Ketika Hal-hal Kecil Menjerat Kita dalam Dosa

Ketika-Hal-hal-Kecil-Menjerat-Kita-dalam-Dosa

Oleh Fuye Ongko, Jakarta

Beberapa tahun yang lalu, aku pernah mengikuti pelatihan di mana salah satu kegiatannya adalah memanjat tebing di daerah gunung Bromo. Saat itu, tiap peserta diharuskan mendaki tebing curam tanpa menggunakan peralatan apapun. Panitia hanya menyediakan beberapa penunjuk arah pada bagian-bagian tertentu dari rute yang harus kami lalui.

Untuk mencapai puncak tebing itu, kami berjuang dengan susah payah dan penuh kewaspadaan sampai-sampai sandal gunung yang kukenakan pun rusak. Usaha keras itu membuahkan hasil. Aku berhasil menyelesaikan pendakian tanpa mengalami cedera.

Ketika menghadapi medan pendakian yang berat, aku mengerahkan segenap tenaga dan kewaspadaan supaya tidak terjadi cedera. Tapi, setelah aku kembali ke kota untuk melakukan aktivitas sehari-hari, aku malah terjatuh. Waktu itu aku sedang berjalan melewati tangga yang biasa kulalui di gereja. Anak tangga itu sama sekali tidak tampak berbahaya karena sudah ratusan kali aku naik turun melewatinya. Tapi, di tangga itulah aku terjatuh hingga kaki kananku mengalami keseleo yang cukup parah. Rasanya sakit sekali, sampai-sampai aku harus dibantu untuk berjalan pulang ke rumah.

Kejadian jatuh dari tangga itu membuatku berpikir. Aku bisa melalui jalur pendakian yang berat tanpa cedera sedikit pun, namun malah terjatuh dari tangga yang ada di gereja, sesuatu yang tampaknya tidak berbahaya. Kejadian jatuh dari tangga ini mengingatkanku bahwa seringkali ketika sesuatu tampak baik-baik saja, di situlah aku menjadi lengah. Jika dibandingkan dengan tebing curam yang kudaki, tentu anak tangga di gerejaku bukanlah sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Tapi, siapa menyangka bahwa di tempat yang seolah begitu aman untuk kulalui, aku malah terjatuh di sana.

Seperti pengalamanku ketika berusaha mendaki puncak tebing, seringkali ketika kita dihadapkan dengan masa-masa yang sulit, kita akan berjuang dengan susah payah dan penuh kewaspadaan. Kita berdoa dan membaca Alkitab supaya jangan sampai kita mengalami celaka atau jatuh di dalam dosa. Bahkan, mungkin juga kita melatih diri untuk berpuasa dengan harapan kita bisa mengetahui apa yang menjadi kehendak Tuhan dalam masa-masa sulit itu.

Namun, sebaliknya ketika situasi sedang biasa-biasa saja, seringkali aku dan mungkin juga kita sekalian sama sekali tidak berusaha untuk waspada hingga mudah untuk terjatuh ke dalam dosa. Kita mulai malas berdoa, bersaat teduh, atau membaca Alkitab hanya sekadarnya saja tanpa berusaha merenungkan apa maksud dan bagaimana aplikasinya dalam kehidupan kita.

Alkitab menuliskan kisah tentang Daud, raja Israel yang jatuh ke dalam dosa bukan di masa-masa yang sulit, tapi di masa-masa yang nyaman. Mungkin saja waktu itu pun Daud tidak menduga kalau hal ini akan membawa dia jatuh ke dalam dosa. Ketika Daud tengah berperang melawan Filistin, dia begitu mengandalkan Tuhan. Kepada musuhnya, Daud berkata, “Engkau mendatangi aku dengan pedang dan tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kautantang itu” (1 Samuel 17:45). Dengan pertolongan Tuhan, Daud dan pasukan Israel berhasil mengalahkan orang-orang Filistin. Setelahnya, dalam pelariannya dari usaha pembunuhan oleh Saul dan peperangan-peperangan yang berlangsung setelahnya, Daud tetap mengandalkan Tuhan. “Tuhan memberi kemenangan ke mana pun ia pergi berperang” (2 Samuel 8:14).

Daud berjaya dalam banyak pertempuran, namun ketika suasana kehidupan Daud berubah menjadi lebih nyaman, di sanalah dia terjatuh dalam dosa. Ketika Daud sedang berjalan-jalan di atas sotoh istananya, dia melihat seorang perempuan jelita bernama Batsyeba yang tengah mandi. Daud tergoda dan tidur dengan perempuan itu (2 Samuel 11:1-5). Tak berhenti sampai di situ, Daud bahkan memerintahkan Uria yang adalah suami dari Batsyeba untuk pergi berperang di garis depan hingga ia mati terbunuh. Alkitab mencatat perbuatan Daud ini sebagai sesuatu yang jahat di mata Tuhan (2 Samuel 11:27).

Bukan pertempuran besar yang membuat Daud terjatuh ke dalam dosa, tetapi dalam kenyamanan dan rutinitas sehari-harilah Daud terjerat dosa dan melanggar perintah Tuhan.

Bukankah kondisi ini juga sering kita alami?

Tidak mengherankan kalau dalam suratnya, Rasul Petrus mengingatkan kita untuk selalu berjaga-jaga. “Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya” (1 Petrus 5:8).

Kita perlu mengingat bahwa Iblis tidak pernah libur untuk mencari celah di mana kita lengah dan bisa ditarik ke dalam dosa. Iblis bisa menggunakan cobaan yang berat, namun dia juga bisa menggunakan hal-hal kecil yang menurut kita tidak mengganggu tapi perlahan dapat membuat kita menjauh dari Tuhan.

Oleh karena itu, kita perlu terus membangun kedekatan dengan Tuhan dalam situasi apapun, entah itu saat-saat sulit, senang, ataupun situasi yang menurut kita biasa-biasa saja. Bangun kedekatan kita dengan Allah dengan senantiasa berdoa, mengucap syukur, membaca, dan merenungkan firman-Nya setiap hari.

Baca Juga:

Janelle: Melawan Rasa Sakit dengan Goresan Pena

Sulit untuk membayangkan bahwa di balik senyum hangat yang selalu terhias di wajah Janelle, terdapat penyakit yang sedang menggerogoti tubuhnya. Namun, penyakit itu bukan menjadi alasan untuk Janelle tidak berkarya bagi Tuhan.

Bagikan Konten Ini
10 replies
  1. Dan
    Dan says:

    Benar kadang kita tidak mempersiapkan sesuatu karena kita berpikir masih ada waktu. Sama ketika kita pikir kematian masih jauh, hari Tuhan masih lama. Padahal kematian itu seperti pencuri pada malam hari, tidak ada yg tau dia datang, saat kematian datang ataupun hari Tuhan datang, sudahkah kita memiliki iman yg berisi? dan iman yg berbuah? itulah kenapa Tuhan katakan berjaga-jagalah. Selama waktu itu belum datang, persiapkanlah segala sesuatu dengan baik. Sehingga ketika Tuhan datang ataupun kematian datang, Tuhan menemukan masih ada iman di dapatkanNya. Berjuang melawan keinginan daging, menuruti keinginan Roh, karena dunia ini hanya sementara, jangan jadi orang munafik lain di bibir lain di perbuatan, carilah Kerajaan Tuhan, maka segalanya akan disediakan Bapa di surga. Tuhan Yesus memberkati

  2. tatha
    tatha says:

    terimakasih, kmrn aku bertanya2 soal knp orang kristen yg tekun berdoa , baca alkitab bisa berdosa misalnya dalam ucapan ato dalam perbuatan. padahal kita kira kalo kita rajin berdoa, kalo kita alim, kita pasti melakukan hal yg baik2 saja. rasanya seperti pertanyaanku dijawab sama Tuhan melalui artikel ini. ternyata kita jg harus berjaga2. Tuhan memberkati kita semua

  3. Dan
    Dan says:

    @tatha orang yg tekun berdoa, baca alkitab bisa berdosa karena punya iman yg tidak tahan uji. Misalnya ada orang yg tiap hari berdoa, tiap minggu beribadah, tapi ternyata di kehidupan sehari-harinya menyakiti hati orangtua, ngomongin orang diluar menjelek-jelekan orang, menghina-hina orangtuanya dibelakang, menjengkalin keadaan ekonomi orang padahal harta tidak dibawa mati, atau menabrak orang tapi tidak tanggungjawab sampai sembuh, mengorbankan anaknya jadi tumbal demi status sosial di pekerjaan agar dipuji atasan, itulah orang munafik, iman itu tidak hidup di kehidupannya. Mulutnya berkata saya anak Tuhan, tapi kelakuannya sangat duniawi. Perintah Tuhan untuk menghadapi orang munafik ataupun tidak tahan uji, jauhi orang tersebut tapi jangan musuhi, biar waktu dan keinginan imannya yg dapat menggubahnya. Mungkin kita kesal menghadapi orang munafik, tapi ingatlah Tuhan Yesus pun memaafkan dosa orang, apalagi kita wajib kita maafkan. Makanya kita disuruh berjaga-jaga supaya kuasa iblis tidak menguasai kita. Karena kalau kita orang percaya jatuh ke dalam dosa, kemudian bertobat. Itu sama dengan menyalibkan Tuhan Yesus berkali-kali dan membiarkanNya dihina di depan umum. Itulah saya katakan mari teman-teman, jauhilah dosa, buatlah imanmu tahan uji, buatlah bangga Bapamu di surga ketika Tuhan Yesus mendatangimu Tuhan Yesus menemukan iman yg berisi. Tuhan Yesus memberkati

  4. Virdiani Pongtuluran
    Virdiani Pongtuluran says:

    Untuk menghindari jerat-jerat dosa diperlukan niat, komitmen, dan lingkungan. Dulu saya mudah memaki karena lingkungan saya menganggap kata makian biasa. Akhirnya saya berniat untuk tidak memaki lagi saat kaget atau marah dan saya membutuhkan lingkungan yang mendukung saya.
    Praise The Lord akhirnya saya bisa melupakan kata2 maki.
    Practices make perfect.
    Jesus loves us

  5. melvin Tobondo
    melvin Tobondo says:

    Memang benar itulah yg terjadi kepada kehidupan saya saat ini, yang terkena serangan strook berat yg mengakibat batkan saya ketika itu, merasakan kelumpuhan, namun berkat kasih dari jamahan Tuhan Yesus, melalui kuasa Roholkudusnya, saya kini dapat dipulihkan kembali, haleluyah, teroujilah Tuhan, Amin,

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *