Mengoyakkan Langit
Selasa, 29 Januari 2019
Baca: Yesaya 64:1-8
64:1 Sekiranya Engkau mengoyakkan langit dan Engkau turun, sehingga gunung-gunung goyang di hadapan-Mu
64:2 —seperti api membuat ranggas menyala-nyala dan seperti api membuat air mendidih—untuk membuat nama-Mu dikenal oleh lawan-lawan-Mu, sehingga bangsa-bangsa gemetar di hadapan-Mu,
64:3 karena Engkau melakukan kedahsyatan yang tidak kami harapkan, seperti tidak pernah didengar orang sejak dahulu kala!
64:4 Tidak ada telinga yang mendengar, dan tidak ada mata yang melihat seorang allah yang bertindak bagi orang yang menanti-nantikan dia; hanya Engkau yang berbuat demikian.
64:5 Engkau menyongsong mereka yang melakukan yang benar dan yang mengingat jalan yang Kautunjukkan! Sesungguhnya, Engkau ini murka, sebab kami berdosa; terhadap Engkau kami memberontak sejak dahulu kala.
64:6 Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti kain kotor; kami sekalian menjadi layu seperti daun dan kami lenyap oleh kejahatan kami seperti daun dilenyapkan oleh angin.
64:7 Tidak ada yang memanggil nama-Mu atau yang bangkit untuk berpegang kepada-Mu; sebab Engkau menyembunyikan wajah-Mu terhadap kami, dan menyerahkan kami ke dalam kekuasaan dosa kami.
64:8 Tetapi sekarang, ya TUHAN, Engkaulah Bapa kami! Kamilah tanah liat dan Engkaulah yang membentuk kami, dan kami sekalian adalah buatan tangan-Mu.
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Koyakkanlah langit dan turunlah, ya Tuhan. —Yesaya 64:1 BIS
Dalam suatu percakapan baru-baru ini, seorang teman menceritakan bahwa ia telah meninggalkan imannya dengan alasan yang tak lagi asing bagi saya. Ia mengeluh, Bagaimana aku bisa percaya kepada Allah yang sepertinya tak pernah melakukan apa pun? Kebanyakan dari kita pasti pernah memikirkan pertanyaan serupa, seperti ketika melihat berita tentang tindak kejahatan maupun pengalaman pahit yang kita alami sendiri. Pergumulan yang dialami teman saya mengungkapkan kerinduannya yang besar agar Allah melakukan sesuatu baginya, dan itu adalah kerinduan yang pernah dirasakan oleh kita semua.
Israel tahu betul perasaan itu. Kerajaan Babel telah menaklukkan Israel, menghancurkan mereka dengan tangan besi, dan mengubah Yerusalem menjadi reruntuhan. Nabi Yesaya pun mengungkapkan keraguan orang Israel yang amat mendalam: Di manakah Allah yang seharusnya menyelamatkan kami? (Yes. 63:11-15). Namun, tepat di saat seperti itulah, Yesaya mengucapkan doa yang berani: “Koyakkanlah langit dan turunlah, ya Tuhan” (64:1 bis). Kepedihan dan kesusahan hati Yesaya tidak membuatnya menjauh dari Allah, melainkan justru semakin mendekat kepada-Nya.
Keraguan dan masalah kita menunjukkan betapa kita telah jauh tersesat dan membutuhkan Allah untuk menjangkau kita kembali. Di sinilah kita melihat tindakan-Nya yang luar biasa dan tak terbandingkan. Dalam Yesus, Allah memang mengoyakkan langit dan turun bagi kita. Kristus menyerahkan tubuh-Nya yang koyak dan hancur agar Dia dapat merengkuh kita dengan kasih-Nya. Dalam diri Yesus, Allah datang kepada kita. —Winn Collier
Ya Tuhan, aku sering bersikap seolah-olah aku bisa mengatur sendiri hidupku dan menemukan jawaban atas segala pertanyaan hidupku. Namun, sesungguhnya aku tak bisa. Aku membutuhkan-Mu. Koyakkanlah langit dan turunlah, ya Tuhan!
Pertanyaan atau keraguan apa yang ingin kamu nyatakan kepada Allah?
Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 21-22; Matius 19
Haleluyah amin
Amin…Tuhan memberkati!
Amin…Tuhan memberkati
apapun yg terjadi dalam hidup, tetap berserah kepada Yesus.
God bless us
amin.
☺
Amin
Amin Tuhan memberkati
Amen