Mengapa Aku Memutuskan untuk Mengendalikan Lidahku
Oleh Kim Cheung, Tiongkok
Artikel asli dalam bahasa Mandarin: 你们都去健身了,我准备制伏口舌
Aku adalah orang yang lugas dan suka berbicara blak-blakan. Kalau mood-ku sedang bagus, aku akan berbagi rasa senangku dengan orang lain. Tapi, jika sesuatu tidak berjalan sesuai rencanaku dan membuat mood-ku jadi jelek, orang lain juga harus tahu apa yang menjadi keluhanku itu.
Sejak lama, ketika aku merasa kecewa, aku akan mengeluh dan menyalahkan diriku sendiri. Dulu, ketika kecewa itu datang aku sering menanggapinya dengan melontarkan candaan kalau aku akan “menusuk diriku dengan pisau”. Awalnya kupikir candaan itu keren.
Aku tidak pernah merasa ada yang salah dengan setiap kata-kata yang kuucapkan sampai aku mulai mengerti bahwa perkataan kita memiliki kuasa. Alkitab memberitahu kita kalau “hidup dan mati dikuasai lidah,” (Amsal 18:21). Jika kita melihat kembali ke proses ketika dunia diciptakan, Allah menciptakan segalanya dengan kata-kata-Nya. Allah berkata, “Jadilah terang”—dan jadilah terang itu. Ada kuasa yang teramat besar dalam kata-kata Allah. Kita diciptakan segambar dan serupa dengan Allah (Kejadian 1:27), mungkin karena itulah Alkitab mengatakan kalau lidah kita memiliki kuasa atas hidup dan mati.
Lama-kelamaan aku mulai menyadari kalau kata-kata yang sering kukatakan itu berdampak tak hanya buatku sendiri, tapi juga untuk orang-orang di sekelilingku. Dulu aku sering mengatakan kalau aku tidak ingin hidup lebih dari usia 40 tahun dan aku adalah seorang yang depresi. Waktu itu aku tidak menyadari kalau kata-kata itu seolah menjadi kutukan atas diriku sendiri.
Ketika kita tidak bijak dalam berkata-kata, di situlah kita membuka celah untuk Iblis menanamkan pengaruhnya dalam hidup kita. Pengaruh itu semakin kuat ketika kita mulai bergosip, mengeluh, berbohong, dan sebagainya. Tentu banyak dari kita tahu betapa sulitnya mengendalikan lidah kita, namun seringkali kita malah berkata-kata tanpa memikirkan dampaknya terlebih dahulu—sehingga kita menyesal kemudian. Mungkin itulah yang menjadi penyebab kita tidak mengalami pertumbuhan rohani.
Alkitab mengatakan, “Siapa yang mau mencintai hidup dan mau melihat hari-hari baik, ia harus menjaga lidahnya terhadap yang jahat dan bibirnya terhadap ucapan-ucapan yang menipu. Ia harus menjauhi yang jahat dan melakukan yang baik, ia harus mencari perdamaian dan berusaha mendapatkannya” (1 Petrus 3:10-11).
Aku menjadikan ayat Alkitab itu sebagai pengingatku supaya aku lebih bijaksana dalam berkata-kata. Ketika aku coba untuk mengintrospeksi diriku sendiri, aku menyadari kalau di dalam pikiranku ada banyak sekali kata-kata yang bersifat merusak. Seringkali aku kehilangan kendali atas emosiku sehingga aku terjebak dalam kekhawatiran dan rasa depresi. Kata-kata yang kuucapkan telah menyakitiku dan juga orang lain. Aku menegur diriku kembali. Aku merasa tidak layak menjadi seorang Kristen. Bahkan aku merasa sangat malu untuk menghadap Tuhan.
Ketika aku memutuskan untuk mengendalikan lidahku, ada banyak cobaan yang menggodaku untuk kembali ke cara hidupku yang lama. Namun, dengan segera aku akan mengingatkan diriku sendiri supaya tidak jatuh ke dosa yang sama dan mencari cara lain yang lebih baik untuk mengungkapkan hal yang ingin kukatakan. Hal ini menolongku untuk menghindari konflik yang tidak perlu dan mengontrol emosiku.
Dulu aku sering terlibat perang mulut dengan ayahku hingga aku mulai melatih diriku untuk lebih bijak berkata-kata. Setiap kali kami berbicara, suasana menjadi tegang dan hal kecil sekalipun dapat membuat kami segera terlibat konflik. Ayahku itu memang cerewet dan tak jarang perkataannya seringkali membuat urat sarafku naik dan aku ingin membalasnya dengan berkata, “Berisik!” atau “Lebih baik aku pergi dari sini sekarang!” Perang kata-kata yang terjadi di antara kami tentunya telah menyakiti hati satu sama lain.
Sejak aku belajar untuk lebih bijak dalam berkata-kata, kini aku bisa berbicara lebih santai kepada ayahku, bahkan aku bisa menyemangatinya juga. Karena kasih Tuhan, sekarang aku dan ayahku bisa menikmati hubungan yang harmonis.
Aku belajar untuk menjadi teladan bagi orangtuaku ketika mereka berkata-kata kasar. Aku mendorong mereka untuk tidak berkata-kata kasar supaya itu tidak dijadikan celah oleh Iblis untuk menanamkan pengaruhnya di hidup kita. Sekarang, aku telah melihat banyak perubahan positif dalam setiap perkataan yang diucapkan oleh orangtuaku. Bahkan ketika kami memiliki waktu luang, kami meluangkan waktu untuk berdoa dan mempelajari Alkitab bersama-sama.
Mengendalikan lidah kita mungkin terdengar sebagai pekerjaan yang sulit, tetapi ingatlah bahwa kita memiliki Roh Kudus yang memampukan dan sanggup menolong kita. Roh Kudus itu tidak hanya mendorong kita untuk berbuat baik, tapi juga memampukan kita untuk mewujudkan perbuatan itu. Jadi, apa yang harus kita lakukan adalah memiliki kemauan untuk berubah dan berdoa supaya Roh Kudus menguatkan kita. Di dalam Kristus, kita sudah menang!
Baca Juga:
Mengapa Aku Senang dengan Status Singleku
“Waktu aku masih kecil, aku lihat orang dewasa pacaran. Waktu aku dewasa, aku lihat anak kecil pacaran.” Begitulah isi tulisan yang kutemukan dalam sebuah meme saat aku sedang asyik menjelajah timeline Instagram-ku. Apa yang baru saja kulihat itu membuatku tertawa. Ya, sampai hari ini aku belum pernah berpacaran sama sekali.
Tks tuk artikelnya. saya merasa sangat di berkati. Gbu
Syukur kepada Allah Bapa Tuhan Yesus Kristus, Berbahagialah kita karena diciptakan tidak cacat bentuk dan rupa. Maka kita harus menjaga apa yang diberikan oleh Nya. Amin
Thx artikelnya sangat memberkati..
Puji Tuhan..
Semoga dengan mengontrol lidah kita yang amat sulit untuk di tahankan dan dengan iman kepercayaan kita kepada Yesus Kristus kita dapat mengambilkan kesimpulan bahwa semua itu harus penuh dengan niat dan tak kembali di jalan dosa lagi,dengan tuntunan juga Roh kudus yang menguatkan kita dari segala macam godaan dunia bahkan godaan celah yang di manfaatkan oleh si jahat Iblis.Kasih karunia dari Tuhan Allah Bapa disorga ,Yesus Kristus Anak yang Tunggal-Nya dan Tuntunan ROh kudus menyertai kita sekarang ini sampai ia datang kembali lagi.
artikel yg sangat memberkati.. thanks Gbu
bagus sekali….gb all
Terpujilah ALLAH BAPA Yang Bertakhta di dalam Kerajaan Sorga , anugerah kasih setia-Mu sungguh selalu indah nyata banyak tangguh kekal tebal teguh tentram baik bahagia murni menang tinggi luas lebar segar nyaman sejuk terang kuat abadi hebat besar sampai selama – lamanya buat kami semua , ampunilah segala dosa – dosa kesalahan – kesalahan kecerobohan – kecerobohan yang sengaja maupun tidak sengaja kami semua lakukan dari perkataan kami semua dan perbuatan kami semua , Engkau selalu memberikan sukacita damai sejahtera buat kami semua , kasih-Mu sungguh selalu terang buat kami semua , sertai , lindungilah , berkatilah kami semua untuk mampu menyebarkan kasih-Mu yang sungguh indah nyata banyak tangguh besar terhadap sesama kami senantiasa. Gbu us all. Amen
Terpujilah Engkau sampai selama-lamanya ya Tuhan atas Berkat dan Kasih Karunia Mu kepada kami. GBU
renungan yang dasyat….
menyadarkan kita bahwa harus berhati hati dalam nengucapkan kata kata
hal yang paling sulit
bersyukur banget baca artikel ini. terima kasih banyak.
Terus setia terhadap pembentukanNya, melalui pengalaman yang Tuhan hadirkan dalam hidup ini baik suka maupun duka.Tuhan hanya ingin kita selalu memuliakannya. Tuhan mau persiapkan hatimu dulu… Sekarang siapkan karaktrermu yg takut akan Tuhan. Maka, seorang wanita yg berasal dari Tuhan akan melihatmu dengan kasih yang murni.
Amin,
karena lidah tidak bertulang teman. coba tangan bisa diatur,gitu loh. amin