah. Di samping buku-buku, dia juga suka mendengarkan dan bermain musik. Dia bernyanyi dan menulis untuk membantu mengurai simpul di kepalanya, dan dengan bercerita, itu menolong kita menyadari bahwa kita tidak sendirian.
1. semalam pagi. Alkitab mengajarkan bahwa satu sumber mata air tidak bisa mengeluarkan air tawar dan air pahit dalam satu waktu. kita tidak seharusnya mengatakan hal kasar kepada ciptaan Tuhan.
2. menahan diri agar tidak mengatakan hal buruk mengenai apapun, selalu meminta pertolongan Tuhan agar diberi kesabaran
tepat seperti apa yang Saya renungkan hari-hari ini! begitu mudahnya banyak org berkomentar negatif ttg sesama, mudah menjadi seorang munafik. Sedang saya memilih menjadi yg jujur tapi ternyata Saya kasar?! Dan alkitab berkata itu juga bukan tindakan yang sepenuhnya benar, tidak memancarkan kasih Kristus. Saya harus berubah. Jujur sudah benar dan tapi harus tetap penuh kasih. Roh kudus tolong Saya, amen.
Puji Tuhan sekali masih bisa diberi kesempatan untuk membaca renungan ini, aku bersyukur karna aku bisa mengetahui tentang perkataan yg munafik, jujur aku sangat merasakan hal yg sama, aku merasa saat aku berada dirumah aku selalu berkata tidak sopan dan melawan terhadap orang tua dan adik2ku tpi pada saat digereja aku berkata sangat baik terhdap mereka di dpn orang2, sebenarnya aku malu sekali tpi entah knp aku bisa seperti itu, aku ingin merubah perilaku ku yg apa adanya dan jujur saat berbicara,aku tidak ingin munafik saat aku berbicara di rumah dan pada saat aku berbicara di luar maupun di gereja.Kiranya aku bisa merubah perilaku ku ini menjadi lebih baik lagi.Aminn. GBU
1.Terakhir kali di Minggu lalu, saya membicarakan Hal buruk mengenai orang yang sudah Jahat kepada saya…
2.Perubahan positif ingin selalu tulus dan berpikiran Positif terhadap orang lain…Lebih mengontrol Lidah dan hati utk tidak menyakiti sesama dan menyakiti Tuhan Yesus dengan perkataan yang buruk terhadap orang lain.
Semoga…
1. Kapan terakhir kamu pernah membicarakan hal yang buruk atau berbicara kasar kepada orang lain? Apa kata Alkitab mengenai hal itu?
Aku tidak bisa berkata itu terakhir kali aku membicarakan hal yang buruk tentang orang lain, karena hal yang membuatku kesal dan kecewa baru terjadi beberapa hari yang lalu. Aku sedang berusaha untuk melupakan dan bisa mengampuni. Aku mohon kiranya Tuhan Yesus mau menolongku mengampuni mereka.
Karena dalam Alkitab hal mengampuni adalah salah satu proses pertumbuhan imanku.
2. Perubahan apa yang perlu kamu lakukan dalam hidupmu hari ini?
Yang perluh aku lakukan adalah aku bisa mengontrol perkataanku dan bisa menyampaikan hal2 positif kepada orang2 yang kutemui hari ini
1. Terakhir kali aku nerbicara kasar dan buruk tentang sesuatu adalah tadi malam, aku kesal karena harus mengerjakan sesuatu yang tidak kususka. Kata alkitab tidak baik engkau bersungut-sungut.
2. perubahan yang aku perlukan adalah menjadi jujur di dalam kriatus saat berbicara, berarti berbicara jujur tanpa menyakiti siapa pun tetapi mengatakan yang manis di dengar serta tidak berkata kasar.
Sertailah Aku ya Tuhan, Amin
Pertanyaan untuk direnungkan
1. Kapan terakhir kamu pernah membicarakan hal yang buruk atau berbicara kasar kepada orang lain? Apa kata Alkitab mengenai hal itu?
ME : kemarin, sabtu. Saya berbicara kasar tentang atasan saya. Tapi itu sebenarnya karna dia yg jadi alasannya. Saya begitu kesal dengan atasan saya, karna terlalu banyak menuntut dan terkesan memaksa. Dia merasa kalau dia harus dilindungi dari kesalahan yg sebenarnya dia sendiri pencipta nya. Dia memaksa saya untuk melakukan kehendaknya (dalam hal pekerjaan yg diluar dari tanggung jawab saya yg seharusnya) yang sangat amat menyita konsentrasi saya untuk pekerjaan saya yg sebenarnya. Bagi saya dia bukan seorang yg profesional. Dia menciptakan suatu masalah, sedangkan defenisi seorang leader adalah menjadi pembuat solusi. Saya merasa sangat sangat kesal sehingga mengeluarkan kata kata yg seharusnya tidak.boleh di ucapkan bagi orang yg menerapkan kasih dalam hidupnya. Say mengatakan sifatnya yg buruk, kami membicarakan dia sepanjang waktu rapi ternyata itu bukan semakin membuat hati saya tenang, melainkan semakin membuat saya semakin terbebani. Yah, sebagai anak anak Allah, kita diminta untuk mendoakan orang yg menyakiti kita. And i’ll try it now. Dalam hati saya berpikir, jika setiap saat saya terbebani dan menjadi stress karna hal yg sepele ini, sungguh sangat saya menyia nyiakan hidup saya yang saya berikan untuk Tuhan. Lebih baik saya untum melupakannya dan mendoakan nya agar dia bisa berubah untuk menjadi seorang pemimpin yg bertanggung jawab atas team nya.
2. Perubahan apa yang perlu kamu lakukan dalam hidupmu hari ini?
ME : Belajar untuk memaafkan dan mendoakan orang yang sudah menyakiti kita.
Terima kasih untuk renungannya yg sangat menyentuh dan pas dengan yg saya alami saat ini.
Tuhan memberkati kita semua.
Amen
Amen
GBu n fam
1. Kapan terakhir kamu pernah membicarakan hal yang buruk atau berbicara kasar kepada orang lain? Apa kata Alkitab mengenai hal itu?
Saya lupa,tapi itu kebiasaan yang buruk dan hrus di hapus
2. Perubahan apa yang perlu kamu lakukan dalam hidupmu hari ini?
Menjaga perkataan dan hati agar tidak terjerumus dalam dosa
Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus
Amin