Pengharapan Besar

Kamis, 1 Februari 2018

Pengharapan Besar

Baca: Matius 21:12-16

21:12 Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mengusir semua orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Ia membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati

21:13 dan berkata kepada mereka: “Ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.”

21:14 Maka datanglah orang-orang buta dan orang-orang timpang kepada-Nya dalam Bait Allah itu dan mereka disembuhkan-Nya.

21:15 Tetapi ketika imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat melihat mujizat-mujizat yang dibuat-Nya itu dan anak-anak yang berseru dalam Bait Allah: “Hosana bagi Anak Daud!” hati mereka sangat jengkel,

21:16 lalu mereka berkata kepada-Nya: “Engkau dengar apa yang dikatakan anak-anak ini?” Kata Yesus kepada mereka: “Aku dengar; belum pernahkah kamu baca: Dari mulut bayi-bayi dan anak-anak yang menyusu Engkau telah menyediakan puji-pujian?”

Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, hosana di tempat yang mahatinggi! —Matius 21:9

Pengharapan Besar

Ketika pemasang iklan merekayasa foto patung marmer karya Michelangelo yang menggambarkan tokoh Daud dari Alkitab, pemerintah Italia dan pengurus museum di sana menyatakan keberatan. Menurut mereka, gambaran Daud menyandang sebilah bedil (bukan umban seperti di Alkitab) merupakan pelanggaran—“sama saja dengan menghancurkan patung itu memakai palu, atau bahkan lebih buruk dari itu,” kata seorang pejabat urusan kebudayaan.

Pada abad pertama di Yerusalem, Daud dikenang sebagai gembala, penyair, pahlawan, sekaligus raja Israel yang harum namanya. Nama Daud juga membawa pengharapan besar bagi Israel dan para nabi menubuatkan bahwa keturunan Daudlah yang akhirnya akan mengalahkan musuh-musuh Israel. Oleh karena itu, berabad-abad kemudian, saat orang banyak menyambut Yesus sebagai Anak Daud (Mat. 21:6-9), mereka berharap Yesuslah yang akan memimpin pemberontakan untuk mengusir penjajah Romawi. Namun, Yesus justru menjungkirbalikkan meja-meja penukaran uang di Bait Allah untuk mengembalikan rumah Bapa-Nya itu sebagai rumah doa bagi semua bangsa. Para pemimpin Israel pun geram. Yesus bukanlah Mesias dan Anak Daud yang mereka nantikan. Maka tanpa menyadari apa yang mereka perbuat, mereka membiarkan para algojo Romawi untuk memakukan tangan dan kaki Sang Raja Israel yang sejati.

Alih-alih menghentikan mereka, Yesus merelakan diri digantung pada salib yang hina—direndahkan dan dicela. Namun lewat kebangkitan-Nya, kita tahu bahwa Anak Daud yang sejati telah mengalahkan musuh-musuh-Nya dengan kasih dan memanggil anak-anak-Nya dari segala bangsa untuk memberitakan kabar kemenangan-Nya. —Mart DeHaan

Bapa di surga, meski sulit bagi kami untuk mengakuinya, tetapi memang kami sering merasa bimbang. Kami berusaha mempertahankan pencitraan diri yang kami sukai daripada memuliakan kasih-Mu yang tak ternilai.

Yesus menunjukkan bahwa Allah selalu lebih baik daripada segala bayangan dan harapan kita.

Bacaan Alkitab Setahun: Keluaran 27-28; Matius 21:1-22

Bagikan Konten Ini
45 replies
  1. agusti lim
    agusti lim says:

    Tuhan, terpujilah Engkau, segala hormat dan kemuliaan hanya bagiMu. kami menyerahkan seluruh hidup kami kepadaMu, karena sesungguhnya apa yang Engkau beri adalah yang terbaik, bayangan dan harapan kami seringkali salah, tetapi Engkau dan kehendakMu adalah yang terbaik, ajari kami menyadarinya.Amin

  2. Johanes Matmey
    Johanes Matmey says:

    Sabar menanti akan kedatangan-Nya sama seperti kita berharap atau mengharapkan pertolongan-Nya, sehingga pribadi yg benar2 setia akan Yesus, ialah mereka yg mau menunggu perbuatan tangan-Nya tanpa bersungut2 . AMEN

  3. Tetti Noni
    Tetti Noni says:

    Terpujilah engkau anak Daud. Aku percaya engkau Allah yang merancang masa depan dengan penuh harapan.

  4. Eddy Fredi
    Eddy Fredi says:

    Saat ini kebimbangan memang sangat sulit di sembunyikan, tetapi saat ini juga kami bawa kebimbangan kami ini kehadirat Tuhan, Amin

  5. Monang Samuel Limbong
    Monang Samuel Limbong says:

    Bapa di surga, meski sulit bagi kami untuk mengakuinya, tetapi memang kami sering merasa bimbang. Kami berusaha mempertahankan pencitraan diri yang kami sukai daripada memuliakan kasih-Mu yang tak ternilai.
    maksudnya apa ya kaa? saya belum paham

  6. Joshua Michael
    Joshua Michael says:

    Ya Tuhan, kami sering mengandalkan diri kami sendiri.. Ajar kami untuk selalu melekat dan berharap padaMu.. Amin

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *