Komunitas Baru
Minggu, 20 Mei 2018
Baca: Kisah Para Rasul 2:1-12, 42-47
2:1 Ketika tiba hari Pentakosta, semua orang percaya berkumpul di satu tempat.
2:2 Tiba-tiba turunlah dari langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah, di mana mereka duduk;
2:3 dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing.
2:4 Maka penuhlah mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya.
2:5 Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit.
2:6 Ketika turun bunyi itu, berkerumunlah orang banyak. Mereka bingung karena mereka masing-masing mendengar rasul-rasul itu berkata-kata dalam bahasa mereka sendiri.
2:7 Mereka semua tercengang-cengang dan heran, lalu berkata: “Bukankah mereka semua yang berkata-kata itu orang Galilea?
2:8 Bagaimana mungkin kita masing-masing mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri, yaitu bahasa yang kita pakai di negeri asal kita:
2:9 kita orang Partia, Media, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea dan Kapadokia, Pontus dan Asia,
2:10 Frigia dan Pamfilia, Mesir dan daerah-daerah Libia yang berdekatan dengan Kirene, pendatang-pendatang dari Roma,
2:11 baik orang Yahudi maupun penganut agama Yahudi, orang Kreta dan orang Arab, kita mendengar mereka berkata-kata dalam bahasa kita sendiri tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah.”
2:12 Mereka semuanya tercengang-cengang dan sangat termangu-mangu sambil berkata seorang kepada yang lain: “Apakah artinya ini?”
2:42 Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.
2:43 Maka ketakutanlah mereka semua, sedang rasul-rasul itu mengadakan banyak mujizat dan tanda.
2:44 Dan semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama,
2:45 dan selalu ada dari mereka yang menjual harta miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan masing-masing.
2:46 Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati,
2:47 sambil memuji Allah. Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Semua orang yang telah menjadi percaya tetap bersatu, dan segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama. —Kisah Para Rasul 2:44
Teman saya, Carrie, mempunyai putri berusia lima tahun, Maija. Maija suka bermain dengan cara yang menarik, yakni dengan mencampur boneka-boneka dari beragam permainan menjadi suatu komunitas baru. Di dunia imajinasinya, semua boneka itu saling memiliki. Boneka-boneka itu adalah miliknya. Ia yakin semua boneka itu merasa paling senang saat berkumpul bersama, meskipun ukuran dan bentuk mereka berbeda-beda.
Kreativitas Maija mengingatkan saya tentang maksud Allah bagi gereja. Pada hari Pentakosta, penulis Lukas berkata, “Waktu itu di Yerusalem diam orang-orang Yahudi yang saleh dari segala bangsa di bawah kolong langit” (Kis. 2:5). Meski mereka berbeda budaya dan bahasa, kedatangan Roh Kudus menjadikan mereka suatu komunitas baru: gereja. Sejak saat itu, mereka dijadikan satu tubuh, disatukan oleh kematian dan kebangkitan Yesus Kristus.
Para pemimpin dari satu tubuh yang baru itu merupakan sekelompok orang yang dipersatukan Yesus selama Dia berada di bumi, yakni murid-murid-Nya. Jika Yesus tidak pernah mempersatukan mereka, kemungkinan besar mereka tidak akan pernah bersatu. Dan sekarang lebih banyak orang—“kira-kira tiga ribu jiwa” (Kis. 2:41)—telah menjadi pengikut Kristus. Syukur kepada Roh Kudus, orang-orang yang dahulu terpisah kini menjadi sekelompok orang yang menganggap “segala kepunyaan mereka adalah kepunyaan bersama” (ay.44). Mereka bersedia membagikan apa saja yang mereka miliki kepada satu sama lain.
Roh Kudus terus menjembatani kesenjangan antara berbagai kelompok manusia yang berbeda-beda. Kita mungkin tidak selalu akur, juga tidak selalu dapat memahami satu sama lain. Namun, sebagai umat percaya di dalam Kristus, kita saling memiliki. —Linda Washington
Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau telah mati bagi kami dan menyatukan kami menjadi satu umat di dalam gereja.
Roh Kudus mengubah “kami” dan “mereka” menjadi “kita”.
Bacaan Alkitab Setahun: 1 Tawarikh 10-12; Yohanes 6:45-71
masih adakah komunitas/jemaat seperti jemaat mula-mula? yang menganggap segala kepunyaan mereka sebagai kepunyaan bersama. di zaman yang disebut zaman now ini, “sungguh langka” ada yang demikian.
rohkudus yang menyatukan kami yang satu frekuensi
Aminn
Kiranya Roh Kudus selalu mempersatukan umat Allah
Satukan kami Tuhan melalui Roh kudusMu. Amin.
Bapa satukanlah kami gereja2Mu….amiin
Amin
Terimakasih Bapa. Amin
amin
Amin
amin.
Roh Kudus terus menjembatani kesenjangan antara berbagai kelompok manusia yang berbeda-beda.
amin
Roh Kudus telah turun dan akan menyatukan hati kita semua. bukalah hati kita padanya dan biarkanlah hati kita dipenuhinya, agar semua berkat akan selalu beserta kita.
Terpujilah nama Allah melalui anaknya Yesus kristus, Amin
Amin..
Terimakasih Tuhan. Amin
Dalam denominasi gereja yang majemuk seperti sekarang, mari kita berdoa supaya roh kudus menguatkan dan menyatukan orang2 percaya sehingga lebih banyak dari kita “gereja” yang bertambah. JBU all
amin
amin