Bukan Soal Ikan

Rabu, 26 September 2018

Bukan Soal Ikan

Baca: Yunus 3:10-4:4

3:10 Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Iapun tidak jadi melakukannya.

4:1 Tetapi hal itu sangat mengesalkan hati Yunus, lalu marahlah ia.

4:2 Dan berdoalah ia kepada TUHAN, katanya: “Ya TUHAN, bukankah telah kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya, maka aku dahulu melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu, bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-Nya.

4:3 Jadi sekarang, ya TUHAN, cabutlah kiranya nyawaku, karena lebih baik aku mati dari pada hidup.”

4:4 Tetapi firman TUHAN: “Layakkah engkau marah?”

Ketika Allah melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah. —Yunus 3:10

Bukan Soal Ikan

Migaloo adalah ikan paus bungkuk albino pertama yang pernah didokumentasikan dan pernah terlihat beberapa kali di lepas pantai Queensland Selatan, Australia. Makhluk mengagumkan yang diperkirakan memiliki panjang sekitar 12 m itu adalah makhluk yang sangat langka sampai-sampai Australia menerbitkan undang-undang khusus untuk melindunginya.

Alkitab menceritakan kepada kita tentang seekor “ikan besar” yang sangat langka sampai-sampai Allah harus menyiapkannya khusus untuk menelan seorang nabi yang melarikan diri (Yun. 1:17). Allah mau Yunus menyampaikan pesan penghakiman kepada Niniwe. Namun, Yunus tidak mau berurusan dengan orang Niniwe yang terkenal kejam kepada semua orang, termasuk orang Ibrani. Jadi, Yunus melarikan diri. Keadaan pun memburuk. Di dalam perut ikan, Yunus menyesal. Akhirnya ia mau berkhotbah kepada bangsa Niniwe dan mereka pun bertobat (3:5-10).

Cerita yang bagus, bukan? Namun, itu belum berakhir. Saat Niniwe bertobat, Yunus kesal. “Ya Tuhan, bukankah telah kukatakan itu?” doa Yunus. “Sebab aku tahu, bahwa Engkaulah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia” (4:2). Meski telah diselamatkan dari maut, kemarahan Yunus yang penuh dosa itu memuncak sampai ia memohon Allah mencabut saja nyawanya (ay.3).

Cerita Yunus bukanlah soal ikan besar, melainkan soal natur manusiawi kita dan natur Allah yang mencari kita. “[Tuhan] sabar terhadap kamu,” tulis Rasul Petrus, “supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat” (2Ptr. 3:9). Allah memberikan kasih-Nya kepada orang Niniwe yang kejam, kepada seorang nabi yang kesal, kepada kamu dan saya. —Tim Gustafson

Bapa, kami cenderung melihat apa yang “pantas” diterima orang lain dan lupa bahwa kami membutuhkan kasih-Mu sama seperti mereka. Tolonglah kami hidup dalam kasih-Mu dan menceritakan kasih itu kepada sesama.

Kasih kita terbatas, tetapi kasih Tuhan tidak.

Bacaan Alkitab Setahun: Yesaya 1-2; Galatia 5

Bagikan Konten Ini
53 replies
« Older Comments
« Older Comments

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *