Disiplin Rohani: Butuh Perjuangan!

Oleh Abyasat Tandirura, Toraja

Tahun 2018 beserta suka dan duka kehidupan yang mengiringinya sudah berhasil kulalui. Aku bersyukur sekaligus lega dapat menginjakkan kaki di tahun 2019 yang telah memasuki bulan ketiga ini. Dari berbagai peristiwa yang telah kualami, ada satu pesan penting yang dapat kupetik, bahwa kita senantiasa membutuhkan Tuhan.

Kita adalah ranting dan Tuhanlah pokok anggurnya (Yohanes 15). Agar kita dapat bertumbuh, kita perlu melekat terus kepada-Nya dan cara agar kita dapat terus melekat adalah dengan tekun dan setia membangun hubungan yang dekat dengan Tuhan.

Namun, kuakui, sulit untuk tetap konsisten menjalaninya.

Sejak aku menerima Kristus sebagai Juruselamat, aku belajar untuk selalu membina relasi yang erat bersama Tuhan dengan rutin bersaat teduh. Tetapi, kadangkala aku merasa malas, menunda-nunda, bahkan sibuk dengan hal-hal lain. Membaca Alkitab dan berdoa hanya kulakukan di ibadah hari Minggu. Pernah aku merasa malu pada diriku sendiri, ketika aku terlibat dalam pelayanan di gereja tetapi tidak bergerak dalam hubungan yang akrab dengan Tuhan setiap hari. Hingga aku berpikir, apalah artinya sibuk bekerja, aktif melayani Tuhan di gereja, suka menolong orang lain, tapi aku sendiri tidak memiliki hubungan yang erat dengan-Nya.

Berangkat dari kegelisahan itu, aku pun belajar untuk memperbaiki hubungan pribadiku dengan Tuhan. Dan, puji Tuhan, sekarang aku bisa kembali menikmati keindahan-Nya. Aku yang dulu merasa seperti domba yang hilang telah dituntun Sang Gembala yang baik dan menjadi lebih dekat pada-Nya.

Jika kamu pernah mengalami hal yang sama sepertiku, ada tiga hal yang bisa kamu lakukan ketika melakukan disiplin rohani saat teduh terasa susah buatmu.

1. Kita dapat berkaca pada teladan tokoh Alkitab

Aku teringat pada tokoh Alkitab seperti Daniel yang selalu memprioritaskan relasinya dengan Tuhan. Dalam Daniel 6:11, tertulis bahwa Daniel tiga kali sehari ia berlutut, berdoa serta memuji Tuhan. Hal ini menarik mengingat Daniel pada kala itu telah diangkat sebagai salah satu dari tiga pejabat tinggi yang membawahi pemerintahan Raja Darius (Daniel 6:1-4). Dengan jabatan seperti itu, kita dapat mengetahui bahwa Daniel mungkin punya banyak aktivitas. Namun, ia tidak mengabaikan relasi dengan Tuhan.

Tuhan Yesus juga memberi kita teladan yang baik mengenai relasi pribadi-Nya dengan Bapa. Injil Markus 1:35 mencatat demikian, “Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana.” Yesus memilih waktu pagi hari sebab ketika hari telah terang, Dia harus melayani banyak orang. Teladan doa Yesus juga ditunjukkan-Nya ketika Dia berada di Taman Getsemani. Yesus berdoa mengungkapkan ketakutan hati-Nya namun menyerahkan segala-Nya kepada Bapa agar kehendak Bapalah yang terjadi (Lukas 22:41-44).

Dari dua teladan ini aku tersadar bahwa tekun menjalin relasi dengan Tuhan membuat kita semakin mengenal-Nya, peka mendengar suara-Nya, dan kita pun dapat mengetahui apa yang jadi kehendak-Nya buat kita.

2. Kita dapat mengatur waktu yang tepat buat kita

Menjalankan disiplin rohani di masa kini kupikir adalah hal yang sulit. Kesibukan kita mungkin menggoda kita untuk mengabaikan relasi dengan Tuhan. Untuk mengatasinya, aku belajar untuk menyediakan waktu khusus untuk datang kepada Tuhan. Buatku sendiri, waktu yang paling tepat adalah pagi hari.

Aku bangun lebih awal dan bersaat teduh di tempat yang tenang. Namun, jika semisal aku terlambat bangun, itu tidak berarti aku tidak akan bersaat teduh sepanjang hari. Aku mencari waktu lain yang sekiranya tepat untukku dapat benar-benar menikmati dan mengalami momen perjumpaanku dengan Tuhan.

Yang terpenting sesungguhnya bukanlah soal kapan waktunya, melainkan bagaimana sikap hati kita. Jika kita sungguh ingin mengenal Tuhan, tentu kita akan menyisihkan waktu terbaik kita, bukan memberikan waktu sisa kita untuk-Nya.

3. Kita dapat menggunakan penuntun saat teduh

Untuk menolongku memahami firman Tuhan dengan lebih jelas, aku menggunakan buku renungan yang menuntunku bersaat teduh. Tapi, perlu diingat, bahwa buku renungan ini hanyalah penuntun, bukan materi utama yang harus dibaca. Yang terutama tetap adalah Alkitab, yang adalah firman Tuhan.

Ketika kita memiliki motivasi yang kuat untuk merenungkan firman-Nya dan kasih setia-Nya bagi kita, hasrat kita untuk terus berjumpa dengan Allah secara pribadi akan terus bertumbuh. Tugas kita adalah memberi diri untuk dipimpin oleh Roh Kudus dalam proses perjuangan kita berdisiplin rohani.

“Mendekatlah kepada Allah, dan Ia akan mendekat kepadamu” (Yakobus 4:8a). Kiranya kita senantiasa diingatkan untuk selalu konsisten memprioritaskan relasi kita dengan Tuhan dan bersungguh-sungguh menerapkan disiplin rohani di sepanjang hidup kita.

Di dunia ini, tidak ada yang melebihi sukacita hidup, selain memiliki dan menikmati hubungan yang akrab dengan Sang Pencipta dan meyakini bahwa surga—rumah abadi—adalah tujuan akhir dari perjalanan hidup kita di dunia yang fana ini. Roh kudus menolong kita, terpujilah nama-Nya.

Baca Juga:

Sebuah Doa yang Mengubahkan Hatiku

Jika mengingat kembali doa-doaku dulu, rasanya berdoa itu sudah ada templatenya. Tanpa perlu pikir panjang, aku bisa berdoa dengan singkat. Hingga suatu ketika, aku jatuh ke dalam situasi yang membuatku tak bisa berdoa. Tapi, justru di dalam keadaan inilah aku diajar untuk bagaimana seharusnya berdoa.

Bagikan Konten Ini
6 replies
  1. Damaris
    Damaris says:

    kalau bagi saya secara pribadi doa itu harus kt lakukan krn doa itu adalah nafas kita sebagai org yg percaya , doa itu adalah untuk berkomunikasih kpd Tuhan.

  2. Rainia
    Rainia says:

    relasi dengan Tuhan adalah sesuatu. yg terlgat seserhana namun saat kita mnjalaninya terxta it semua tdk sesedrhana itu. biasax kitalah yg membuat2 alasan untuk. meribetkan semuax. saat HPDT kita berjalan baik maka sisa dr yg lain juga akan beriringan membaik. memusatkan Tuhan sbgai pusat hidup kita tdk semudah saat kita pkirkan dan renungkan. paling sulit adalah melakukan. saat kita sulit melakukan coba untk berbicra pd Tuhan smbil mngesmpingkan ego kita.

  3. Cici
    Cici says:

    Terimakasih. Renungan ini membuat saya semakin memshami bahwa relasi saya dengan Tuhan sangat perlu. Aku juga semakin memahami bahwa Bukan menyisakan waktu tapi memberi waktu untuk Tuhan.
    Terimakasih banyak. Terpujilah Tuhan

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *