Menikmati Anugerah Tuhan dalam Cacat Fisik yang Kualami

Menikmati-Anugerah-Tuhan-dalam-Cacat-Fisik-yang-Kualami

Oleh Novianne Vebriani, Bandung

Terdiam sejenak aku menikmati dinginnya malam, ditemani oleh bunyi detik jam di kamarku. Aku sedang mempersiapkan tugas akhirku untuk mendapatkan gelar Sarjana Psikologi. Jika aku mengingat kembali bagaimana akhirnya aku bisa kuliah Psikologi, aku menyadari bahwa itu semua hanya karena anugerah Tuhan. Perjalananku untuk menggapai cita-cita ini tidaklah mudah, terlebih karena sebuah cacat fisik yang kupunya sejak lahir.

Aku terlahir dalam keadaan prematur dan mengalami gangguan otot pada bagian kaki yang pada akhirnya menjadikan aku tidak bisa berjalan normal apalagi berlari. Saat masih duduk di bangku sekolah dulu, teman-teman sering memanggilku “pincang”. Tapi, meskipun aku memiliki cacat fisik dan ada teman-teman yang menjadikan kekuranganku itu sebagai candaan, aku tetap memiliki cita-cita.

Sejak masa SMP aku sering membaca buku dan salah satu buku yang pernah kubaca itu berjudul “Sheila” yang ditulis oleh Torey L. Hayden. Buku ini begitu istimewa karena menceritakan perjalanan seorang guru yang membaktikan hidupnya untuk mengajar di sekolah anak-anak berkebutuhan khusus. Melalui buku ini aku mulai merasa tertarik terhadap anak-anak berkebutuhan khusus.

Saat itu aku menceritakan hal-hal yang aku baca itu kepada guru Bimbingan Konseling (BK) di sekolahku. Aku menceritakan kepadanya tentang cita-citaku ingin menjadi guru untuk anak-anak berkebutuhan khusus. Beliau menjelaskan kepadaku kalau untuk menjadi guru anak-anak berkebutuhan khusus maka aku harus mendaftar kuliah di Jurusan Psikologi.

Waktu terus berjalan, aku tetap memiliki minat terhadap psikologi hingga saat aku memasuki masa SMA. Selain membaca buku-buku tentang psikologi, aku juga menyiapkan diriku untuk menjadi pendengar yang baik. Kemampuan itu semakin terasah ketika aku bisa menjadi tempat curhat bagi sahabat-sahabatku. Aku juga bergabung dengan sebuah persekutuan doa di gereja supaya bisa saling menguatkan satu sama lain.

Jika kelak aku bisa kuliah di Jurusan Psikologi, aku sangat ingin membantu anak-anak yang memiliki kekurangan fisik sepertiku. Aku ingin membantu mereka meringankan hari-hari mereka yang berat. Untuk menggapai cita-cita itu aku pun melatih diriku, salah satunya adalah dengan menjadi pendengar yang baik.

Perjuanganku untuk menjadi Sarjana Psikologi

Tetapi, jalanku untuk bisa kuliah ke jurusan Psikologi itu tidaklah mudah. Tuhan mengizinkanku melewati berbagai tantangan yang harus aku lalui. Kadang aku terjatuh dan merasa sulit untuk bangkit, salah satunya adalah ketika aku diperhadapkan dengan masalah keluarga. Sejak aku masih kecil orangtuaku telah bercerai dan aku lebih banyak diasuh oleh kakek dan nenekku.

Dilahirkan di keluarga yang broken-home membuatku khawatir akan masa depanku. Seringkali aku berdoa kepada Tuhan memohon supaya Dia memulihkan kembali keluargaku. Aku hanya menceritakan pergumulan ini kepada sahabatku yang juga memiliki masalah keluarga sepertiku. Persahabatan inilah yang akhirnya membantuku untuk terus kuat menjalani kehidupanku.

Sahabatku itu selalu mengajarku untuk berdoa dalam keadaan apapun. Dia juga mengatakan kalau untuk kelak menjadi seorang psikolog, aku harus menjadi perempuan yang tegar menghadapi setiap persoalan kehidupan. “Kelak pengalaman hidup yang kamu rasakan sekarang akan menguatkan orang-orang lain yang juga mengalami pergumulan seperti kamu,” kata dia kepadaku.

Saat ini di usiaku yang menginjak usia ke-23 tahun, perlahan tetapi pasti aku dapat melihat penyertaan Tuhan yang sempurna. Memang kedua orangtuaku tidak menjadi rujuk kembali, tapi aku tetap mengucap syukur atas semua yang terjadi dalam kehidupanku.

Ada satu ayat Alkitab dari 1 Korintus 10:13 yang menguatkanku. “Pencobaan–pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya.”

Kini tinggal selangkah lagi aku dapat mewujudkan mimpiku sebagai seorang Sarjana Psikologi dan memulai karierku selanjutnya sebagai seorang pengajar untuk anak-anak berkebutuhan khusus.

Apapun yang terjadi di dalam hidupku adalah rancangan Tuhan. Dia menenun kita dalam kandungan ibu kita. Memang setiap proses dalam kehidupan ini tidak selalu berjalan mulus. Kadang kita dihadapkan dengan keadaan yang tidak sesuai dengan keinginan kita. Tapi, Tuhan menempatkan kita di dunia ini bukanlah suatu kebetulan. Kita memiliki tugas untuk memuliakan Tuhan dan menjadi kesaksian bagi orang di sekitar kita. Semoga kita selalu melibatkan Tuhan di dalam setiap langkah kehidupan kita.

“Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku” (Mazmur 23:4).

Baca Juga:

Kisahku sebagai Putri Seorang Penarik Becak yang Belajar Mengampuni

Ibuku meninggal saat aku duduk di kelas 2 SD karena penyakit kanker. Beberapa tahun kemudian, ayahku yang bekerja sebagai penarik becak pun dipanggil Tuhan karena penyakit darah tinggi. Di tengah kemiskinan dan kehidupanku sebagai yatim piatu, Tuhan sedang menyiapkan yang terbaik untukku. Inilah sepenggal kisahku yang ingin kubagikan kepadamu.

Bagikan Konten Ini
8 replies
  1. galih
    galih says:

    Terpujilah ALLAH BAPA Yang Bertakhta di dalam Kerajaan Sorga , anugerah kasih setia-Mu sungguh selalu indah nyata besar selama – lamanya buat kami semua , Engkau selalu memberikan sukacita damai sejahtera buat kami semua , sertai , lindungilah , berkatilah kami semua untuk mampu menyebarkan kasih-Mu yang sungguh besar terhadap sesama kami senantiasa. Gbu us all. Amen

  2. galih
    galih says:

    Terpujilah ALLAH BAPA Yang Bertakhta di dalam Kerajaan Sorga , anugerah kasih setia-Mu sungguh selalu indah nyata banyak tangguh teguh tentram baik bahagia menang segar nyaman sejuk kuat besar sampai selama – lamanya buat kami semua , ampunilah segala dosa – dosa kesalahan – kesalahan kecerobohan – kecerobohan yang sengaja maupun tidak sengaja kami semua lakukan dari perkataan kami semua dan perbuatan kami semua , Engkau selalu memberikan sukacita damai sejahtera buat kami semua , kasih-Mu sungguh selalu terang buat kami semua , sertai , lindungilah , berkatilah kami semua untuk mampu menyebarkan kasih-Mu yang sungguh indah nyata banyak tangguh besar terhadap sesama kami senantiasa. Gbu us all. Amen

  3. galih
    galih says:

    Terpujilah ALLAH BAPA Yang Bertakhta di dalam Kerajaan Sorga , anugerah kasih setia-Mu sungguh selalu indah nyata banyak tangguh kekal tebal teguh tentram baik selalu bahagia murni menang terus tinggi luas lebar segar nyaman sejuk terang benderang kuat abadi hebat besar sampai selama – lamanya buat kami semua , ampunilah segala dosa – dosa kesalahan – kesalahan kecerobohan – kecerobohan yang sengaja maupun tidak sengaja kami semua lakukan dari perkataan kami semua dan perbuatan kami semua , Engkau selalu memberikan sukacita damai sejahtera buat kami semua , kasih-Mu sungguh selalu terang buat kami semua , sertai , lindungilah , berkatilah kami semua untuk mampu menyebarkan kasih-Mu yang sungguh indah nyata banyak tangguh besar terhadap sesama kami senantiasa. Gbu us all. Amen

  4. sutikno
    sutikno says:

    Tuhan , Engkau sungguh baik , Engkau sangat adil Engkau selalu melengkapi kekurangan kami .kami aman karena Engkau bersama kami , kami tidak akan merasa takut dan gentar karena Engkau berserta kami amin

  5. Meryana Linome
    Meryana Linome says:

    Puji Tuhan luar Biasa..
    Tuhan memang selalu punya jalan terbaik untuk kita semua yang mau mengundang Dia untuk ikut campus Tangan dalam segala kejadian di Hidup kita.

  6. leo
    leo says:

    kisah yg menginspirasi. kiranya bisa menjadi psikolog yg memberkati di mana pun bekerja. amin

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *