Sukacita Memberi

Senin, 6 Agustus 2018

Sukacita Memberi

Baca: 1 Tesalonika 5:12-24

5:12 Kami minta kepadamu, saudara-saudara, supaya kamu menghormati mereka yang bekerja keras di antara kamu, yang memimpin kamu dalam Tuhan dan yang menegor kamu;

5:13 dan supaya kamu sungguh-sungguh menjunjung mereka dalam kasih karena pekerjaan mereka. Hiduplah selalu dalam damai seorang dengan yang lain.

5:14 Kami juga menasihati kamu, saudara-saudara, tegorlah mereka yang hidup dengan tidak tertib, hiburlah mereka yang tawar hati, belalah mereka yang lemah, sabarlah terhadap semua orang.

5:15 Perhatikanlah, supaya jangan ada orang yang membalas jahat dengan jahat, tetapi usahakanlah senantiasa yang baik, terhadap kamu masing-masing dan terhadap semua orang.

5:16 Bersukacitalah senantiasa.

5:17 Tetaplah berdoa.

5:18 Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.

5:19 Janganlah padamkan Roh,

5:20 dan janganlah anggap rendah nubuat-nubuat.

5:21 Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.

5:22 Jauhkanlah dirimu dari segala jenis kejahatan.

5:23 Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita.

5:24 Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya.

Tabahkan hati orang yang takut; tolonglah orang yang perlu ditolong dan sabarlah terhadap semua orang. —1 Tesalonika 5:14 BIS

Sukacita Memberi

Minggu itu terasa sangat menjemukan, entah mengapa saya merasa lesu dan tidak bersemangat.

Di penghujung minggu, saya mendapat kabar bahwa salah seorang bibi saya menderita sakit ginjal. Saya sadar saya harus mengunjunginya—tetapi terus terang, saya merasa enggan. Walaupun demikian, akhirnya saya pergi mengunjunginya. Di sana kami menikmati makan malam, mengobrol, dan berdoa bersama. Setelah satu jam, saya pun pulang dengan semangat baru, sesuatu yang tidak saya rasakan sepanjang minggu itu. Tindakan memperhatikan orang lain lebih daripada diri sendiri ternyata dapat memperbaiki suasana hati saya.

Para psikolog telah menemukan bahwa tindakan memberi dapat menghasilkan kepuasan dalam hati, yakni ketika sang pemberi melihat ucapan syukur dari sang penerima. Sejumlah pakar bahkan yakin bahwa manusia sebenarnya mempunyai kecenderungan untuk bermurah hati!

Mungkin untuk alasan itulah, dalam nasihat kepada jemaat di Tesalonika, Paulus mendorong mereka agar “[menolong] orang yang perlu ditolong” (1Tes. 5:14 bis). Sebelumnya, ia telah mengutip perkataan Yesus, “Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima” (Kis. 20:35). Walaupun nasihat itu diberikan dalam konteks pemberian finansial, tetapi berlaku juga dalam hal memberikan waktu dan tenaga.

Dengan memberi, kita memahami sedikit banyak apa yang Allah rasakan. Kita memahami mengapa Allah sangat senang memberikan kasih-Nya kepada kita, dan kita pun menikmati sukacita-Nya dan kepuasan dalam menjadi berkat bagi orang lain. Karena itulah, rasanya saya akan mengunjungi bibi saya lagi dalam waktu dekat. —Leslie Koh

Bapa, Engkau menghendaki aku untuk memberi kepada orang lain seperti Engkau telah memberi begitu banyak bagiku. Ajarlah aku untuk memberi agar aku dapat mencerminkan karakter-Mu dan menjadi makin serupa dengan-Mu hari ini.

Berkat terbesar diterima oleh mereka yang rela memberi.

Bacaan Alkitab Setahun: Mazmur 70-71; Roma 8:22-39

Bagikan Konten Ini
32 replies
  1. Joshua Michael
    Joshua Michael says:

    Ya Tuhan
    Ajarku untuk setia untuk melakukan hal kecil dan mau berbagi dengan sesama
    Amin

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *