Di Balik Kepergian Papa yang Mendadak, Ada Pertolongan Tuhan yang Tak Terduga

Oleh Peregrinus Roland Effendi, Cilacap

Di Minggu pagi yang tenang, tiba-tiba duniaku seakan runtuh. Dari balik telepon, suara mamaku bergetar, “Papa sakit keras, kamu cepat pulang ke rumah!” Namun, belum sempat aku beranjak pulang, Mama kembali menelepon. Kali ini suaranya berubah lirih, “Papa sudah meninggal.”

Peristiwa mendadak ini membuat perasaanku tidak karuan. Aku tertegun dan tak habis pikir. Mengapa Tuhan memanggil pulang Papa begitu cepat? Papa tidak punya riwayat sakit penyakit yang dideritanya. Papa juga bersahabat baik dengan semua orang. Tapi, mengapa? Pertanyaan itu terus menggantung di benakku seraya aku menyiapkan diri untuk segera pulang ke rumahku di Sidareja, sebuah kota kecamatan kecil di perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Kesedihanku tidak berhenti sampai di sini. Siang itu tidak ada angkutan umum yang tersedia untuk mengantarku pulang. Tiket kereta api, bus, juga angkutan travel semuanya ludes dan baru tersedia keesokan harinya. Aku sempat berpikiran untuk nekat saja pulang mengendarai sepeda motor supaya bisa melihat wajah Papa sebelum upacara tutup peti. Tapi, ketika aku menceritakan rencana ini kepada sahabatku, dengan tegas dia mencegahku. Katanya, perjalanan naik motor itu berbahaya, apalagi jika ditambah dengan kondisi perasaanku yang penuh kesedihan. Namun, karena aku tetap bersikukuh untuk segera pulang, akhirnya dia menawarkan diri untuk mengantarku naik motor hingga ke Sidareja.

Perjalanan sejauh kurang lebih 200 kilometer itu tidak berjalan mulus. Dalam keadaan normal saja biasanya dibutuhkan waktu sekitar 7 hingga 8 jam untuk tiba di rumahku. Tapi, siang itu hujan turun dengan deras dan membuat perjalanan kami jadi lebih sulit. Aku jadi tambah bertanya-tanya pada Tuhan. “Kok tega sih, Tuhan?” Tapi, Tuhan seolah bergeming. Hujan tetap turun, malah bertambah deras tanpa ada tanda-tanda akan berhenti. Lalu, sahabatku yang mengendarai motor pun salah jalan sehingga kami tersesat dan berputar-putar selama satu jam di daerah yang sama.

Sudah empat jam berkendara, hari mulai gelap dan hujan masih mengguyur. Perjalanan ini membuatku lelah secara fisik maupun rohani. Badanku terasa pegal dan hatiku pun bertambah sedih karena ingin segera melihat Papa. Namun, ada sebuah peristiwa yang tidak terduga terjadi. Saat sahabatku sudah berhasil menemukan jalan utama yang menuju Cilacap, ada sebuah mobil yang berada di depan motor kami. Ketika aku melihat pelat nomornya, aku yakin bahwa itu adalah mobil saudaraku dari Jakarta. Kutepuk pundak sahabatku dan memintanya memposisikan motor tepat di samping mobil itu. Ternyata, benar, di dalam mobil itu ada rombongan saudara-saudaraku yang juga akan melayat Papa. Lalu, kami pun menepi sejenak. Sahabatku memutuskan untuk kembali lagi ke Jogja karena keesokan harinya dia harus bekerja dan aku melanjutkan perjalanan ke rumah bersama saudara-saudaraku.

Perisitiwa tak terduga ini sedikit menjawab pertanyaanku akan di mana kebaikan Tuhan ketika aku sedang berduka. Tuhan menjawabnya dengan memberikan sebuah pertolongan. Tuhan tahu bahwa perjalanan menuju rumahku masih jauh, lalu aku dan sahabatku pun pasti kelelahan mengendarai sepeda motor. Ketika aku bertemu dengan mobil saudaraku di tengah jalan, aku tahu ini adalah cara Tuhan menolongku. Tuhan tidak menghapus perasaan dukaku begitu saja, tetapi Dia ingin di balik duka ini, aku bisa mempercayai-Nya yang jauh lebih besar daripada setiap masalah yang kuhadapi.

Setibanya di rumah, di depan jenazah Papa aku termangu. Papa adalah seorang ayah yang berpendirian keras. Namun, dia tidak pernah sekalipun memukul Mama ataupun anak-anaknya. Lewat kerja keras berjualan sembako di toko kelontong, Papa mewujudkan cintanya untuk ketiga anaknya. Dari setiap Rupiah yang Papa kumpulkan, Papa sanggup membiayai aku dan kedua kakakku untuk mengenyam pendidikan tinggi di luar kota hingga bisa lulus menjadi sarjana.

Mamaku bertutur, katanya sekitar dua minggu menjelang kematian Papa, ada sesuatu yang unik terjadi. Papa adalah seorang Katolik, tapi jarang pergi ke gereja karena harus bekerja menjaga toko. Namun, entah mengapa belakangan ini dia begitu bersemangat pergi ke gereja. Gaya bicaranya yang biasanya keras pun berubah menjadi lemah lembut. Aku tidak tahu apa yang Papa rasakan saat itu hingga Dia begitu bersemangat untuk menyambut Tuhan dalam tiap ibadah di gereja. Hingga suatu ketika, di Minggu pagi yang cerah, Tuhan memanggil pulang Papa ketika dia sedang beribadah dan menerima perjamuan kudus di gereja.

Di tengah perasaan dukaku, Tuhan mengingatkanku dengan sebuah ayat. “Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan” (Yesaya 41:10).

Seperti peristiwa pertolongan Tuhan yang tak terduga saat aku dalam perjalanan menuju rumah, aku percaya bahwa Tuhan terus akan menolongku dan keluargaku dalam menghadapi kehidupan sepeninggal Papa.

Waktu itu, ketika aku dalam hati memohon supaya hujan berhenti, tapi hujan malah bertambah besar. Namun, Tuhan menyediakan pertolongan lain berupa pertemuan dengan saudaraku yang berada dalam mobil. Kadang, ketika kita memohon pertolongan Tuhan dalam masalah yang kita hadapi, Tuhan tidak mengubah keadaan begitu saja. Tuhan tidak mengubah keadaan dukacitaku menjadi sukacita dalam sekejap. Tapi, Tuhan mengubah hati dan pikiranku melalui cara dan pertolongan-Nya yang jauh di luar pemikiran kita.

Tuhan adalah Tuhan yang mengagumkan. Dia berjanji bahwa Dia akan menghibur setiap orang yang berdukacita (Matius 5:4). Hari ini, maukah kamu menyerahkan rasa dukamu kepada Tuhan dan mengizinkan-Nya menolongmu dengan cara-Nya?

Baca Juga:

Pelajaran Berharga dari Skripsi yang Tak Kunjung Usai

Ketika aku masih menjadi mahasiswa tingkat akhir, aku menganggap skripsi sebagai momok yang begitu menakutkan. Tatkala teman-teman seangkatanku begitu bersemangat untuk segera lulus, aku malah membiarkan waktuku selama satu semester pertama terbuang percuma tanpa hasil apapun.

Bagikan Konten Ini
19 replies
  1. aline
    aline says:

    Thanks for sharing! Aku juga termasuk orang yang ditinggal secara mendadak oleh papa dan cerita ini bikin aku bisa lihat cerita duka dari perspektif lain 🙂

  2. Karunia Simanungkalit
    Karunia Simanungkalit says:

    hampir sama saat ayahku juga pergi secara tiba” minggu lalu lewat sharing ini aku sadari Tuhan pasti mengubah segala duka kita menjadi sukacita

  3. Jack Arnoldy Weo
    Jack Arnoldy Weo says:

    Tuhan Yesus sangat Baik..
    pertolonganNya tdk pernah terlambat..
    Intinya kita:
    1 Taat
    2 MengandalkanNya
    Tuhan Yesus Memberkati ..

  4. Dan
    Dan says:

    Dalam pengharapan ada sukacita, tetaplah kuat dalam iman. Kematian hanya jembatan yg mempertemukan kita dengan Bapa di sorga, nanti ketika tiba waktuNya, hari dimana Tuhan Yesus datang untuk kedua kalinya, hari ketika iblis dihukum dan kuasa dosa dilenyapkan, kematian tidak akan jadi pemisah, tidak akan ada lagi kematian yg menyedihkan. Manusia akan dikumpulkan di Yerusalem Baru, disaat itulah Tuhan Yesus dan manusia kembali bersama dan anak-anakNya bisa berbicara dengan Bapa secara langsung. Janji Tuhan Yesus kepada anak-anakNya yg mengikuti firmanNya, mengasihiNya dan setia kepadaNya adalah Sorga, inilah kehidupan kedua bagi orang percaya, semoga kita tetap mengandalkan Tuhan Yesus dalam hidup kita di dunia, tetaplah menjadikan diri kita sebagai firman yg hidup dalam ucapan dan perbuatan. Tuhan Yesus memberkati

  5. sherly
    sherly says:

    Hi there.
    membaca artikel ini mengingatkanku akan kepergian ayah, kakek, nenek dan pacarku. Tetapi, tetaplah percaya bahwa mereka yg sudah pergi, telah disediakan rumah oleh Tuhan disana. Sebuah rumah yg sudah mereka bangun atas dasar iman mereka. dan bagi yg di tinggalkan, pasti Tuhan akan memberikan pelangi dikehidupan kita. Tetaplah berdoa karena berdoa membawa kuasa besar untuk mereka yg sudah pergi dan bagi kita semua yg masih di sini. Tuhan selalu menyertai.

  6. Daniel Lama Lewa
    Daniel Lama Lewa says:

    Tepat tgl 22 september 2017, ibunda tercinta juga dipanggil Tuhan secara mendadak, cerita kita hampir sama karena aku juga memilih pulang kampung naik motor selama 8 jam. Awalnya tidak diperbolehkan, tapi aku tetap berangkat walaupun gak jadi pengendara, alias duduk manis di belakang saja. Lewat duka cita yang aku alami, semakin menguatkan aku bahwa rumah kita sebenarnya bukan di dunia, tapi di kekekalan bersama dengan Tuhan. Amin

  7. Dan
    Dan says:

    Terima Kasih sudah mengerti seorang pengikut Kristus punya kehidupan kedua di Sorga dan mengganti dukacita menjadi sukacita. Ingatan manusia yg telah mengalami kematian tubuh kemudian bersama Tuhan Yesus di Sorga masih diberi ingatan tentang keluarganya. Hanya saja ingatan tentang dosa-dosanya telah dihapuskan, simbol penghapusan kuasa dosa ada dalam salib Kristus. Kita hanya terpisah sementara, suatu hari nanti kita akan bertemu kembali. Semoga kita semakin memiliki iman yg hidup. Amin

  8. Priskila Saragih
    Priskila Saragih says:

    Wah sangat memberkati sekali. Cerita saya hampir sama. Dulu ketika Bapak saya meninggal dunia dan jenazah alm belum sampai di rumah, saya yang masih kelas 4SD bertanya pada mama, “Jadi, kita gimana?”
    Tapi Puji Tuhan, Tuhan memberkati pekerjaan dan setiap usaha mama sehingga kami semua bisa makan dan sekolah dengan baik di tempat yang baik.
    Penyertaan Tuhan itu sempurna 🙂

  9. martha
    martha says:

    CATATAN AWAL TAHUN
    Ada 1 kisah sedih yg br sempat sy baca. https://hot.grid.id/…/viral-potret-rumah-duka-sepi-pelayat-…
    Ttg kebanjiran di salah satu rumah duka di Tangerang. Ada Potret Rumah Duka yang Terendam Banjir Shg Tak Ada Pelayat Satu Pun. Intinya Saat Mau ‘Pergi’ pun Tak Bisa Nyaman.

    Walaupun sy sekeluarga sgt patah hati dgn kepergian mamih pada 31 Des 2019, namun Tuhan Yesus sbg sumber penghiburan melimpahkan berbagai mujizatNya.

    Semenjak 31 Des 2019, BMKG memperkirakan hujan akn terus mengguyur Jakarta hingga 7 Jan 2020 TAPI ………..
    – rumah duka yg kami gunakan dibuat Tuhan tidak tergenang banjir.
    – terlepas dr sulitnya akses jalanan, Tuhan menyentuh hati banyak org shg para pelayat bs tiba di rumah duka dgn selamat
    – Butuh catering? Pas 1 Jan tahun baru? Hujan nonstop & banjir? Impossible right?!
    Tapi Tuhan sediakan vendor catering yg bersedia melayani kebutuhan kami.
    – Tante (adik kandung mamih) yg berasal dr Ketapang mendadak badannya kaku kaku saat di airport menuju Jakarta shg hrs dilarikan ke dokter. Tante2 saya yg di Jakarta jd panik, semua takut ia bs nyusul meninggal jg. Kami & semua pelayat sepakat meminta kesembuhan dlm doa yg dipimpin Pdt dari @Gerejatiberiasindonesia. Selesai doa, Pendeta meyakinkan kami bahwa tante Ketapang telah sembuh, telepon kembali besok & ia pasti tiba di Jkt. DAN BENAR SAJA!!
    – Yg paling bikin sy terharu, saat kami dan seluruh pelayat bersatu hati berdoa dlm iman agar cuaca sejuk dan tidak hujan saat mengantar kepergian mamih ke pdk rangon, Tuhan benar2 buat hujan berhenti !!!!
    Tgl 2 Januari, terlihat matahari menyembul dr balik awan dan akses jalan yang kami lalui tidak terkena banjir sehingga seluruh prosesi berjalan lancar.

    Terpujilah Allah, Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, Bapa yang penuh belas kasihan dan Allah sumber segala penghiburan. — 2 Korintus 1:3

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *