Bebas dalam Batasan

Sabtu, 26 Januari 2019

Bebas dalam Batasan

Baca: Mazmur 119:33-48

119:33 Perlihatkanlah kepadaku, ya TUHAN, petunjuk ketetapan-ketetapan-Mu, aku hendak memegangnya sampai saat terakhir.

119:34 Buatlah aku mengerti, maka aku akan memegang Taurat-Mu; aku hendak memeliharanya dengan segenap hati.

119:35 Biarlah aku hidup menurut petunjuk perintah-perintah-Mu, sebab aku menyukainya.

119:36 Condongkanlah hatiku kepada peringatan-peringatan-Mu, dan jangan kepada laba.

119:37 Lalukanlah mataku dari pada melihat hal yang hampa, hidupkanlah aku dengan jalan-jalan yang Kautunjukkan!

119:38 Teguhkanlah pada hamba-Mu ini janji-Mu, yang berlaku bagi orang yang takut kepada-Mu.

119:39 Lalukanlah celaku yang menggetarkan aku, karena hukum-hukum-Mu adalah baik.

119:40 Sesungguhnya aku rindu kepada titah-titah-Mu, hidupkanlah aku dengan keadilan-Mu!

119:41 Kiranya kasih setia-Mu mendatangi aku, ya TUHAN, keselamatan dari pada-Mu itu sesuai dengan janji-Mu,

119:42 supaya aku dapat memberi jawab kepada orang yang mencela aku, sebab aku percaya kepada firman-Mu.

119:43 Janganlah sekali-kali mencabut firman kebenaran dari mulutku, sebab aku berharap kepada hukum-hukum-Mu.

119:44 Aku hendak berpegang pada Taurat-Mu senantiasa, untuk seterusnya dan selamanya.

119:45 Aku hendak hidup dalam kelegaan, sebab aku mencari titah-titah-Mu.

119:46 Aku hendak berbicara tentang peringatan-peringatan-Mu di hadapan raja-raja, dan aku tidak akan mendapat malu.

119:47 Aku hendak bergemar dalam perintah-perintah-Mu yang kucintai itu.

119:48 Aku menaikkan tanganku kepada perintah-perintah-Mu yang kucintai, dan aku hendak merenungkan ketetapan-ketetapan-Mu.

Biarlah aku hidup menurut petunjuk perintah-perintah-Mu, sebab aku menyukainya. —Mazmur 119:35

Bebas dalam Batasan

Suatu hari di musim dingin, anak-anak saya merengek untuk main seluncuran salju. Suhu saat itu hampir mencapai minus tujuh belas derajat Celcius. Kepingan-kepingan salju menerpa jendela kami. Saya mempertimbangkan sejenak permohonan mereka, lalu mengizinkan mereka—dengan syarat mereka harus berpakaian tebal, tidak boleh berjauhan, dan tidak boleh lebih dari 15 menit.

Karena kasih, saya membuat aturan itu supaya anak-anak saya bisa bebas bermain tanpa kedinginan dan membeku di luar. Saya pikir, penulis Mazmur 119 mengenali maksud yang sama dalam diri Allah ketika ia menuliskan dua ayat yang berurutan tetapi yang seakan bertentangan: “Aku hendak berpegang pada Taurat-Mu senantiasa, untuk seterusnya dan selamanya” lalu “Aku hendak hidup dalam kelegaan, sebab aku mencari titah-titah-Mu” (ay.44-45). Mengapa pemazmur menghubungkan kelegaan dengan kehidupan rohani yang menaati hukum-hukum Allah?

Dengan mengikuti instruksi Allah yang penuh hikmat, kita dapat terhindar dari konsekuensi yang mengikuti pilihan buruk yang akan kita sesali di kemudian hari. Tanpa beban rasa bersalah atau kepedihan, kita menjadi lebih lega dan bebas menikmati hidup kita. Allah tidak ingin mengendalikan kita dengan berbagai aturan tentang apa yang boleh atau tidak boleh kita lakukan; sebaliknya, Dia memberikan tuntunan sebagai bukti kasih-Nya kepada kita.

Saya senang menyaksikan anak-anak saya berseluncur menuruni bukit dengan riang gembira. Mereka bebas bermain dalam batasan yang saya berikan. Paradoks menarik itu juga berlaku dalam hubungan kita dengan Allah—hal itulah yang membuat kita dan pemazmur berkata, “Biarlah aku hidup menurut petunjuk perintah-perintah-Mu, sebab aku menyukainya” (ay.35). —Jennifer Benson Schuldt

Ya Tuhan, ajarku menyukai perintah-perintah-Mu seperti pengalaman pemazmur. Aku ingin memuliakan Engkau lewat pilihan-pilihan yang kuambil setiap hari.

Ketika hati dipenuhi kasih, kita akan taat kepada Allah dengan rela.

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 14-15; Matius 17

Bagikan Konten Ini
11 replies

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *