Tuhan Yesus, Terima Kasih untuk Tragedi Ini

Tuhan-Yesus-Terima-Kasih-untuk-Tragedi-Ini

Oleh Novi, Surabaya

Mungkin kisah hidupku tidak seindah cerita tentang Cinderella yang menemukan pangeran tampannya, atau tidak juga seromantis kisah Romeo dan Juliet yang rela berkorban demi pasangannya. Namun, ketika aku menyerahkan hidupku ke dalam tangan Tuhan, Dia membuat perjalanan hidupku indah pada waktunya. Inilah sepenggal kisah perjalanan hidupku yang ingin kubagikan kepadamu.

Dilahirkan di keluarga Kristen bukan berarti aku menjadi orang Kristen yang sungguh-sungguh. Sekalipun pada waktu SMP aku memutuskan untuk memberi diri dibaptis, aku belum sepenuhnya menghidupi iman percayaku. Aku baru mengalami lahir baru seutuhnya saat aku duduk di bangku kuliah dan belajar untuk aktif melayani Tuhan.

Ketika Tuhan mengizinkan tragedi terjadi di hidupku

Aku pikir setelah aku menerima Tuhan Yesus seutuhnya maka kehidupanku akan bertambah baik, tetapi kenyataan berkata lain. Aku harus kehilangan ayah yang dipanggil kembali kepada Tuhan di surga. Kehilangan sosok ayah membuat ekonomi keluarga kami terguncang sehingga ibu memutuskan untuk bekerja merantau ke luar negeri. Masalah tidak berhenti sampai di situ, adikku pun terjerat dalam narkoba hingga harus mendekam di penjara.

Saat itu aku sedang menempuh kuliah dan merasa begitu tertekan. Aku tidak tega melihat keadaan keluargaku yang seperti ini dan aku pun bertanya pada Tuhan, “Kenapa semua ini terjadi saat aku sudah menyerahkan hidupku untuk-Mu, Tuhan?” Tapi aku bersyukur karena ibuku tetap tegar. Dia bekerja sekuat tenaga di luar negeri untuk memenuhi seluruh kebutuhan hidup keluarga kami.

Setelah lulus kuliah aku pun bekerja untuk membantu ibu mencukupi kebutuhan keluarga. Aku begitu bersemangat untuk bekerja hingga tidak menyadari kalau usiaku ternyata telah menginjak angka 30 tahun dan aku belum pernah sekalipun berpacaran! Lama-lama aku merasa stres karena banyak anggota keluarga yang selalu bertanya kepadaku, “Kapan kamu menikah?”

Saat aku mulai mencoba membuka diri untuk siap menjalin relasi, ada seorang temanku yang mengenalkanku dengan seorang pria. Singkat cerita kami saling berkenalan dan berteman. Tapi aku sendiri tidak yakin kalau dia adalah orang yang tepat buatku sekalipun kami sama-sama orang Kristen.

Suatu ketika dia bertanya kepadaku, “Apakah kamu lebih memilih apa kata Tuhan atau kata hatimu?” Aku pun menjawabnya kalau aku tentu lebih memilih apa kata Tuhan. Aku sendiri pun tidak tahu apa alasan dia bertanya seperti itu kepadaku. Semenjak saat itu perlahan dia mulai menghilang dariku dan terakhir kali kulihat dia telah bersama perempuan lain.

Sejujurnya walau saat itu kami masih hanya berstatus teman, tetapi aku merasa sakit hati karena dia meninggalkanku begitu saja. Ketika aku berdoa dan menangis kepada Tuhan, Roh Kudus mengingatkanku untuk taat dan berserah.

Sebuah pertemuan tidak terduga

Lambat laun aku mampu menjalani kehidupanku seperti biasa dan tidak terlalu berfokus memikirkan tentang pasangan hidup. Hingga aku tiba pada suatu kesempatan yang tidak pernah kuduga sebelumnya.

Suatu ketika di awal bulan Maret 2015 aku sedang berbelanja di sebuah supermarket dan bertemu dengan seorang teman SMA yang sudah 12 tahun tidak bertemu. Dulu kami tidak saling mengenal dan yang aku tahu kalau temanku itu adalah anak yang populer di sekolah karena dia adalah ketua OSIS dan setahuku dia juga disukai banyak teman-teman perempuan.

Aku pikir pertemuan itu hanya sebatas pertemuan biasa, tetapi di bulan Juli 2015 kami mulai lebih sering mengobrol. Kami berusaha saling mengenal satu sama lain hingga aku pun mengetahui kalau temanku itu sudah menjadi orang Kristen yang lahir baru. Saat kami sudah menjadi teman akrab, di bulan Oktober 2015 kami memutuskan untuk berpacaran. Kami pun meminta bimbingan dari kakak rohani di gereja untuk membimbing hubungan ini.

Kami berkomitmen untuk menjunjung tinggi kekudusan dalam hubungan kami. Kami hanya berpegangan tangan kalau diperlukan. Kami juga saling menguatkan, saling mengisi, saling menegur kalau kami salah. Bagiku kekudusan itu sangat penting. Aku memiliki komitmen kalau ciuman pertamaku nanti adalah ketika kami berada di altar gereja dalam pemberkatan pernikahan kami.

Saat ini kami berdua melayani kaum muda di gereja kami berjemaat. Kami mengajarkan adik-adik kami untuk menjaga kekudusan dan menggunakan masa muda mereka untuk melayani Tuhan yang adalah Raja segala raja. Di samping bekerja dan melayani, saat ini kami juga sedang mempersiapkan untuk memasuki perjalanan baru dalam hidup kami berdua. Ya, kami akan menikah di bulan Oktober 2017 nanti. Kami percaya Tuhan yang mempertemukan kami berdua, Dia juga yang akan menyiapkan semuanya.

Rancangan Tuhan adalah yang terbaik

Setiap peristiwa yang terjadi di dalam hidupku, entah itu baik ataupun buruk semuanya ditenun oleh Tuhan menjadi sesuatu yang indah. Tragedi yang terjadi di masa awal aku mengikut Tuhan itu membawaku pada suatu dilema, apakah aku mau tetap berserah kepada Tuhan dan menata hidupku atau menyesali keadaan dan mencari pelarian lain.

Lambat laun Tuhan mulai memulihkan keluargaku. Secara ekonomi perlahan kami bisa lepas dari jerat hutang dan adikku yang dulu pernah terlibat narkoba pun kita sudah terbebas dari segala jenis kecanduan. Aku telah merasakan pengalaman kalau pertolongan Tuhan tidak pernah terlambat dan aku tidak pernah menyesal karena menyerahkan hidupku kepada-Nya.

Pengalaman hidup yang telah kualami itu mengingatkanku bahwa setiap kita dilahirkan di dunia ini untuk memenuhi tujuan Tuhan. Tapi, seringkali kita menjauh dari tujuan itu karena kita “bingung” dengan urusan sendiri. Kita khawatir dengan banyak hal. Makan apa hari ini? Kerja di mana nanti? Kapankah pasangan hidup itu ditemukan? Dan banyak kekhawatiran lain.

Lewat kesaksian ini aku ingin mendorong teman-teman agar tidak pernah ragu memberikan masa muda kita kepada Tuhan. Kita tidak perlu khawatir tentang siapa yang menjadi pasangan hidup kita ataupun bagaimana masa depan kita kelak. Tuhan yang kita sembah adalah Tuhan menjamin hidup kita. Apapun yang kita letakkan di bawah kaki-Nya tidak pernah sia-sia.

“Seorang prajurit yang sedang berjuang tidak memusingkan dirinya dengan soal-soal penghidupannya, supaya dengan demikian ia berkenan kepada komandannya.” (2 Timotius 2:4)

Baca Juga:

Ketika Aku Tidak Sependapat dengan Alkitab

Pernahkah kamu merasa tidak sependapat dengan apa yang Alkitab katakan? Aku pun pernah mengalaminya dan inilah yang kulakukan ketika aku tidak sependapat dengan Alkitab.

Bagikan Konten Ini
21 replies
  1. Novi Asri Sitinjak
    Novi Asri Sitinjak says:

    Artikelnya bagus kak.
    aku juga merasakan ini, masa penantian bersama Tuhan tidaklah mudah, namun dengan iman kita dapat berkata: Tuhan sudah menetapkan yg terbaik bagi kita pada waktuNya yg tepat.
    He is always able.
    GBU

  2. nona marlen
    nona marlen says:

    Luar biasa sangat memberkati dan menguatkan dengan kesaksian yg disampaikan..sya sedang mengalami problema it….sy hanya angkat hati pada Tuhan Yesus bahwa semua akan indah oada waktuNya…

  3. Kenzo Victorio
    Kenzo Victorio says:

    Terima kasih kak atas sharing nya yang sangat menguatkan. Hal ini begitu kebetulan dengan pergumulan yang aku hadapi. aku masih muda & tidak berpengalaman. tapi kiranya seperti yang kk sharing kan, semoga aku tetap beriman kepada Tuhan Yesus dalam keadaan seperti apapun.
    GBU u/ rencana pernikahannya , semoga bisa semakin menjadi berkat bagi banyak orang

  4. galih
    galih says:

    Terpujilah ALLAH BAPA Yang Bertakhta di dalam Kerajaan Sorga , anugerah kasih setia-Mu sungguh selalu indah nyata banyak tangguh kekal tebal teguh tentram baik bahagia murni menang tinggi luas lebar segar nyaman sejuk terang kuat abadi hebat besar sampai selama – lamanya buat kami semua , ampunilah segala dosa – dosa kesalahan – kesalahan kecerobohan – kecerobohan yang sengaja maupun tidak sengaja kami semua lakukan dari perkataan kami semua dan perbuatan kami semua , Engkau selalu memberikan sukacita damai sejahtera buat kami semua , kasih-Mu sungguh selalu terang buat kami semua , sertai , lindungilah , berkatilah kami semua untuk mampu menyebarkan kasih-Mu yang sungguh indah nyata banyak tangguh besar terhadap sesama kami senantiasa. Gbu us all. Amen

  5. Christine Viena Augustine
    Christine Viena Augustine says:

    Terima kasih untuk perkongsiannya. Saya bertambah semangat untuk terus menyerahkan masa muda saya melayani Tuhan. Tetap percaya bahawa Tuhan akan menyediakan segala-galanya.

  6. adylaw
    adylaw says:

    terimakasi ceritanya kak, sangat menginspirasi. Tuhan punya rencana yang baik untuk kehidupan kita. ketika kita mau berserah kepada Nya.

  7. Evi Yuriska Tambunan
    Evi Yuriska Tambunan says:

    luar biasa kesaksiannya kak…
    menguatkn sya,,
    saya semakin dikuatkn untk menghadapi hidup saya yg saya rasakn smakin sulit.tp saya ttp berserah kepada Tuhan Yesus,saya percaya Dia sll tolong saya .

  8. antostp
    antostp says:

    artikelnya cukup bagus untuk memotivasi yang lain tentang pengalaman hidup sepenuhnya untuk TUHAN YESUS
    tuhan memberkati
    amin

  9. antostp
    antostp says:

    artikelnya cukup bagus untuk memotivasi yang lain, terkadang memank rencana kita tidak selalu mulus, tp yg terjadi adalah yang terbaik, amin
    tuhan yesus memberkati

  10. otoni zai
    otoni zai says:

    Ya Allah ku, sungguh kesaksian yang luar biasa. Semoga saya bisa lebih kuat lagi sama seperti Iman kak Novi.
    Amin

  11. Nian Pardomuan
    Nian Pardomuan says:

    Sungguh indah dan menyentuh. Sy ingin anak2 ku jg taat dan berserah kpd Tuhan Yesus dan kiraNya Tuhan memberkati hidup mereka dan masa depan mereka. Terpujilah Tuhan Yesus.

  12. Robertus
    Robertus says:

    Tuhan memberkati…sungguh kesaksian yg luar biasa mempunyai iman berserah diri dgn setulusnya…bravo..bravo kakak…saya sayang kakak

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *