Haruskah Aku Keluar dari Pekerjaan Ini, Tuhan?

haruskah-aku-keluar-dari-pekerjaan-tuhan

Oleh Elleta Terti Gianina, Yogyakarta

Tekanan ekonomi memaksaku untuk bekerja sembari berkuliah. Aku mengambil kuliah Jurusan Periklanan, dan waktu itu sedang dalam proses menyelesaikan skripsi yang sempat tertunda beberapa semester. Namun, aku juga perlu mencari uang sendiri untuk membayar kuliahku. Jadilah aku bekerja menjadi seorang copywriter di sebuah agensi iklan di Yogyakarta.

Awalnya, aku merasa nyaman dengan pekerjaan baruku ini. Sebagai seorang copywriter, tugasku adalah membuat konsep atau cerita sebuah iklan, dan mewujudkannya hingga iklan tersebut ditayangkan. Pekerjaan ini cocok dengan hobiku menulis dan membuat cerita. Selain itu, setiap karyawan bebas memakai pakaian apapun, datang jam berapapun, dan berpikir sekreatif mungkin untuk menciptakan sebuah karya. Lingkungan kerjanya juga mengasyikkan, seperti dalam sebuah rumah bersama dengan rekan-rekan kerja yang penuh canda. Tak ada kegelisahan apapun yang kurasakan saat itu.

Namun, keadaan berubah setelah tiga bulan aku bekerja. Deadline pekerjaan yang harus kuselesaikan membuatku hampir setiap hari harus bekerja hingga lebih dari 15 jam. Tidak jarang aku harus menginap di kantor untuk menyelesaikan pekerjaanku bersama timku, atau aku harus berdinas ke luar kota untuk melakukan shooting iklan atau bertemu dengan klien. Tekanan pekerjaan yang berat ini membuatku merasa kehilangan sebagian hidupku.

Sebagian besar waktuku tersita untuk pekerjaan. Aku tidak punya waktu lagi untuk menyelesaikan skripsiku. Hubunganku dengan teman-teman kuliahku juga menjadi renggang karena aku jadi sering membatalkan janji bertemu dengan mereka karena aku harus menyelesaikan pekerjaanku. Pelayananku juga menjadi terganggu karena tidak jarang aku masih harus masuk kantor di hari Sabtu dan Minggu. Tidak hanya itu, waktuku bersama keluarga, kesehatanku, dan hubunganku dengan Tuhan pun jadi semakin buruk karena kesibukanku bekerja.

Aku merasa lelah dan hatiku tidak tenang. Karena pekerjaanku, aku seringkali tidak bisa memenuhi komitmen pelayananku untuk mengajar di Gunungkidul setiap hari Sabtu. Aku juga tidak mempunyai waktu untuk bersaat teduh.

Aku kemudian menceritakan pergumulanku ini dengan teman pelayananku. Dia mengatakan mungkin sebaiknya aku keluar dari pekerjaan itu, tapi sebelum membuat keputusan, tanyalah dahulu kepada Tuhan apa yang Dia kehendaki untuk aku perbuat. Sebuah nasihat yang amat bijak.

Di satu sisi, aku ingin keluar dari pekerjaan ini. Tapi di sisi lain, ada banyak kekhawatiran yang berkecamuk dalam pikirkanku. Bagaimana jika nanti aku tidak dapat kerja setelah keluar dari sini? Aku harus kerja apa? Bagaimana aku dapat membayar uang kuliahku? Aku malas untuk melamar sana-sini dan melakukan tes kerja lagi. Namun, nasihat temanku mendorongku untuk membawa semua pergumulan itu di hadapan Tuhan. Tuhan mengingatkanku dengan sebuah pertanyaan yang muncul di dalam hatiku, “Apa yang kamu cari di dalam hidupmu?”

Aku tidak pernah memikirkan pertanyaan itu sebelumnya. Apa yang aku cari di dalam hidupku? Saat itu, aku tidak dapat menjawab pertanyaan itu. Aku kembali berdoa kepada Tuhan, dan aku merasakan Tuhan menguatkan hatiku untuk keluar dari pekerjaan itu.

Aku meminta Tuhan untuk memberitahuku waktu yang tepat untuk meninggalkan pekerjaanku, dan jika Tuhan memberikanku pekerjaan baru, aku memohon kepada-Nya agar kiranya pekerjaan itu dapat membuatku semakin dekat dengan-Nya dan aku dapat mempermuliakan nama-Nya di tengah lingkungan pekerjaanku. Namun, jika aku belum diizinkan untuk mendapatkan pekerjaan baru, biarlah Tuhan yang menjaga hidupku dan mencukupkannya. Firman-Nya dalam Matius 6:25 berikut ini menguatkanku, “Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?”

Akhirnya, setelah sekitar 3 bulan bergumul, aku memutuskan untuk keluar dari pekerjaanku di akhir bulan Januari 2017, tepat setelah 2 tahun aku bekerja di sana. Saat aku membuat keputusan itu, aku tidak tahu bagaimana masa depanku, tetapi aku percaya Tuhan akan menyediakan yang terbaik bagiku, dan aku berserah kepada-Nya.

Menjelang aku keluar dari pekerjaanku, aku mulai mencari pekerjaan baru di sebuah portal kerja online. Aku menemukan satu perusahaan engineering yang membutuhkan seorang copywriter. Ada banyak pertanyaan yang muncul di benakku: Untuk apa seorang copywriter di perusahaan engineering? Apa yang dikerjakan? Apakah aku melamar saja meskipun mereka mencari karyawan dengan 5 tahun pengalaman? Aku menyertakan Tuhan dan berdoa di dalam mengambil keputusan. Akhirnya, aku melamar di perusahaan engineering itu dan mengikuti tes tertulis dan wawancara. Saat itu, aku masih bekerja di perusahaanku yang lama.

Tak lama kemudian, aku mendapatkan kabar melalui e-mail bahwa aku diterima di perusahaan engineering tersebut. Aku bersyukur, namun juga bimbang. Aku takut jika waktu kerja, lingkungan, dan pekerjaannya tidak sesuai dengan yang aku inginkan. Aku kembali berdoa kepada Tuhan, dan Tuhan kembali menjawab doaku. Aku dapat mulai bekerja di perusahaan yang baru itu tepat di tanggal 1 Februari. Tuhan tidak membiarkanku menganggur satu haripun! Dan di tempat kerja yang baru ini, waktu kerjaku tidak mengganggu pelayanan dan saat teduhku.

Meskipun perusahaanku bukanlah perusahaan yang besar, tetapi di dalamnya aku menemukan banyak orang yang hebat dan mencintai Tuhan Yesus. Aku juga dapat berbagi hidup dan menceritakan tentang kebaikan Tuhan bersama rekan-rekan kerjaku. Tuhan menjawab doaku agar aku dapat mempermuliakan Dia di tengah lingkungan pekerjaanku, dan Dia mengizinkanku membuat sebuah persekutuan di kantor, meskipun saat ini baru beranggotakan 3 orang. Aku sungguh bersyukur kepada Tuhan karena Dia menjawab doa-doaku.

Melalui pengalamanku ini, aku belajar untuk menyertakan Tuhan di setiap langkah pekerjaanku, dan belajar untuk percaya kepada-Nya di tengah segala pergumulan hidupku.

“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari” (Matius 6:33-34).

Baca Juga:

Ketika Hal-hal Kecil Menjerat Kita dalam Dosa

Seringkali ketika dihadapkan dengan kesulitan, kita berjuang dengan susah payah dan penuh kewaspadaan. Tapi, bagaimana dengan keadaan yang biasa-biasa saja? Apakah kita tetap waspada supaya tidak terjatuh ke dalam dosa?

Bagikan Konten Ini
13 replies
  1. Dan
    Dan says:

    Harus 🙂 Perusahaan Engineering perlu copywriter karena dengan cara iklan produk perusahaan bisa terjual. Dulu memang tidak perlu karena ada investor besar, tapi sekarang jaman digital dan telah terjadi pergeseran target penjualan ke investor kecil yaitu masyarakat bermodal, semua harus ditampilkan menarik, lihatlah iklan di TV Perusahaan Engineering punya iklan kreatif. Soal pekerjaan yg baik semua orang inginkan, tapi kadang kita harus berada di tempat yg terbaik dari yg terburuk. Serahkan semua kepada Tuhan Yesus, masalah keluar atau tetap bertahan itu adalah pilihan. Jangan takut akan masa depan, apapun yg kita pilih jika itu adalah yg terbaik menurut kita pasti Tuhan Yesus akan mendukung. Bapa di surga akan selalu menyertai tiap langkah kita, tetaplah pada iman yg benar. Tuhan Yesus memberkati

  2. Anju Hutabarat
    Anju Hutabarat says:

    Sekiranya, tapi tidak untuk saat ini.. Tuhan lebih menghendakiku untuk berada di tengah-tengah serigala..

  3. joeliani
    joeliani says:

    Apa yg terjadi sama persis dgn keadaan yg terjadi pada saya hari ini dan hampir 2 thn ini. Sayangnya saya blm berani mengambil keputusan utk pindah kerja. Harus ada kemauan dan belajar taat pada Tuhan…!! Agar saya tau apa yg sebenarnya saya inginkan. Terimakasih. Artikelnya sangat memotivasi saya. Mohon dukungan doa agar saya berani melangkah dlm iman kepadaNya. Salam.

  4. Bryan Viddy
    Bryan Viddy says:

    Terima kasih buat kesaksiannya saya juga sedang menghadapi pergumulan yg hampir sama…
    Saya merasa terberkati sekali..
    Jesus love all

  5. solita
    solita says:

    trimakasih utk sharingnya..
    hal yg sama sedang saya alami saat ini.. utk saya dan teman2 lainnya yg mngkin jg menghadapi hal yg serupa semoga qta bisa peka dengar2an petunjuk Tuhan demi masa depan yg baik tanpa melupakan ato meninggalkan jalan dan ajaranNya.. aminnn..

  6. Dan
    Dan says:

    @anju_hutabarat jika kamu berada di tengah-tengah serigala keluarlah dari tempat kerja seperti itu, pasti hidupmu akan selalu terancam, untuk apa dihati lain di perbuatan lain. Nasib kita sama, saya pun dari dulu diserang benalu, terus merugikan hidup saya,menusuk dari belakang, menjadikan saya sulit bergerak. Celakanya saya dihina dari belakang sama orang-orang yg saya bantu, susah memang sekarang nolong orang, harus tau hatinya tulus apa tidak. Thanks

  7. Ricky Perwira Tanzil
    Ricky Perwira Tanzil says:

    sama persis dengan pergumulanku. tapi melalui kesaksian ini. aku lebih peka kepada Tuhan. Tuhan memberkati

  8. Wendy
    Wendy says:

    Ternyata banyak sekali saudara seiman yang alami hal serupa. Bisnis saya sudah berjalan 5 tahun dan belakangan sudah semakin tidak dapat dipertahankan. Yang saya alami selalu ada 2 suara dimana yang 1. Apakah saya yang malas ngurus bisnis ku sehingga alami semuanya ini atau yang 2. Apakah usaha ini bukanlah kehendak Tuhan jadi saya harus tinggalkan dan mencari nafkah ditempat lain?

    Barangkali ada yang berpengalaman bisa sharing bagi saya. Tuhan Yesus memberkati 🙏

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *