Tuhan Mengubah Kesedihanku Menjadi Sukacita

Oleh Callie Opper, Amerika Serikat
Artikel asli dalam bahasa Inggris: When God Turned My Sorrow to Joy

Dalam kehidupan setiap orang, aku percaya ada sebuah masa di mana kita akan menyadari betapa kecilnya kita jika dibandingkan dengan Tuhan, dan juga betapa kecilnya kita jika dibandingkan dengan masalah-masalah yang bisa saja mengalahkan kita. Masa-masa seperti ini pernah terjadi di hidupku saat aku berusia 14 tahun.

Waktu itu keluargaku menerima kabar buruk bahwa ibuku divonis menderita leukimia atau kanker darah. Berselang sebulan setelahnya, giliran ayahku yang divonis menderita kanker kelenjar getah bening. Sebagai seorang remaja berusia 14 tahun, aku tidak tahu harus merespons kabar buruk ini seperti apa, yang jelas kabar ini telah mengguncang duniaku. Dunia yang sebelumnya tampak sempurna bagiku, sekarang telah runtuh, dan satu-satunya hal yang bisa kulakukan adalah berpura-pura menjadi kuat, padahal hatiku terasa hancur. Aku harus kuat supaya aku bisa melalui semuanya ini, dan juga supaya Tuhan berkenan menyembuhkan kedua orangtuaku.

Sebagai seorang anak yang tumbuh besar di lingkungan Kristen, sudah berkali-kali aku mendengar bahwa ketika hidup menjadi sulit, kita harus mempercayai Tuhan. Ketika tragedi terjadi, kita harus kuat karena Tuhan ada di sisi kita. Tetapi, ketika badai hidup menerpa hidupku, tidak serta merta aku mempercayai rencana Tuhan. Malah, aku sempat berpikir jika Tuhan mungkin saja menyerah kepadaku karena keraguanku. Aku telah menerima Kristus saat berusia 9 tahun dan mengucapkan doa-doa yang aku pahami artinya. Akan tetapi, aku tidak mengerti bagaimana sesungguhnya mengikut Yesus.

Karena kesedihan ini, sekalipun di sekelilingku ada banyak orang yang mengasihiku, aku mendapati diriku merasa kesepian. Aku membiarkan perasaan ini berakar dan membuatku jadi tidak percaya diri; aku mulai meragukan apakah Tuhan memang benar-benar hadir di dalam hidupku karena Dia tidak menyembuhkan ibuku. Dan karena aku merindukan perhatian dari orang lain, aku membiarkan dunia menentukan siapa diriku. Di dalam hati, aku melarikan diri dari seorang Pribadi yang berjanji tidak pernah meninggalkanku; aku menutup hati dan pikiranku dari Tuhan.

Setelah lebih dari setahun sejak ibuku divonis kanker, beliau pun meninggal dunia. Aku harus berusaha untuk menjalani kehidupan yang baru—sebuah kehidupan tanpa kehadiran sosok Ibu. Di luar, aku berusaha menunjukkan bahwa aku percaya sepenuhnya kepada Tuhan, tetapi jauh di dalam diriku, aku merasa bingung dan kehilangan. Aku terus bertanya mengapa, dan menjadi semakin pahit ketika aku melihat ayahku jatuh cinta dengan orang lain dan kami pindah meninggalkan rumah yang telah kutempati sejak aku masih kecil.

Namun, di tengah-tengah masa kelam itu, sesungguhnya Tuhan tidak pernah meninggalkanku. Tuhan terus mengejarku dan perlahan menghancurkan benteng kepahitan yang mengelilingi hatiku.

Beberapa lama berselang setelah kematian ibuku, aku mendaftarkan diriku dalam sebuah program mission trip ke Tiongkok. Sebenarnya, alasanku mengikuti mission trip ini sangat egois—aku ingin melarikan diri dari segala tragedi yang menyelubungi diriku dan keluargaku.

Namun, rencanaku yang semula berubah dengan cepat; Tuhan punya rencana untuk menunjukkan betapa egoisnya diriku dan Dia ingin memulihkanku. Suatu ketika, di atas gunung di Tiongkok, Dia menggunakan tempat yang terpencil untuk menyadarkanku akan betapa beratnya sakit yang kurasakan, pemberontakanku terhadap-Nya, dan Dia juga menyatakan kondisi hatiku yang sesungguhnya. Untuk pertama kalinya dalam hidupku, aku mendapati diriku begitu lemah di hadapan-Nya. Dia menegurku melalui sebuah ayat: “Dalam segala penderitaan kami aku sangat terhibur dan sukacitaku melimpah-limpah” (2 Korintus 7:4). Ketika motivasiku pergi ke Tiongkok adalah untuk melarikan diri, Tuhan malah membawaku ke sebuah tempat yang tenang untuk duduk di hadirat-Nya dan mengalami perubahan hidup.

Aku tidak tahu seperti apakah sukacita yang sejati itu, tetapi saat itu aku tahu bahwa aku membutuhkannya. Aku memohon pada Tuhan supaya Dia memberiku sukacita, supaya aku percaya akan rencana-Nya, jalan-Nya, dan cerita yang Dia tuliskan untukku sepenuh hatiku.

Selama beberapa tahun berikutnya, Tuhan membentuk hatiku untuk mengungkapkan emosi yang tidak ingin kuhadapi, kesedihan yang belum terselesaikan, dan kebohongan yang kupercaya tentang Tuhan dan diriku sendiri.

Tuhan menunjukkanku bahwa sukacita bukanlah kebahagiaan yang bersifat sementara, melainkan sebuah kepuasan yang mendalam akan rencana Tuhan, yang kita tahu adalah untuk kebaikan kita dan tujuan-Nya. Sukacita bukan berarti bahwa aku akan selalu bangun dengan senyuman setiap harinya; sukacita bukan berarti bahwa aku akan selalu riang gembira di tengah badai kehidupan. Sukacita adalah sebuah keputusan untuk melihat tujuan Allah ketika segala sesuatunya runtuh. Sukacita adalah pilihan setiap hari, sekalipun ada hal-hal yang membuat air mata menetes.

Tuhan mengajariku bahwa menjadi seorang yang lemah adalah jauh lebih baik daripada berpura-pura kuat. Kelemahan kita menunjukkan bahwa sesungguhnya kita butuh bergantung pada Tuhan. Tuhan mengajariku bahwa it’s okay to be not okay—tidak masalah untuk jujur apabila kita memang tidak sedang baik-baik saja. Tuhan menyambut setiap keraguan kita dan mengundang kita untuk bersama-sama bergumul dengan-Nya di saat kita tidak mengerti apa yang Dia sedang kerjakan.

Hal yang indah yang kupelajari tentang Tuhan adalah Dia tidak pernah menyerah terhadap kita. Dia tidak pernah berhenti mengejar kita tak peduli sebagaimanapun usaha kita untuk melarikan diri. Dia akan pergi ke tempat terdalam dan tergelap di hati kita untuk membuktikan bahwa Dia adalah Tuhan yang baik.

Aku telah menyaksikan bahwa Tuhan telah mengubah hal yang buruk menjadi baik. Dia telah menghapuskan kepahitan yang kupegang selama bertahun-tahun dengan cara memberikan orang-orang yang mau menolongku. Dia menggunakan kematian ibuku sebagai cara untuk menunjukkan realita bahwa hidup ini begitu singkat. Dia mengajariku bahwa aku harus menghargai orang lain dan menghargai setiap detik. Dia telah menunjukkanku betapa pentingnya untuk mencintai dan menjalani hidup dengan baik karena hubungan dengan orang lain begitu berharga.

Tuhan telah begitu setia dalam perjalanan hidupku. Dia telah menunjukkan banyak hal kepadaku melalui kematian ibuku. Dia memberiku sukacita yang utuh dan mengajariku untuk menerima kelemahanku, dan memandang hanya kepada-Nya saja. Dia mengajariku untuk menerima dukacita. Dia telah menunjukkan kepadaku bahwa bersembunyi dan melarikan diri dari badai yang Dia izinkan terjadi adalah sebuah perbuatan yang sia-sia.

Aku percaya bahwa Tuhan memiliki cerita yang unik untuk setiap orang. Dia memberikan yang terbaik untuk hidup kita dan mengubah rasa sakit yang kita alami menjadi sebuah kebaikan yang jauh lebih indah daripada yang dapat kita bayangkan. Hidup adalah sebuah pemberian, dan kisah hidup kita, tak peduli seperti apapun kisahnya adalah gambaran dari Injil. Cerita hidup kita adalah tentang Dia dan kemuliaan-Nya.

“Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku” (Habakuk 3:17-19).

Baca Juga:

Nyaris Mati Karena Bunuh Diri, Namun Tuhan Memberiku Kesempatan Kedua

Obat-obatan dan pecahan kaca, air mata dan darah, ketakutan dan putus asa. Itulah gambaran dari malam yang paling kelam dalam hidupku di mana aku memutuskan bunuh diri. Namun, usahaku itu gagal dan Tuhan menyadarkanku akan betapa salahnya cara pikirku.

Bagikan Konten Ini
9 replies
  1. Yeyen haloho
    Yeyen haloho says:

    Aku percaya pasti Tuhan mengubah kepahitan hidupku menjadi Sukacita.
    pasti ada Pelangi sehabis Hujan.
    Thanks God..

  2. Dan
    Dan says:

    Pertanyaan artikel di atas apakah kita sebagai seorang Kristen dalam menghadapi masalah, penyakit berat dan kematian orang yg kita sayangi apakah harus berpura-pura kuat? hanya untuk menyenangkan Tuhan. Apakah percobaan itu datang dari Tuhan? JawabNya tidak. Dalam Yakobus 1 ayat 13 tertulis ‘Apakah seorang dicobai, janganlah ia berkata : ‘Percobaan ini datang dari Allah!’ Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun’ ©LAI 1974 lalu siapakah yg mencobai manusia? Dalam matius 6:13 jawabannya “dan janganlah membawa kami ke dalam percobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. [Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya, Amin]” Sudah jelas yg mencobai manusia itu si jahat. Siapakah si jahat? Dialah yg menjerumuskan manusia pertama adam dan hawa ke penderitaan dunia. Iblis adalah yg menghancurkan hubungan manusia dengan Tuhan, penderitaan-penderitaan di dunia ini adalah buah dari kelicikan iblis. Selain iblis merusak manusia pertama, iblis juga memperalat malaikat untuk jadi pengikutnya, iblis diusir dengan malaikat-malaikat yg memberontak, pengikut-pengikut iblis ini menyebut diri mereka legion karena sebenarnya mereka tentara malaikat yg membelot. Jadi jangan heran jika ada penyesat-penyesat yg menyamar sebagai malaikat terang, sebenarnya mereka hanya pelayan Tuhan palsu dan jemaat mereka jemaat iblis baca Wahyu 2:9. Sama seperti 12 murid Tuhan Yesus, ada 1 murid yg bernama Yudas Iskariot yg berhianat dan bersekutu dengan iblis. Maka seperti itu juga nanti di akhir jaman, anti Kristus akan muncul dari aliran gereja yg melawan doktrin Kristus, akhirnya doktrin itu dibelokkan iblis, ciri-cirinya? Lihat saja yg mengajarkan aturan yahudi buat bangsa non israel, aturan yahudi dengan hukum tauratnya hanya untuk bangsa israel, jadi kalau non israel menjalankan hukum taurat untuk apa Yesus Kristus disalibkan? Ikutilah ajaran Tuhan jangan mau disesatkan iblis, awalnya doktrin Kristus dirusak, ketika sudah kuat dirusak tinggal dibelokkan jadi anti kristus, karena kelicikan iblis yg sukses masuk ke tempat suci. Penghianat sudah masuk menyamar maka berhati-hatilah, peganglah Alkitab/Bible sebagai sumber doktrin yg hidup. Kemudian pertanyaan berikutnya, apakah penyakit berat yg manusia derita berasal dari Tuhan? Kalau tentang penyakit, ahli kedokteran bisa menjawab ini apakah dengan berdoa Bapa Kami yg di sorga penyakit kanker bisa muncul? Atau apakah dengan beribadah tiap minggu ke gereja orang bisa terkena serangan jantung? Penyakit yg diderita tubuh manusia bukan berasal dari Tuhan Yesus. Kalau soal sumber penyakit manusia silahkan tanya sama ahlinya, dokter. Dari yg saya ketahui manusia merusak tubuhnya sendiri dengan gaya hidup tidak sehat, makanan-makanan kimia siap saji serta kebiasaan-kebiasaan buruk seperti merokok dan minum minuman keras. Termasuk penyakit HIV/AIDS juga akibat perilaku selingkuh sex bebas manusia, serangan jantung dari makanan yg berkolesterol tinggi obesitas, semua penyakit bisa dijelaskan, silahkan tanyakan kepada ahlinya yg sudah belajar 6 tahun untuk dapat gelar dokter, mereka tiap pagi sampai malam hanya belajar penyakit dan cara penyembuhan, kalau mau tau kenapa manusia bisa sakit, dokter lebih tau. Apakah dengan iman yg berisi segala penyakit bisa disembuhkan? JawabNya bisa. Karena Tuhan yg menciptakan, pastilah Tuhan bisa memperbaiki. Lalu, bagaimana caranya? Ada 2 caranya, pertama dengan berdoa, bernyanyi lagu-lagu pujian kepada Tuhan Yesus, dalam penderitaan dan kesakitan tetap berharap mujizat kesembuhan dari Kristus, bersyukur dan memberi beban penyakit itu hanya ke tangan Tuhan Yesus, pelajari dan kuatkan iman dengan membaca Alkitab/Bible setiap saat, maafkan semua orang-orang yg menyakiti kita, serta percaya Tuhan Yesus akan memberikan yg terbaik di waktu yg telah direncanakanNya. Cara ini ketika sesuai kehendakNya dan orang yg sakit ini memiliki iman sebesar biji sesawi maka penyakit apapun bisa sembuh. Bapa kita di sorga akan menyembuhkan anak-anakNya yg mengasihiNya, baca Yohanes 11 ayat 4 “Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata : Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan”. ©LAI 1974 artinya Tuhan Yesus akan tunjukkan kuasanya atas penyembuhan penyakit dan mengalahkan kuasa maut, Tuhan Yesus mendengar doa anakNya yg menderita sakit dan menyembuhkan penyakitnya. Cara kedua, undanglah orang-orang yg punya iman berisi walaupun hanya sebesar biji sesawi, lakukanlah persekutuan doa, maka Tuhan akan mendengar permohonan kita dan menyembuhkan apapun penyakit itu. Tapi sebaiknya pakai cara pertama, cara kedua banyak syaratnya dan Tuhan Yesus tau isi hati manusia mana yg tulus mana yg munafik. Lalu pertanyaan berikutnya, apakah kematian orang yg kita sayangi atas kehendak Tuhan? JawabNya, Ya. AlasanNya kenapa? Karena tubuh manusia diciptakan dari tanah yg tidak kekal, Tuhan Yesus adalah Bapa Roh, tanah akan kembali ke tanah, sedangkan anak-anakNya akan kembali ke Bapa Rohnya yaitu Tuhan Yesus, ditempatkan di sorga yg Tuhan Yesus janjikan buat orang yg mencari kerajaan Tuhan dan kebenaranNya. Manusia yg ditinggalkan hanya mengalami perpisahan sementara, nanti kita akan bertemu kembali di sorga berkumpul bersama-sama orang yg kita sayangi. Jangan takut, Tuhan Yesus mengijinkan ingatan yg baik masih diingat manusia yg telah masuk sorga, tapi dosa-dosa manusia serta ingatan buruknya memang dihapuskan, tanda itu diberikan ketika penebusan dosa-dosa manusia dan menyucikan roh manusia oleh pengorbanan Tuhan Yesus di kayu salib. Jadi kita sebagai seorang Kristen, secara manusiawi kita memang bersedih ditinggalkan orang yg kita sayangi, tapi jangan berlarut-larut sedihnya, nanti juga ada waktunya bisa bertemu kembali di sorga. Berdoalah kepada Tuhan Yesus untuk menenangkan hati kita yg sedih, jiarahilah makamnya untuk mengenangnya, tapi ingat roh manusia setelah meninggal tidak ada lagi di dunia apalagi di kuburan. Kita jiarah untuk menunjukkan kita orang Kristen telah menerima “darah dan daging” penebusan Kristus, kita muliakan Tuhan Yesus dengan nyanyian-nyanyian rohani dan doa dengan sukacita yg menyatakan Terima Kasih atas Anugrah KasihNya yg telah menyelamatkan anak-anakNya dari kuasa kematian. Ada kehidupan kedua, itulah janji Tuhan Yesus bagi anak-anakNya. Semoga penjelasan ini menguatkan iman saudara-saudari untuk terus bertekun dalam doa, mencari kebenaran-kebenaran iman, satu hal yg wajib apapun gereja saudara-saudari pegang Alkitab/Bible sebagai sumber iman yg benar, ingat aturan doktrin non israel ada di perjanjian baru. Ikuti itu, maka Kristus akan hidup dalam kasih di dalam diri anak-anakNya. Tuhan Yesus memberkati

  3. Richard Gordon Tua Nalim Purba
    Richard Gordon Tua Nalim Purba says:

    Sungguh Tuhan sedang merenda hidup kita, apapun yang Dia buat itulah yang terbaik.
    Semuanya itu akan indah pada waktunya, jangan mengatur Tuhan, tetapi biarlah Dia yang mengatur hidup kita. Amin !

  4. Ira
    Ira says:

    Saya menemukan artikel ini ketika mencari jawaban atas persoalan saya.
    Saya memiliki pertanyaan hidup berbeda dengan cerita di atas, “apakah Tuhan suka sekali melihat umatNya menderita selama di bumi hanya supaya hidup kekal di sorga?” Sehingga kalau ada orang percaya Tuhan hidupnya senang dianggap tidak bergantung kepada Tuhan

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *