Aku Tidak Puas dengan Gerejaku, Haruskah Aku Bertahan?

Aku-Tidak-Puas-dengan-Gerejaku-Haruskah-Aku-Bertahan

Oleh Dorothy Norberg, Amerika Serikat
Artikel asli dalam bahasa Inggris: Should I Stay If My Church Doesn’t Satisfy Me?

Aku berjemaat di sebuah gereja kecil yang dulu begitu aku sukai.

Tapi sekarang, setelah 5 tahun dan begitu banyak perubahan yang tak diduga sebelumnya, jumlah jemaat kami semakin berkurang. Tak ada lagi jemaat lain yang seusiaku saat ini, dan aku tidak lagi merasa nyaman berjemaat di gereja itu.

Jika kamu menjadi aku, apa yang akan kamu lakukan? Apakah kamu akan pindah ke gereja lain yang musik, khotbah, dan acara-acaranya lebih baik supaya kamu mendapatkan pengalaman bergereja yang “lebih”?

Beberapa orang mungkin menganggap itu seperti pergi ke berbagai pasar yang berbeda untuk mencari bahan-bahan yang kita perlukan untuk memasak makanan yang lezat. Mereka juga mungkin akan mengatakan bahwa kita perlu memilih gereja di mana kita dapat merasa puas dan merasakan kehadiran Tuhan di dalamnya.

Namun aku menyadari bahwa ketika kita hanya melihat pengalaman-pengalaman yang tampak di permukaan dan memutuskan untuk berpindah-pindah gereja, kita sedang menjauhkan diri kita dari sukacita akan rasa memiliki. Pertumbuhan terjadi ketika kita mau berakar dan berkomitmen.

Dari pendalaman Alkitab yang kulakukan, aku menjadi semakin yakin bahwa keanggotaan gereja adalah sebuah fondasi spiritual yang penting dan tidak dapat kita abaikan.

Di musim panas kali ini, teman baikku mengobrol denganku tentang mengunjungi berbagai gereja bersama di musim gugur nanti. Dia sedang bersiap-siap untuk masuk kuliah dan membutuhkan gereja yang lebih dekat dengan kampusnya. Dia mendorongku untuk pindah gereja dan mencari gereja yang usia jemaatnya sepantaran denganku. Tapi aku merasa belum siap mengambil keputusan itu. Di samping karena aku menghargai keanggotaan gereja, aku juga tidak mau berpindah gereja hanya karena mengikuti teman. Aku mengatakan kepadanya bahwa aku akan mencari kesempatan pelayanan di dalam gerejaku, dan berdoa tentang kehendak Tuhan bagi masa depanku.

Proses ini memaksaku untuk memeriksa apa yang sebenarnya menjadi motivasiku datang ke gereja. Apakah kriteria gereja yang utama bagiku adalah gereja yang memenuhi kebutuhan emosional dan sosialku? Atau aku datang ke gereja karena sebuah tujuan yang lebih besar? Seringkali aku merasa tidak termotivasi untuk datang ke gerejaku dan aku berharap aku pergi ke tempat lain, tapi aku peduli dengan jemaat-jemaat yang lain di sekitarku. Aku tahu bahwa peranku dalam gereja semakin dibutuhkan seiring dengan jumlah jemaat yang berkurang. Meskipun aku merasa peranku begitu terbatas dan tidak memuaskan, aku tahu bahwa inilah gereja di mana Tuhan menginginkanku berada di dalamnya saat ini.

Keadaanku saat ini tidaklah ideal atau memuaskan, tetapi aku tahu apa hal yang penting. Aku mendengar firman Tuhan dengan setia disampaikan, memuji Tuhan bersama orang-orang percaya, mengikuti perjamuan kudus, dan berbagi hidup dengan orang-orang yang aku pernah berjanji untuk saling berbagi, mengasihi, dan melindungi.

Ketika aku berjemaat di sebuah gereja, itu memungkinkanku untuk melakukan apa yang firman Tuhan perintahkan—agar kita saling mengasihi, saling mengampuni, saling menguatkan, dan saling menolong dalam menanggung beban. Ketika aku memutuskan untuk membagikan hidupku pada mereka, mereka juga membagikan hidup mereka padaku, dan kami memiliki kesempatan untuk dikenal dan dikasihi oleh sebuah komunitas yang kita pilih bukan karena kesamaan minat, tapi karena Kristus.

Tanpa komitmen pada sebuah gereja, memang kita masih bisa mendengar khotbah, menyanyikan lagu pujian, dan bertumbuh dalam iman lewat saat teduh pribadi. Tetapi, Tuhan tidak membentuk kita untuk menghidupi iman kita sendirian. Perjanjian Baru memberikan banyak contoh tentang kehidupan gereja dan mendeskripsikan gereja sebagai mempelai Kristus, tubuh Kristus di dunia, dan tempat di mana pertumbuhan rohani dan komunitas rohani terbentuk. Pergi ke gereja bukanlah tentang mencari sebuah pengalaman semata, tetapi tentang berkumpul bersama saudara seiman kita. Itu adalah sebuah disiplin rohani yang baik yang perlu kita bangun.

Aku tidak bisa menghidupi kehidupan Kristen seorang diri saja. Aku butuh masukan dari orang-orang percaya lainnya untuk melengkapi pemikiranku, mendorongku untuk melayani, menegurku untuk meninggalkan dosa-dosaku, dan mendukungku.

Aku tahu kalau aku berhenti pergi ke gereja, jemaat yang lain akan mencariku; dan jika aku bergumul dengan keputusanku atau tidak yakin dengan kehendak Tuhan bagiku, mereka yang mengenal dan mengasihiku dapat memberikan masukan. Aku juga akan melakukan hal serupa untuk mereka, dan aku tidak mau memutus hubungan yang erat ini hanya karena perasaan ketidakpuasanku yang sementara.

Berada di gereja bukanlah tentang kenyamananku, rasa pemenuhanku, atau tentang mudahnya membangun relasi dengan orang lain. Tapi, menjadi jemaat gereja adalah suatu hubungan yang diikat berdasarkan perjanjian, dan tak peduli apa pun perasaanku, aku tahu kalau aku dan jemaat gerejaku saling memperhatikan; ada rasa tanggung jawab di dalamnya. Sekalipun tanggung jawab ini mungkin terlihat seperti sebuah beban, aku tahu bahwa semua itu setimpal dengan apa yang kita dapatkan nantinya.

Bahkan ketika aku merasa terabaikan, aku tahu bahwa aku diperhatikan, dikasihi, dan dihargai, dan bahwa Tuhan menempatkanku di gerejaku ini untuk suatu alasan. Aku tidak mau menjadi apatis atau keras kepala, tapi aku beriman bahwa Tuhan bekerja melalui hal-hal kecil yang kita temui sehari-hari. Dia menggenapi tujuan-Nya melalui mereka yang mau berkomitmen dan rindu dipakai oleh-Nya.

Baca Juga:

Aku Gak Pintar Berdoa

Seringkali, kita sebagai orang Kristen enggan berdoa karena merasa tidak pandai berkata-kata, atau menganggap doa kita terlalu sederhana. Tapi, sesulit itukah berdoa? Setelah aku memahami apa esensi dari sebuah doa, kurasa doa bukanlah hal yang sulit.

Bagikan Konten Ini
12 replies
  1. mara
    mara says:

    Sering sekali pandangan jemaat gereja pada umumnya tentang dosa tidak tegas, misalnya suap atau korupsi bagi bagi kebanyakan jemaat gereja itu sah saja sehingga yang rajin sekali juga beribadah dan melayani di gereja melakukan itu. Jika kita berbeda merupakan yang aneh.
    Misalnya lg karir kita terhambat karena integritas kita, tetapi umumnya yang rajin beribadah dan melayani di gereja karirnya lancar2 saja, khususnya untuk pegawai negeri. Ada apa???
    Pemandangan ini yang susah diubah di gereja
    Terimakasih, Tuhan memberkati

  2. Yenni
    Yenni says:

    cerita ini pas sekali dgn keadaanku saat ini, ketidakpuasanku thd grj membuatku ingin pindah ke grj lain yg menurutku lebih bisa membuatku bertumbuh dan bs memenuhi kebutuhan2 rohaniku, biar Tuhan yg bekerja dlm segala hal, karena aku bukan milikku lagi, tetapi Kristus yg hidup di dlmku adalah lebih besar, Amin

  3. tom
    tom says:

    saya setuju ttg komitmen. tp bgmn jika Tuhan justru menghendaki kita pindah gereja?
    ketidakpuasan tdk selalu soal kenyamanan, kebutuhan sosial.
    saya jg sedang bergumul dan mencari2 gereja dmn saya jg dpt memberi diri

  4. Kartini Widyasita
    Kartini Widyasita says:

    Bagaimana jika tanggung jawab bersama pd akhirnya menjadi tanggung jawab sndri??? bagaimana jika di dalam gereja ada pengkotak2an? bagaimana jika di dalam gereja hanya memikirkan ego masing2?

  5. Endang
    Endang says:

    saya memilih pindah gereja.karna saya mengalaminya.bukan krn ada masalah digereja pertama tp krn iman tak bertumbuh sdngkan digrja lain imanku sangat bertumbuh dalam Tuhan.Mau Mengampuni,Menghilangkan iri hati benci dendam dan amarah masa laluku yg begitu pahit.bagaimana itu???

  6. melvin Tobondo
    melvin Tobondo says:

    bagi saya semua gereja sama saja, tergantung kita yang merasakan akan jamahan Tuhan terhadap iman kepercayaan kita masing2Amin, Gbu,..

  7. gandi tamb
    gandi tamb says:

    Saya setuju yang disampaikan.kebiasaan pindah2 gereja menandakan bahwa kita kurang dewasa Rohani.jgn bilang Tuhan menghendaki engkau pindah.darimana kamu tau.justru ad maksud Tuhan kmu tetap disana.

  8. God's Daughter
    God's Daughter says:

    Sisters and brothers menurut saya artikel ini menyampaikn kebenaran, karena Tuhan menyuruh kita untuk setia di dalam suatu persekutuan. Saya pernah menjadi orang yang gonta ganti gereja karena saya selalu merasa tidak puas, tapi pada akhirnya saya sadar bahwa saya tidak mencari Tuhan melainkan penerimaan dari manusia, karena saya ingin dihargai, diapresiasi, diperhatikan, dan ‘di-di’ lainnya oleh orang di gereja, yg di mana jika saya tdk mendapatkannya, saya akan cari gereja lain. Itu adalah pemikiran yang salah dan mohon kalau ada yang masih seperti itu, perbaharuilah pemikiran kalian dan minta hikmat dari Tuhan, jangan mengandalkan pengertian dan kehendak sendiri sebab Tuhan bilang hikmat manusia itu kebodohan. Syukurlah karena kasih karunia Tuhan saya skrg sadar dan Tuhan membawa saya ke gereja yg membuat iman saya bertumbuh. Memang benar kita harus ganti gereja kalau kita rasa iman kita tidak bertumbuh, mungkin karena gereja itu dijalankan secara daging dan tidak tegas terhadap dosa, nah jika case nya seperti itu tidak apa apa pindah. Tapi kalau alasannya kurang make sense dan kekanak-kanakkan seperti tata ibadahnya kurang megah, pemimpinnya khotbahnya tidak menarik tidak ada humornya, maka kita masih mengandalkan hikmat sendiri bukan hikmat Tuhan. Saya berdoa supaya sisters and brothers yg masih mengalami pergumulan dalam mencari gereja supaya dapat menemukan gereja yang diinginkan Tuhan bukan diinginkan oleh kita, amen.

  9. Pdt. Yohanes Nur. S Th
    Pdt. Yohanes Nur. S Th says:

    Tertanam dan komitmen di satu gereja lokal sampai kita mencapai, sehat, kuat, tumbuh dan berbuah.

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *