Menghasilkan Buah yang Baik
Selasa, 28 Maret 2017
Baca: Mazmur 1:1-3
1:1 Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh,
1:2 tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.
1:3 Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.
Dikutip dari Alkitab Terjemahan Baru Indonesia (c) LAI 1974
Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya. —Mazmur 1:3
Pemandangan yang terlihat dari jendela pesawat yang saya tumpangi sungguh mempesona: ladang gandum yang siap dituai dan kebun buah-buahan yang terbentang di antara dua gunung yang tandus. Di lembah itu terdapat sebuah sungai. Tanpa air sungai yang memberikan hidup itu, pohon-pohon di sekitarnya tidak akan dapat menghasilkan buah.
Sama seperti panen yang berlimpah tergantung pada ketersediaan sumber air bersih, kualitas “buah” dalam hidup saya— perkataan, perbuatan, dan perilaku saya— tergantung pada santapan rohani yang saya terima. Pemazmur menggambarkan hal itu dalam Mazmur 1: Orang “yang kesukaannya ialah Taurat Tuhan . . . [itu] seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya” (ay.1-3). Rasul Paulus menulis dalam Galatia 5 bahwa mereka yang hidup sesuai dengan pimpinan Roh akan mempunyai ciri-ciri “kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri” (ay.22-23).
Adakalanya pandangan saya terhadap keadaan yang saya alami menjadi suram, atau saya terus-menerus melakukan atau mengatakan hal-hal yang tidak benar. Hidup saya tidak menghasilkan buah yang baik dan saya menyadari bahwa saya tidak lagi bersaat teduh untuk merenungkan firman Allah. Namun, ketika hari-hari saya berakar pada ketergantungan saya kepada Allah, saya pun akan menghasilkan buah yang baik. Kesabaran dan kelemahlembutan mewarnai interaksi saya dengan sesama, dan saya lebih mudah bersyukur daripada mengeluh.
Allah yang telah menyatakan diri-Nya kepada kita adalah sumber kekuatan, hikmat, sukacita, pengertian, dan ketenteraman kita (Mzm. 119:28,98,111,144,165). Ketika jiwa kita diresapi oleh firman yang mengarahkan kita kepada-Nya, buah karya Roh Allah akan muncul menjadi nyata dalam hidup kita. —Peter Chin, penulis tamu
Roh Allah hidup di dalam umat-Nya agar Dia dapat berkarya melalui diri mereka.
Bacaan Alkitab Setahun: Hakim-Hakim 4-6; Lukas 4:31-44
5 Hal Baru yang Kupelajari dari Kisah Orang Samaria yang Murah Hati
Apa yang kamu pelajari dari “Kisah Orang Samaria yang Murah Hati” yang terkenal itu? Biasanya kita akan mendengar nasihat untuk berbuat baik tanpa membeda-bedakan latar belakang orang yang ditolong. Namun, ketika Tri Setia Kristiyani membaca sendiri catatan Alkitab tentang kisah tersebut, ternyata ada banyak hal menarik yang bisa dipelajari.
Berikut 5 hal baru yang bisa dipelajari dari kisah orang Samaria yang murah hati.
halelujah amen..
puji tuhan buat berkatNya setiap wkt.
Amin.
Haleluya, terpujilah Tuhan, Amin
amen..
Amen
amin..
Tuhan, aq mau agar Tuhan terus menggerakkan hatiku utk merenungkan dan melakukan firmanMu. Agar aq seperti pohon yg di tanam di tepian air dan dpt berbuah lebat. amin
Amin
Thanks Jesus. Buat renungan pagi ini. dgn firman-Mu , tiap hari brtumbuh saya semakin berbuah dlm setiap kehidupan saya dan bisa menjadi berkat bagi smua orang.amin
Amin selamat pagi
amin
amin
God Loves and Bless you
haleluyah
Puji Tuhan ..
biarlah kiranya buah manis dapat dinikmati orang disekitar lewat hidup saya. Amen
amin ..
Ya Bapa, teruslah berkarya dalam hidupku agar aku bisa menghasilkan buah yang baik seperti yang Kau ingini
Amin.
Amin
Puji Tuhan..
Amin..
Amin
Amin
amiin
trima kasih sdh mnjadi saluran brkt bt saya
amin. kiranya kita dapat menghasilkan buah yanh baik.. terimakasih untuk renugannya. saya merasa terberkati
Amin