Siapa yang Menyetir?

Senin, 12 November 2018

Siapa yang Menyetir?

Baca: Roma 6:1-14

6:1 Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu?

6:2 Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?

6:3 Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya?

6:4 Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru.

6:5 Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya.

6:6 Karena kita tahu, bahwa manusia lama kita telah turut disalibkan, supaya tubuh dosa kita hilang kuasanya, agar jangan kita menghambakan diri lagi kepada dosa.

6:7 Sebab siapa yang telah mati, ia telah bebas dari dosa.

6:8 Jadi jika kita telah mati dengan Kristus, kita percaya, bahwa kita akan hidup juga dengan Dia.

6:9 Karena kita tahu, bahwa Kristus, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi: maut tidak berkuasa lagi atas Dia.

6:10 Sebab kematian-Nya adalah kematian terhadap dosa, satu kali dan untuk selama-lamanya, dan kehidupan-Nya adalah kehidupan bagi Allah.

6:11 Demikianlah hendaknya kamu memandangnya: bahwa kamu telah mati bagi dosa, tetapi kamu hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.

6:12 Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keinginannya.

6:13 Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang, yang dahulu mati, tetapi yang sekarang hidup. Dan serahkanlah anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran.

6:14 Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia.

Jikalau kita hidup oleh Roh, baiklah hidup kita juga dipimpin oleh Roh. —Galatia 5:25

Siapa yang Menyetir?

Di atas dasbor mobil tetangga saya, Tim, terdapat miniatur tokoh “wild thing” (makhluk liar) yang diambil dari buku cerita anak favorit berjudul Where the Wild Things Are (Tempat Tinggal Makhluk Liar) karya Maurice Sendak.

Belum lama ini, Tim berkendara di belakang saya dan beberapa kali bermanuver mendadak agar tak tertinggal jauh dari mobil saya. Saat kami tiba di tujuan, saya bertanya kepadanya dengan bercanda, “Apakah tadi ‘makhluk liar’-mu yang sedang menyetir?”

Hari Minggu berikutnya, catatan khotbah saya tertinggal di rumah. Saya pun berkendara pulang dengan mengebut, dan berpapasan dengan Tim di perjalanan. Ketika kami bertemu kembali, Tim membalas saya dengan bercanda, “Apakah tadi ‘makhluk liar’ yang sedang menyetir?” Kami sama-sama tertawa, tetapi pertanyaannya benar-benar tepat pada sasaran—saya memang lalai memperhatikan batas kecepatan saat mengemudi.

Ketika Alkitab menjelaskan apa artinya hidup dalam persekutuan dengan Allah, kita dinasihati untuk “[menyerahkan] anggota-anggota tubuh [kita] kepada Allah” (Rm. 6:13). Saya melihat tanggapan Tim sebagai pengingat yang lembut dari Tuhan agar saya menyerahkan kebiasaan saya mengebut kepada-Nya, karena sudah seharusnya saya menyerahkan diri seluruhnya kepada Allah di dalam kasih.

Pertanyaan “siapa yang menyetir?” berlaku untuk seluruh bidang kehidupan. Apakah kita membiarkan watak lama kita yang “liar” dan berdosa untuk mengendalikan kita—segala kekhawatiran, ketakutan, atau kehendak diri sendiri—atau kita berserah kepada Roh Allah yang Mahakasih dan anugerah-Nya yang akan menolong kita bertumbuh?

Berserah kepada Allah memang baik. Alkitab berkata bahwa hikmat Allah membawa kita menuju “jalan penuh bahagia, segala jalannya sejahtera” (Ams. 3:17). Mengikuti Allah selalu lebih baik. —James Banks

Tuhan terkasih, terima kasih untuk anugerah-Mu yang menolong kami menaati-Mu, dan untuk damai yang Kauberikan selama kami hidup dekat dengan-Mu.

Ketika Allah menuntut, Dia juga yang memampukan.

Bacaan Alkitab Setahun: Yeremia 51-52; Ibrani 9

Bagikan Konten Ini
30 replies
  1. BertHa Saranga
    BertHa Saranga says:

    Puji syukur kami naikkan kepada TUHAN atas anugrah dan cinta kasihNya yg tak putu- putusnya dalam kehidupan kami semua amin.

  2. ERICK
    ERICK says:

    Tuhan terkasih, terima kasih untuk anugerah-Mu yang menolong kami menaati-Mu, dan untuk damai yang Kauberikan selama kami hidup dekat dengan-Mu.

  3. DIANA
    DIANA says:

    Tuhan Yesus..berikan aku dan keluargaku kekuatan dan kuasaMu yg memampukanku dan keluargaku menjadi pelaku firmanMu…
    sehingga kami dapat mempermiliakanMu dalam hidup ini..amin.

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *