Belas Kasihan

Selasa, 30 Mei 2017

Belas Kasihan

Baca: Lukas 18:9-14

18:9 Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini:

18:10 “Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai.

18:11 Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini;

18:12 aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.

18:13 Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini.

18:14 Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”

Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. —Lukas 18:13

Belas Kasihan

Ketika saya mengeluhkan keputusan seorang teman yang membawanya semakin jatuh ke dalam dosa dan dampak dari perbuatannya itu terhadap saya, seorang wanita yang setiap Minggu berdoa bersama saya meletakkan tangannya di atas tangan saya. Ia berkata, “Mari berdoa untuk kita semua.”

Saya terkejut, “Kita semua?”

“Ya,” jawabnya. “Bukankah kamu yang selalu berkata bahwa Yesuslah yang menetapkan standar kekudusan, dan karena itu kita tidak seharusnya membandingkan dosa kita dengan dosa orang lain?”

“Ya, kamu benar,” kata saya. “Sikapku yang menghakiminya dan kesombongan rohaniku tidak lebih baik atau lebih buruk dari dosanya.” “Lalu, dengan membicarakan temanmu, kita telah bergosip. Jadi—”

“Kita telah berdosa.” Saya pun menundukkan kepala. “Silakan, berdoalah untuk kita semua.”

Dalam Lukas 18, Yesus menceritakan perumpamaan tentang dua orang yang pergi ke Bait Allah untuk berdoa dengan cara yang sangat berbeda (ay.9-14). Seperti orang Farisi itu, kita bisa terjebak untuk membandingkan diri kita dengan orang lain. Kita meninggikan diri (ay.11-12) dan menjalani hidup seolah-olah kita berhak menghakimi orang lain dan merasa bertanggung jawab untuk mengubah mereka.

Namun, ketika kita menjadikan Yesus sebagai teladan untuk hidup kudus dan mengalami kebaikan-Nya secara pribadi, sama seperti si pemungut cukai, kita pun menyadari bahwa kita sangat membutuhkan anugerah Allah (ay.13). Pada saat kita mengalami belas kasihan Tuhan dan pengampunan-Nya secara pribadi, kita akan diubahkan selamanya. Kita juga akan dimampukan untuk lebih menerima dan menunjukkan belas kasihan kepada orang lain daripada menghakimi mereka. —Xochitl Dixon

Tuhan, jagalah kami agar tidak terjebak untuk membandingkan diri kami dengan orang lain. Ubahlah dan bentuklah kami semakin serupa diri-Mu.

Ketika kita menyadari betapa kita sangat membutuhkan belas kasihan, kita akan lebih siap menunjukkan belas kasihan kepada orang lain.

Bacaan Alkitab Setahun: 2 Tawarikh 10-12; Yohanes 11:30-57

Bagikan Konten Ini
33 replies
  1. Rehulina Juniarti
    Rehulina Juniarti says:

    Amin…
    Yes, kita nggak punya hak untuk menghakimi orang lain. entah ia lebih baik atau tidak. Kiranya Tuhanlah yang akan senantiasa memimpin kita untuk lebih baik lagi dengan kuasa Roh Kudus.

  2. berliana a
    berliana a says:

    Aku sangat bersyukur atas Firman yg dibagikan. Terima kasih. May God leads us to love each others

  3. Ellynda Rusdiana Dewi
    Ellynda Rusdiana Dewi says:

    Amen
    Tuhan ampunilah dosa kami,
    ajar kami tuk bisa selalu mengampuni dan mengasihi.
    GBu

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *