Berpihak pada Kaum Berduit?
Hari ke-11 | 30 Hari Saat Teduh bersama Kitab Yakobus
Baca Pengantar Kitab Yakobus di sini
Baca: Yakobus 2:5-7
2:5 Dengarkanlah, hai saudara-saudara yang kukasihi! Bukankah Allah memilih orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia ini untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan yang telah dijanjikan-Nya kepada barangsiapa yang mengasihi Dia?
2:6 Tetapi kamu telah menghinakan orang-orang miskin. Bukankah justru orang-orang kaya yang menindas kamu dan yang menyeret kamu ke pengadilan?
2:7 Bukankah mereka yang menghujat Nama yang mulia, yang oleh-Nya kamu menjadi milik Allah?
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Dalam industri keuangan tempatku bekerja, impian kebanyakan orang adalah menjadi kaya-raya. Sebab itu, para klien yang lebih kaya pasti mendapatkan layanan prioritas. Mereka dianggap memiliki lebih banyak aset untuk diinvestasikan dan dapat mendatangkan lebih banyak pemasukan bagi perusahaan. Melayani kaum berduit adalah strategi bisnis yang sangat baik. Sebaliknya, melayani para klien yang asetnya pas-pasan dan mungkin memiliki banyak kebutuhan tetapi tidak dapat mendatangkan banyak untung bagi kita, dianggap hanya akan memboroskan waktu.
Dalam dunia sekuler, uang menjadi faktor yang menentukan sikap seseorang.
Ini adalah masalah yang penting untuk dipikirkan, terlebih bagi kita sebagai orang percaya, karena kita harus menerapkan prinsip firman Tuhan tidak hanya dalam urusan bisnis, tetapi juga dalam kehidupan kita sehari-hari. Berapa banyak di antara kita yang cenderung memperlakukan orang kaya dengan lebih baik karena status ekonomi mereka? Mengapa kita berbuat demikian? Mungkinkah kita mengandalkan kekayaan dunia ini lebih daripada Tuhan? Matius 6:21 berkata, “Di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.”
Memperhatikan fenomena ini di antara jemaat mula-mula, Yakobus menyampaikan dua alasan mengapa mengutamakan orang kaya sebenarnya adalah tindakan yang tidak rasional. Pertama, Tuhan secara khusus peduli dengan orang-orang yang dianggap miskin oleh dunia untuk menjadi kaya dalam iman dan menjadi ahli waris Kerajaan-Nya (ayat 5). Mengutamakan orang yang lebih kaya adalah tindakan yang salah karena itu bertentangan dengan sikap Tuhan. Kedua, Yakobus menunjukkan kepada para pembaca suratnya bagaimana orang-orang kaya itu justru adalah pihak yang menindas mereka (ayat 6)—menindas gereja, menyeret umat percaya ke pengadilan, dan menghujat Yesus.
Hari ini, tidak banyak yang berubah.
Salah satu faktor penyebab masalah kemiskinan yang kita lihat di sekitar kita adalah keserakahan kaum berduit yang mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya bagi diri sendiri. Yang banyak menyeret orang lain ke pengadilan kemungkinan besar adalah mereka yang punya kekuasaan dan banyak harta, karena merekalah yang sanggup membayar tinggi para pengacara. Di beberapa negara berkembang, kaum yang kaya dan berkuasa secara terbuka melecehkan gereja dan Kristus.
Mengapa kita kemudian lebih menghormati mereka yang dengan sengaja menempatkan diri melawan Tuhan?
Bagian Alkitab ini tidak mengatakan bahwa semua orang kaya itu jahat dan kita harus memperlakukan mereka dengan buruk. Menurutku, Yakobus di sini sedang mengajarkan bahwa memandang rendah sesama umat percaya yang miskin dan menghormati orang tidak percaya yang kaya raya, merupakan tindakan yang tidak konsisten dan bodoh.
Saat kita mulai mendapati diri kita lebih berpihak kepada kaum yang kaya, kita perlu dengan jujur bertanya kepada diri kita sendiri: Mengapa aku bersikap lebih baik kepada orang yang kaya? Bukankah orang-orang miskin yang menderita karena penindasan kaum berduit juga pantas mendapatkan perlakuan yang sama? —Melvin Ho, Singapura
Pertanyaan untuk direnungkan
1. Apakah kamu cenderung berpihak pada kaum berduit dengan mengorbankan kepentingan saudara-saudara seimanmu di dalam Kristus?
2. Bagaimana bagian Alkitab yang saya baca hari ini mengubah cara pandang saya terhadap orang-orang yang miskin dan yang kaya?
Bagikan jawaban atas perenunganmu ini di kolom komentar. Kiranya jawaban sobat muda dapat menjadi inspirasi dan berkat bagi orang lain.
Tentang Penulis:
Melvin Ho, Singapura | Meskipun bukan penulis ataupun pembaca yang rajin, Melvin suka menjelajahi pertanyaan-pertanyaan yang diajukan orang tentang iman Kristen dan Alkitab, dan berusaha yang terbaik untuk menjawabnya. Namun, dia menyadari bahwa terkadang dia banyak berpikir hanya untuk kebaikan dirinya sendiri, dan dia perlu meluangkan waktu lebih banyak untuk mempraktikkan firman Tuhan. Di antara banyak target yang ingin dicapainya, dia sedang belajar untuk hidup saleh, merasa cukup, mengasihi orang lain tanpa pilih kasih, dan menempatkan kebutuhan mereka di atas kebutuhannya sendiri. Di waktu luangnya, Melvin suka berlari dan menonton film-film inspiratif. Dia juga berharap suatu hari nanti dia bisa melayani Tuhan sebagai seorang misionaris.
Saya akui, saya tertegur ketika membaca nats ini. Di beberapa kesempatan, saya lebih memihak kepada teman2 yang memiliki kemampuan lebih secara finansial dengan lebih banyak mengalokasikan waktu untuk bertemu, sharing dibanding mereka yang seadanya atau kurang mampu. Sekarang, saya sadar untuk semakin berbuat adil dan meminta pertolongan Tuhan utk memperbaiki perilaku dan sikap saya. Terimakasih.
Aku pernah melakukannya, bahkan secara sadar ataupun tidak sadar. bagian Alkitab ini mengajarkanku bahwa orang kaya yang menghina Yesus, menghujat Ia, bahwa orang yang dipandang miskin oleh dunia diangkat Tuhan untuk memberitakan injil-Nya serta menjadi ahlk waris-Nya. sayaa seharusnya dapat memandang orang miskin sama seperti Yesus memandang mereka, karena saya dan mereka benar2 perlu dselamatkan oleh Kasih Karunia Tuhan Yesus. amin
Syalom terima kasih buat renungan pagi ini saya merasa sangat terberkati.
1. Dalam pergaulan saya sehari hari saya tdk mementingkan orang yang lebih kaya terkhususnya dalam pelayanan, sebab tujuan saya melayani yaitu hidup serupa dengan Allah.
2. Dari bacaan ini mengubah cara pandang saya secara pribadi dan tahu bahwa siapa yang akan dipakai dan dipilih Tuhan.
Semua manusia sama di mata Tuhan. Hanya kdg kala, mata manusia yang membuat perbedaan itu. Jika kita tidak ingin di bedakan, janganlah kita membeda bedakab orang lain.
1. Bersyukur, tidak begitu. Karena sy juga tau bagaimana kehidupan orang yg dianggap miskin oleh dunia.
2. Cara pandang orang kaya atau orang miskin….sy hanya teringat ttg saat teduh yg kemarin ???? tak memandang muka dan memandang mereka spt cara Tuhan memandang. Mampukan aku Tuhan. Amin
1. Tidak.
2. Semua sama menurut saya.
1.Puji Tuhan,Sejak saya kecil orang tua saya mengajarkan untuk saling mengasih antara sesama entah itu kaya ataupun miskin karena di mata Tuhan kita sama.
2.saya sangat terberkati melalui renungan ini.
Saya bisa belajar untuk tetap mempertahan pergaulan saya untuk tetap tidak memandang sesama dari kaya ataupun Miskinnya..tetapi mendang bahwa kita sama di mata Tuhan
Saya tidak pernah membedakan miskin dan kaya, karna saya pernah mengalami pembullyan selama setahun. Saya sebagai orang yang tidak mempunyai harta berlimpah dikucilkan oleh orang orang di sekolah saya. Saat saya melakukan hal yang baik pun, mereka lebih berpihak kepada teman saya yang memang anak dari seorang kepala penjara saat itu. Saya merasakan hal itu dan hingga saat ini, saya tidak ingin ada orang lain yg merasakan hal seperti itu lagi. Allah Bapa tidak memandang rupa, tidak melihat dari segi harta. Semua sama
puji Tuhan saya tidak pernah memandang pertemanan dan saudara dengan kekayaan atau kemiskinan, karna kepercayaan saya kepada kristus. tetapi dalam kehidupan pribadi saya sebagai ibu,sebagai pekerja yg mempunyai jenis teman2 yg berbagai2. mereka sering membanding2kan orang dengan tingkat kekayaan mereka.bahkan ribut dengan siapa yg paling kaya,padahal mereka sama sama bekerja dan menerima upah yg sama. disitu saya merasa kasihan bagaimana mereka dibutakan oleh dosa kesombongan dan cinta akan uang.
1. Tidak, bagi saya Kaya Dan miskin sama saja Karena sama-sama manusia, yang membedakan adalah karakter mereka. jika mereka miskin, tapi bisa memberi dampak baik bagi saya Dan membawa saya lebih cinta Tuhan maka saya akan berpihak dengan mereka, dibanding orang Kaya, tapi hidupnya jauh dari Tuhan.
2. Firman Hari ini mengajar saya untuk tidak menilai dan mengukur manusia dari materi semata. Karena Tuhan bisa pakai semua orang, baik Kaya ataupun miskin untuk kemuliaan namanya.
kok saya pribadi saya malah merasa malu dan minder untuk berteman dengan orang-orang kaya. ya, saya punya teman yang kaya, tapi saya lebih banyak memiliki teman yang sederhana. saya merasa berteman dengan teman-teman yang ekonominya sederhana sama seperti saya justru lebih menyenangkan dan nyaman. bukan berarti saya tidak mau berteman dengan yang lainnya, tapi kalo berteman sama orang-orang sederhana nggak tau kenapa malah nyaman aja dan nyambung hehe.
syalom..
1. Puji Tuhan sampai saat ini saya tidak mengorbankan kepentingan saudara saudara saya seiman hanya melihat dari materi. namun saya sadari dan akui bahwa harta membuat saya tidak pernah puas. Apalagi belakangan in, saya terbuai akan belanja belanja online yang sebenarnya barang itu tidak saya perlukan. saya merasa tidak puas terhadap apa yang saya punya hingga membuat saya merasa diri saya orang yang berlebih. tanpa saya sadari, kebiasaan saya yang seperti itu membuat saya menjadi orang yang sombong dan melihat sebelah mata kepada orang lain yang tidak memiliki barang seperti saya..
2. Hari ini saya belajar bahwa, kaya dalam hal materi tidak akan membawa saya dalam kedamaian sejati Yesus. malah membawa saya kedalam kehancuran. Tidak hanya menjadi orang yang sombong, angkuh, boros, tidak punya rasa bersyukur, tetapi sesungguhnya juga menjadi miskin iman..
1. Apakah kamu cenderung berpihak pada kaum berduit dengan mengorbankan kepentingan saudara-saudara seimanmu di dalam Kristus?
Seingat saya tidk pernh
2. Bagaimana bagian Alkitab yang saya baca hari ini mengubah cara pandang saya terhadap orang-orang yang miskin dan yang kaya?
Kita sama semua
Tdak ada kaya miskin di mata Tuhan karena melihat hati
Menjawab pertanyaan nomor 1:
Sejujurnya, saya tidak dapat langsung menjawab pertanyaan ini. Pertanyaan ini bukan menjebak tetapi mengharuskan saya berpikir dan merenungkannya dalam², dengan mengevaluasi ke belakang, bagaimanakah kecenderungan saya yang sebenarnya, sampai hari ini. Saya perlu mengecek hubungan² saya dengan banyak orang, apa dasarnya…, perlu diingat-ingat dulu secara seksama. Lalu, saya perlu membuat daftar tertulis agar bisa benar² jujur dengan diri saya sendiri, terutama jujur di hadapan TUHAN.
Kesimpulan: saya tidak bisa menjawabnya langsung, saya perlu Roh Kudus untuk menyelidiki hati saya. Saya berjanji akan memikirkannya secara serius di hadapan ALLAH.
Menjawab pertanyaan nomor 2:
Saya jadi mengerti mengapa orang yang miskin punya kecenderungan lebih besar dalam menerima keselamatan dibandingkan dengan orang kaya. Orang miskin biasanya menyadari ketidakberdayaan mereka sehingga lebih mudah untuk mengakui kebutuhan akan keselamatan. Dan, salah satu halangan terbesar orang kaya untuk menerima keselamatan adalah percaya diri yang kelewat tinggi terhadap nilai harta benda yang mereka miliki. Di dalam diri mereka ini muncul rasa ‘aman’ yang berlebihan, mereka tidak merasa tak berdaya. Kecuali, ketika suatu saat mengalami sesuatu yang membuat mereka sadar bahwa harta saja tidak sanggup menyelesaikan persoalan yang ada, hanya pertolongan TUHANlah yang bisa mengatasinya.