Cabai

Jumat, 20 Mei 2016

Cabai

Baca: Yakobus 1:22-27

1:22 Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.

1:23 Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin.

1:24 Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya.

1:25 Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.

1:26 Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya.

1:27 Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.

Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka. —Yakobus 1:27

Cabai

“Ibu saya memberi kami cabai sebelum kami tidur,” kata Samuel, sambil mengenang masa kecilnya yang sulit di daerah selatan Gurun Sahara, Afrika. “Kami minum banyak air untuk mendinginkan mulut, hingga kami merasa kenyang. Namun itu tak selalu berhasil.”

Pergolakan dalam pemerintahan memaksa ayah Samuel untuk melarikan diri dan membuat ibunya harus bekerja mencari nafkah bagi keluarga. Kemudian saudara laki-laki Sam menderita penyakit anemia sel sabit, dan mereka tak mampu membiayai pengobatannya. Ibu pun membawa mereka ke gereja, tetapi bagi Sam hal itu tidak terlalu berguna. Sam bertanya-tanya, Bagaimana mungkin Allah membiarkan keluarga kami menderita seperti ini?

Lalu suatu hari seseorang tahu tentang keadaan mereka. Ia menemukan obat yang dibutuhkan saudara Sam dan memberikannya kepada mereka. “Hari Minggu nanti, kita akan beribadah di gereja orang itu,” kata ibunya. Sam segera merasakan ada yang berbeda dengan gereja itu. Jemaat gereja itu menunjukkan iman mereka kepada Yesus dengan cara meneruskan kasih-Nya melalui hidup mereka.

Peristiwa itu terjadi tiga dekade yang lalu. Saat ini di daerahnya, Sam telah membangun lebih dari 20 gereja, sebuah sekolah yang besar, dan sebuah panti asuhan. Ia terus menerapkan pengajaran dari Yakobus, saudara Yesus, tentang ibadah yang murni. Ia mendorong kita untuk “menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja” (Yak. 1:22). “Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka” (ay.27).

Alangkah ajaibnya pengaruh dari satu perbuatan baik sederhana yang dilakukan dalam nama Yesus. —Tim Gustafson

Adakalanya perbuatan baik menjadi kesaksian kita yang terbaik.

Bacaan Alkitab Setahun: 1 Tawarikh 10-12; Yohanes 6:45-71

Artikel Terkait:

Warisan Nenek Penjual Pecel

Bagaimana kepedulian seorang nenek penjual pecel pada akhirnya dapat membuat keluarga Yonatan mengenal Kristus? Bacalah kesaksiannya di dalam artikel ini.

Bagikan Konten Ini
21 replies
  1. Marike Ines
    Marike Ines says:

    Amin hendaklah kita menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja dan biarlah Roh Kudus yang bekerja atas kita

  2. Linc Tambunan
    Linc Tambunan says:

    Firman Tuhan tidak akan pernah kembali sia”. Bapa jadikan aq menjadi pelaku firman, bukan hanya pendengar saja. amen

  3. vetra
    vetra says:

    Bapak jadilah kehendakmu didalam hidupku ini. Supaya orang yg belum mengenal engkau akhirnya Tahu siapa Tuhan Yesus ini melalui pekerjaan tangan anak2mu. Supaya engkau dipermuliakan.

  4. Ruben J Saragih
    Ruben J Saragih says:

    Aminn. Tuhan itu baik. mari menjadi garam dan terang di lingkungan kita. GB us.

  5. priscilla hartono
    priscilla hartono says:

    Perbuatan baik kita yg berasal dr Allah akan membawa berkat bagi org” di sekitar kita. Marilah setiap kita sama” belajar untuk menjadi pelaku Firman Tuhan baik dlm perbuatan maupun perkataan kita, sehingga apa yg kita lakukan hanya untuk memuliakan nama Tuhan dan menjadi anakNya yg membawa pelita di dalam kegelapan duniawi.

  6. Dina Esterina
    Dina Esterina says:

    Menjadi pelaku firman bukan hal mudah. Ini membutuhkan keberanian untuk keluar dari zona nyaman. Untuk bukan hanya berdoa dan merenung tapi juga menyatakan dengan kelakuan dan perbuatan nyata dalam hidup kita. Untuk bukan hanya berkata, tapi juga mau berkorban dan melakukan apa yang terbaik. Untuk mau belajar memberi dan berbagi, terutama di saat paling susah yang kita punya. Semoga kt dimampukan. Mampukan aku Tuhan!

    Amin

  7. budi
    budi says:

    jgn krn ingin mncari aktualisasi diri, pelampiasan kpuasan pribadi/kelompok sndiri, n seolah2 ingin mringankan beban perasaan brdosa saja….

    hendaknya segala prbuatan tanpa pamrih, tulus dr hati, layaknya sbg hamba… hnya utk memuliakan nama Tuhan, mewartakan keselamatan, n mmperlebar kerajaanNya… GBU all…

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *