10 Tahun Bekerja dengan Sikap Hati yang Salah, Inilah Cara Tuhan Menegurku
Oleh Agnes Lee, Singapura
Artikel asli dalam bahasa Inggris: God Convicted Me Of My Bad Work Attitude
Baru-baru ini aku mendengar seorang rekan kerjaku bertanya pada manajernya tentang seorang staf lainnya. Staf itu baru bergabung dengan perusahaan kami enam bulan lalu, tapi selama beberapa waktu belakangan ini, rekan kerjaku itu tidak melihatnya.
Manajer itu menjawab, “Dia sudah mengundurkan diri. Dia selalu marah ketika aku coba mengoreksi kesalahannya.” Aku terkejut mendengar ini karena manajer itu adalah salah satu orang terbaik yang pernah kutemui.
Pernyataan manajer itu mengingatkanku pada sikap lamaku terhadap pekerjaan. Ketika aku memasuki dunia kerja pertama kali, aku tidak cukup rendah hati untuk menerima koreksi-koreksi. Ketika manajerku mengoreksi kesalahanku—entah itu kecil atau besar—aku suka membantah dan membuat banyak alasan untuk membenarkan diriku sendiri. Aku takut kalau aku dicap sebagai orang yang ceroboh dan tidak kompeten. Bukannya belajar dari kesalahan-kesalahan itu, yang ada aku malah merasa kesal.
Hasilnya, aku tidak pernah menerima penilaian yang baik dan seringkali aku berganti-ganti pekerjaan. Aku selalu berharap kalau pekerjaan baruku akan lebih baik, tapi aku tidak pernah mengubah sikapku yang keras kepala.
Hingga akhirnya perubahan sikapku terjadi ketika aku mengenal Tuhan secara pribadi melalui masa-masa pencobaan dalam hidupku. Dengan membaca Alkitab, aku belajar bagaimana seharusnya aku berperilaku sebagai orang Kristen di tempat kerja.
Aku sangat terinspirasi oleh firman Tuhan dari Filipi 2:14-15, “Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan berbantah-bantahan, supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti bintang-bintang di dunia.”
Saat aku membaca ayat itu, aku menyadari bahwa aku sering membantah dan bersungut-sungut ketika manajerku menunjukkan kesalahan-kesalahanku. Bagaimana caranya supaya aku tidak beraib dan tiada bernoda? Bagaimana caranya aku bisa menjadi anak Tuhan yang tiada bercela ketika perilakuku tidak memuliakan Tuhan? Aku sangat malu dengan sikapku.
Di kesempatan yang lain, aku menemukan perkataan Yesus dalam Matius 23:12, “Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.” Aku diingatkan lagi bahwa Tuhan menghargai sikap yang rendah hati. Selalu membantah saat aku membuat kesalahan bukanlah tindakan kerendahan hati, dan itu tidak menyenangkan Tuhan. Memiliki kerendahan hati dan semangat untuk mau diajar adalah hal yang menyenangkan Tuhan. Karena aku adalah anak Tuhan, aku harus menunjukkan sifat-sifat yang menyenangkan Tuhan di tempat kerjaku.
Berfokus kepada masa depan
Aku pun mengubah sikap kerjaku. Awalnya aku begitu mudah merasa kecewa dan merasa lebih rendah daripada yang lain. Sikap buruk ini telah ada dalam diriku selama 10 tahun aku bekerja. Entah berapa banyak promosi dan kenaikan gaji yang aku lewatkan karena sikap burukku itu.
Namun kemudian aku menyadari bahwa berkutat pada kesalahan-kesalahanku di masa lalu tidak akan membuatku jadi lebih baik. Untuk mengubah diriku menjadi lebih baik, aku perlu move-on dari masa lalu. Aku tidak bisa mengulang kembali masa lalu dan memperbaiki kesalahan-kesalahanku dulu, tapi aku bisa memilih untuk bertindak secara positif, belajar dari kesalahan-kesalahan itu dan bekerja dengan lebih baik.
Aku juga dikuatkan melalui kisah-kisah dalam Alkitab tentang kesetiaan Tuhan kepada Israel. Meskipun mereka berpaling menjauh dari Tuhan lagi dan lagi, Tuhan tidak pernah menyerah terhadap mereka. Tuhan memberitahu mereka untuk tidak mengingat-ingat lagi masa lalu. Tuhan ingin agar mereka melihat ke masa depan (Yesaya 43:18, Yoel 2:25). Mungkin aku telah berbuat salah selama 10 tahunku dulu, namun aku dapat mengakui kesalahan dan sikap kerjaku yang memalukan itu kepada Tuhan, sebab Dia akan menerimaku dengan belas kasihan dan anugerah-Nya (Ibrani 4:15-16).
Ketika aku berdiam dalam kebaikan Tuhan, aku diingatkan untuk mengerjakan tanggung jawabku dengan kekuatan yang dianugerahkan-Nya kepadaku, supaya Tuhan dimuliakan (1 Petrus 4:11). Setiap harinya, kepada Tuhan aku meminta kekuatan supaya aku bisa menggunakan setiap kesempatan untuk melayani dan memuliakan Dia dalam pekerjaanku.
Setelah beberapa waktu, manajerku melihat ada perubahan dalam sikap kerjaku. Dia melihatku mau belajar dan bisa diandalkan, jadi dia mulai mempercayaiku dengan beberapa proyek baru dan tanggung jawab yang lebih. Apa yang diberikan manajerku inilah yang jadi kesempatan buatku membuktikan perubahan-perubahan positif dalam diriku. Dengan tiap kesempatan itu, tanggung jawab yang kuemban menjadi lebih menantang dan kadang aku pun merasa khawatir apakah aku bisa menangani beban pekerjaan yang bertambah itu atau tidak. Namun, aku memohon pertolongan dari Tuhan dan menyerahkan pekerjaanku kepada-Nya setiap waktu. Dialah yang menjadi sumber kekuatanku dan alasanku untuk bisa tetap tersenyum meskipun tekanan menghimpitku.
Di akhir tahun, tibalah waktunya untuk penilaian kinerjaku. Manajerku memberikan tanggapan positif mengenai performa kerjaku dan dia juga berkata kalau dia terkejut dengan perubahan sikap kerjaku. Setelah bekerja 10 tahun, itulah kali pertama aku mendapat tanggapan kerja yang baik dan kenaikan gaji yang wajar.
Aku telah belajar untuk memiliki pola pikir Kerajaan Allah dalam pekerjaanku. Sebagai anak-anak Tuhan, kita lebih dari sekadar mampu untuk mengatasi kesalahan-kesalahan kita. Ketika atasan kita menunjukkan kesalahan-kesalahan kita, izinkanlah tanggapan dari mereka itu sebagai sarana untuk kita bertumbuh supaya kita bisa lebih dan lebih kompeten lagi melakukan bagian kita, dan memuliakan Tuhan melalui pekerjaan kita.
Baca Juga:
Sebuah Perenungan: Hidup Ini Tidak Adil!
Ada 3 orang anak: Ani, Budi, dan Chandra. Ani mendapatkan 5 buah apel, Budi mendapatkan 10 buah apel, dan Chandra mendapatkan 15 buah apel. Apakah itu adil?
Terima kasih WSK sudah diingatkan kembali melalui artikel ini…gbu
trimakasih untuk sharing artikelnya. sangat memberkati. Gbu!
terima kasih untuk sharingnya…membuat saya semakin sadar akan diri saya sendiri..Tuhan berkati Semakin sukses bwt karirnya dan more glowing in God way…:)
Terima kasih untuk WSK atas artikelnya. U. WSK saya ada permintaan, bagaimana untuk artikel dari situs YMI yg berjudul “When I Faced Injustice At Work” dialihbahasakan ke bahasa Indonesia. Terima kasih, Tuhan Yesus memberkati
terima kasih…. artikel yg memberkati.
Puji Tuhan krn sy menemukan artikel ini yg sesuai dg apa yg sy alami di kantor kemarin. Tuhan Yesus memberkati.
ajar kami ya Bapa. Terpujilah namaMu skarang dan sampai selamanya amin
Puji Tuhan Sungguh menginspirasi bagi diri saya sendiri saat ini
Terimakasih…
sungguh memberkati…
Tuhan berkati selalu