Berkaca dari Injil Lukas, Inilah Caraku untuk Mengasihi Musuh

Oleh Ari Setiawan, Yogyakarta

Aku adalah orang yang sejak kecil hingga dewasa menyukai film kartun, salah satunya adalah Doraemon. Jika teman-teman juga pernah atau sering menonton, tentu kalian akrab dengan tokoh Doraemon, Nobita, Shizuka, Suneo, dan Giant di mana mereka memiliki karakter masing-masing yang kuat. Nobita diperkenalkan dengan karakternya yang cengeng, yang kerap menjadi sasaran kejahilan dari Suneo maupun Giant; tak jarang mereka juga mem-bully dan melakukan kekerasan fisik kepada Nobita. Karena kerap tertindas, Nobita pun mengadu kepada robot ajaib yang juga menjadi temannya, Doraemon. Sambil menangis, Nobita menceritakan kekesalannya dan merayu Doraemon mengeluarkan alat ajaibnya untuk kepentingan balas dendam.

Beruntung nasibku tidak seburuk Nobita yang saat SD mendapat bully dan kekerasan fisik dari teman-temannya. Aku tergolong laki-laki yang berada di garis tengah dari “rantai makanan”, tidak menindas dan mungkin selalu berhasil kabur dari beragam penindasan mulai dari SD hingga SMA. Memasuki dunia perkuliahan, tepatnya ketika terlibat dalam sebuah kepanitiaan, aku melakukan kesalahan dalam menyampaikan pesan kepada rekan-rekan kepanitiaanku. Spontan mereka pun marah, dan aku pun meminta maaf kepada mereka. Sebagian rekan-rekan memaafkanku dan berkawan baik hingga sekarang, namun ada juga rekan-rekan yang tergabung dalam satu geng yang tidak memaafkanku. Dalam beberapa kesempatan, mereka masih mencibir aku di belakang, melihat segala yang aku lakukan sebagai kesalahan dan menjadikannya sebagai bahan olok-olokkan.

Kisahku di atas merupakan penggalan kisah di mana aku tak disukai karena berbeda pandangan akan sebuah pesan dalam kepanitiaan. Mungkin kisahku tidak seberapa dibandingkan dengan beberapa temanku yang dulu kerap menjadi korban bully dan kekerasan fisik di sekolahnya, entah karena dia berbeda suku dan agama dari rekan-rekannya atau perihal tampilan fisik yang berbeda. Pernahkah teman-teman juga merasakan tidak disukai oleh orang lain? Jika kita punya teman robot ajaib seperti Doraemon, mungkinkah kita akan meminta alat ajaib untuk membalas perbuatan tersebut seperti Nobita?

Realitanya, Doraemon hingga saat ini hanyalah karya fiksi. Tetapi, kita punya sahabat yang jauh lebih ajaib, yaitu Tuhan kita yang selalu mendengar setiap keluh kesah kita. Tentu tidak salah berkeluh kesah kepada Tuhan tentang orang-orang yang tidak menyukai kita. Namun, sedihnya, kita kerap menganggap Tuhan layaknya Doraemon yang akan membantu kita membalas kejahatan orang lain; kita kadang berdoa kepada Tuhan untuk menghukum musuh-musuh kita. Aku pun ketika berada dalam kondisi jengkel, terkadang tercetus, “Gusti ora sare (Tuhan tidak tidur) kok, Dia pasti akan balas perbuatan jahat kalian.” Mungkin jika teman-teman merasakan kesamaan denganku, maka inilah saatnya kita sama-sama belajar kasih yang diajarkan Yesus.

Dalam Injil Lukas 6:27, Yesus memberikan ajaran yang menegurku:

“Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah mushmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu.”

Wah, kok susah banget ya nampaknya ajaran untuk mengasihi musuh. Kalau orang berbuat jahat, tentu secara refleks kita ingin membalas mereka, “mata ganti mata gigi ganti gigi”, jika kita memakai istilah dalam Injil Matius. Aku juga menilai, mengasihi musuh nampaknya susah karena aku mungkin lebih terbiasa untuk mengasihi orang yang berlaku baik kepadaku, atau istilah ini dikenal dengan balas budi.

Tapi, walaupun nampak sulit, bukan berarti mustahil kok. Di poin-poin di bawah ini yang terambil dari Lukas 6:27-35, aku ingin menunjukkan padamu bahwa kita pun bisa mengasihi musuh kita.

1. Sadarlah bahwa Tuhan lebih dulu mengasihi orang-orang yang berdosa

Memang orang yang mem-bully atau melakukan kekerasan fisik kepada kita adalah orang yang telah berlaku salah. Tetapi, apakah dengan begitu kita menjadi orang yang benar-benar suci? Aku bercermin melihat diriku, bahwa sebenarnya aku juga tak lepas dari dosa dan kejahatan. Tetapi, kita punya Allah yang baik kepada semua manusia. Seperti tertulis dalam Lukas 6:35b, “…sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat.” Seharusnya aku sadar bahwa aku dan manusia yang sudah jatuh dalam dosa, sebenarnya adalah musuh Tuhan. Tetapi Tuhan mengasihi kita, dan seharusnya kita belajar dari kasih Tuhan kepada manusia.

2. Hidupilah anugerah dari Tuhan

Jika saat ini kita sudah mengaku percaya akan kasih Kristus yang dianugerahkan lewat penebusan di kayu salib, maka anugerah tersebut seharusnya tidak kita sia-siakan. Dalam ayat 32, Yesus berkata: “Dan jikalau kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah jasamu? Karena orang-orang berdosa pun mengasihi juga orang-orang yang mengasihi mereka.”

Kata “apakah jasamu” diulang tiga kali oleh Yesus dalam ayat 32, 33, dan 34, yang berarti Yesus punya tujuan yang kuat. Jika kita menengok dalam bahasa asli (Yunani) dari kata “jasa”, ternyata kata itu berasal dari kata “χάρις” (baca: Kharis) yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris berarti “GRACE” atau “anugerah”.

Tentu hanya Tuhan saja yang memberikan anugerah dan anugerah penebusan tersebut diberikan kepada semua manusia, tak terkecuali. Saat ini tentu kita yang telah percaya pada-Nya seharusnya hidup juga dalam anugerah-Nya, anugerah untuk mengasihi, bukan hanya mereka yang baik kepada kita, tetapi juga mengasihi orang yang berbuat jahat pada kita.

3. Praktikkan kasih agar mereka belajar kasih

Setelah kita sadar bahwa Tuhan lebih dulu mengasihi kita dan kita memiliki kerinduan menghidupi anugerah Tuhan dengan mengasihi siapapun, maka kita perlu mempraktikkan kasih tersebut. Tentu kita ingin agar orang-orang yang berlaku jahat bisa berbalik mengenal kasih Tuhan, maka kita perlu meniru teladan Yesus yang penuh kasih. Seperti tertulis pada ayat 31: “Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka”, maka kitalah yang harus mulai mengasihi mereka.

Aku pun belajar untuk ikut teladan Yesus yang mengasihi musuh. Aku berusaha untuk menyapa terlebih dahulu orang-orang yang tidak suka kepadaku, bertanya kabar, membuka sedikit obrolan dan bahkan meminjamkan catatan kuliah karena mereka membutuhkannya. Dengan tindakan kecil tersebut, tentu aku berharap agar mereka mengenal kasih Yesus dalamku.

4. Bagaimana jika ditolak atau direspons negatif? Tetaplah teguh berusaha!

Apakah tindakan baikku akan segera direspons positif? Tidak. Mereka tetap mengabaikanku, nyinyir kepadaku. Sedih tentunya dan aku sampaikan hal tersebut kepada Tuhan. Tapi, aku meyakini bahwa bukan aku yang dapat membuat mereka berubah, melainkan Tuhan. Aku hanyalah alat yang dipakai untuk mengenalkan kasih Tuhan kepada setiap orang, tidak lebih.

Yang perlu kita lakukan ketika mendapatkan respons negatif adalah kita tetap teguh. Mempelajari sebuah mata pelajaran atau mata kuliah tentu tidak sehari atau dua hari, terlebih belajar tentang kasih Tuhan. Butuh proses di mana kita menyatakannya lewat teladan kita. Kita pun perlu tetap berserah kepada Tuhan yang akan mengubah mereka, yaitu dengan membawa nama mereka ke dalam doa, seperti tertulis pada ayat 28: “Mintalah berkat bagi orang yang mengutuk kamu; berdoalah bagi orang yang mencaci kamu.”

Tuhan kita bukanlah Doraemon yang akan mengabulkan permintaan kita untuk membalaskan dendam. Tuhan kita justru mengajarkan kita untuk mengasihi musuh kita. Dengan mengasihi musuh kita, kita pun menyatakan kasih Tuhan yang nyata bagi seluruh manusia.

Baca Juga:

Paradoks Doa

Tuhan Yesus mengajar kita untuk terus meminta, mencari, mengetok pintu, sampai diberikan, ditemukan, dan dibukakan pintu. Tapi, di sisi lainnya kita pun diajar untuk mengatakan “Jadilah kehendak-Mu”. Jadi, bagaimana seharusnya kita berdoa?

Bagikan Konten Ini
8 replies
  1. ruth
    ruth says:

    Amin.. terimakasih untuk berbagi tentang kasih dan pengampunan.. semoga kita bisa melakukannya dan merenunginya dalam hidup kita.. Tuhan memberkati

  2. Ari Setiawan
    Ari Setiawan says:

    Terimakasih WarungSaTeKaMu untuk kesempatan bisa berkontribusi.
    Tuhan berkati kita semua.

  3. vina
    vina says:

    Tuhan mengingatkan aku lagi dan lagi. akhir-akhir ini aku agak kesal sama orang, dia memaki dan menghina-hina dengan kata-kata yang sangat kotor. aku agak terbawa suasana(tapi enggak membalas dengan memaki-maki juga), tapi lewat ini Tuhan katakan dengan sangat jelas ke aku. luar biasa cara Tuhan :)) ajarlah aku untuk selalu mengasihi dan mengampuni ya Tuhan, seperti Engkau mengasihi orang yang malang sepertiku

  4. Wien
    Wien says:

    Amin… Saya pun terus mencoba mengampuni, terkadang masih terasa sulit. TUHAN yg mampukan saya.

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *