Tempat Penantian

Selasa, 24 April 2018

Tempat Penantian

Baca: Mazmur 70

70:1 Untuk pemimpin biduan. Dari Daud, pada waktu mempersembahkan korban peringatan.

70:2 Ya Allah, bersegeralah melepaskan aku, menolong aku, ya TUHAN!

70:3 Biarlah mendapat malu dan tersipu-sipu mereka yang ingin mencabut nyawaku; biarlah mundur dan kena noda mereka yang mengingini kecelakaanku;

70:4 biarlah berbalik karena malu mereka yang mengatakan: “Syukur, syukur!”

70:5 Biarlah bergirang dan bersukacita karena Engkau semua orang yang mencari Engkau; biarlah mereka yang mencintai keselamatan dari pada-Mu selalu berkata: “Allah itu besar!”

70:6 Tetapi aku ini sengsara dan miskin—ya Allah, segeralah datang! Engkaulah yang menolong aku dan meluputkan aku; ya TUHAN, janganlah lambat datang!

Berdiam dirilah di hadapan Tuhan dan nantikanlah Dia. —Mazmur 37:7

Tempat Penantian

“Menanti ikan menggigit umpan atau menanti angin untuk menerbangkan layang-layang. Atau menanti datangnya akhir minggu . . . Setiap orang sedang menanti,” begitulah dikatakan Dr. Seuss, penulis buku anak yang terkenal.

Begitu banyak waktu dalam hidup ini yang diisi dengan menanti, tetapi Allah tidak pernah terburu-buru. “Allah memiliki waktu-Nya dan penundaan-Nya sendiri,” bunyi sebuah ungkapan kuno yang dapat dipercaya. Karena itulah, kita menanti.

Menanti itu sulit. Kita memain-mainkan jempol tangan, mengayun-ayun kaki, menahan diri untuk tidak menguap, menarik napas panjang, dan mengeluh dalam hati karena rasa frustrasi. Kita mungkin bertanya-tanya, mengapa aku harus hidup dengan orang yang tidak menyenangkan ini, pekerjaan yang membosankan ini, perilaku yang memalukan ini, masalah kesehatan yang tak kunjung berakhir ini? Mengapa Allah tidak berbuat sesuatu?

Allah menjawab, “Tunggu, dan lihatlah apa yang akan Kulakukan.”

Menanti adalah salah satu guru terbaik dalam hidup ini karena melalui penantian, kita belajar nilai dari penantian itu sendiri, yakni menanti saat-saat Allah bekerja di dalam diri kita dan bagi kebaikan kita. Dalam penantian itulah kita menumbuhkan ketahanan, yaitu kesanggupan untuk mempercayai kasih dan kebaikan Allah, sekalipun apa yang terjadi tidak sesuai dengan keinginan kita (Mzm. 70:6).

Namun, menanti bukanlah sikap menyerah yang terpaksa dan membosankan. Kita dapat “bergirang dan bersukacita karena [Tuhan]” sambil kita menanti (70:5). Kita menanti dalam pengharapan, dengan mengetahui bahwa Allah akan membebaskan kita pada waktunya—di kehidupan sekarang atau di kehidupan yang akan datang. Allah tidak pernah tergesa-gesa, dan Dia selalu tepat waktu. —David H. Roper

Tuhan, terima kasih untuk kehadiran-Mu yang penuh kasih. Tolong kami untuk menggunakan sebaik-baiknya masa penantian kami dengan mempercayai dan melayani-Mu.

Allah selalu menyertai kita dalam penantian kita.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Samuel 19-20; Lukas 18:1-23

Bagikan Konten Ini
52 replies
« Older Comments
« Older Comments

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *