Masuk dalam Peristirahatan

Jumat, 15 Februari 2019

Masuk dalam Peristirahatan

Baca: Mazmur 127:1-2

127:1 Nyanyian ziarah Salomo. Jikalau bukan TUHAN yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya; jikalau bukan TUHAN yang mengawal kota, sia-sialah pengawal berjaga-jaga.

127:2 Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah—sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur.

Sebab [Allah] memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur. —Mazmur 127:2

Masuk dalam Peristirahatan

Akhirnya, pada 8 Januari 1964, Randy Gardner yang berusia 17 tahun melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukannya selama sebelas hari dan dua puluh lima menit: ia tertidur. Ia ingin mengalahkan rekor berapa lama manusia dapat bertahan tanpa tidur dalam Guinness Book World Record. Ditemani minuman ringan, bermain basket, dan boling, Gardner berhasil bertahan tidak tidur selama 1,5 minggu. Ketika menyerah, indera pengecap, penciuman, dan pendengarannya sudah terganggu. Ternyata, beberapa puluh tahun kemudian, Gardner mengidap insomnia akut. Ia menciptakan rekor, tetapi juga membuktikan sesuatu yang pasti: tidur itu penting.

Banyak dari kita bergumul untuk dapat tidur cukup di malam hari. Tak seperti Gardner yang sengaja tidak mau beristirahat, kita mungkin sulit tidur karena sejumlah alasan—antara lain kegelisahan yang menumpuk, khawatir dikejar tenggat, tuntutan orang lain, tekanan dari kehidupan yang serba cepat. Kadangkala sulit bagi kita untuk meredam segala ketakutan itu dan beristirahat.

Pemazmur mengajarkan, “Jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah, sia-sialah usaha orang yang membangunnya” (Mzm. 127:1). Kerja keras dan upaya kita yang tanpa henti akan berakhir sia-sia jika Allah tidak menyediakan keperluan kita. Syukurlah, Allah setia menyediakan apa yang kita perlukan. Dia “memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur” (ay.2). Kasih Allah menjangkau kita semua. Dia mengundang kita untuk menyerahkan kegelisahan kita kepada-Nya dan masuk dalam peristirahatan-Nya, ke dalam anugerah-Nya. —Winn Collier

Tuhan, aku sangat gelisah. Hatiku bergolak. Tolonglah aku mempercayakan hari-hariku, siang dan malam, serta seluruh hidupku kepada-Mu.

Mempercayai Allah melenyapkan kegelisahan dan memberikan kita kelegaan.

Bacaan Alkitab Setahun: Imamat 17-18; Matius 27:27-50

Bagikan Konten Ini
34 replies
  1. ritha
    ritha says:

    Berlindung dan mnyerahkan smuanya kegelisahan kita hanya kepadaNya adalah satu-satunya yg mberi ketenangan. Thank you, Jesus.

  2. Candra Rlhasse
    Candra Rlhasse says:

    luar biasa, sebelum berangkat kerja, baca artikel ini, semangat jadi bertambah untuk terus mengucap syukur..
    thanks god

  3. Haha
    Haha says:

    Sekiranya benar Tuhan membenarkan kita tidur untuk menghilangkan kekuatiran kita, kenapa kita bisa ada mimpi buruk & menakutkan and membuatkan kita terfikir bukankah lebih baik jika kita tidak tidur..

  4. Priskila
    Priskila says:

    Ini mirip kisah temenku. Dia kerja dari subuh sampai larut malam. Kurang istirahat dan akhirnya sakit di RS. Tapi PT nya itu bangkrut. Trus dia kembali deket ke Tuhan. Tuhan pulihkan dan dia sadar hidup butuh Tuhan dan istirahat, bukan kerja2 terus. Tuhan sumber kekuatan.

  5. fridaeva
    fridaeva says:

    menjadi lega adalah saat kita gelisah namun masih dimampukan melihat Tuhan.
    Terima kasih untuk.gelisah-gelisah sesaat yang boleh dirasakan dan terima kasih untuk kehadiran Tuhan yang utuh memberi kelegaan yang melegakan..
    PTL

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *