Seks: Untuk Apa Menunggu?

Penulis: Kezia Lewis, Thailand
Artikel asli dalam bahasa Inggris: Sex: What Are You Waiting For?

Menanti-cinta-sejati

Aku tumbuh dalam keluarga non-Kristen yang disfungsi. Namun, ibuku berusaha sebaik mungkin mendidikku untuk menjadi orang yang bertanggung jawab, menjunjung tinggi tradisi, dan selalu bersikap hati-hati. Beliau tidak mengatakan secara langsung bahwa aku harus menunggu sampai aku menikah nanti baru boleh melakukan hubungan seks, tetapi aku tahu bahwa itulah yang seharusnya aku lakukan. Sebab itu aku menunggu.

Dan ternyata, menunggu itu tidak mudah. Aku memutuskan untuk menunggu, bukan karena Tuhan (saat itu aku belum mengenal Tuhan), tetapi karena diriku sendiri. Aku menunggu karena aku takut dengan konsekuensi yang harus kuhadapi bila melakukan hubungan seks di luar nikah. Aku menunggu karena aku takut hubungan itu bisa membuatku hamil. Aku menunggu karena keluargaku miskin, dan aku tidak mau memperburuk situasi yang kami hadapi. Untuk makan sehari-hari saja kami sulit, bagaimana bila aku tiba-tiba punya anak? Aku hanya akan menambah beban ibuku.

Pada saat itu aku pikir aku bisa mempertahankan diri karena kekuatanku sendiri. Kini aku menyadari bahwa Tuhanlah yang sesungguhnya telah melindungi aku dari godaan seks di luar nikah dengan mengingatkan aku terus-menerus tentang keluargaku.

 
Menanti Cinta Sejati

Ketika aku menjadi seorang Kristen, aku menjadi akrab dengan slogan “True love waits” [Cinta sejati menunggu], yang mendorong orang untuk berkata tidak pada hubungan seks di luar nikah. Slogan itu sangat mengena di hatiku. Terdengar sangat mulia, bijak, dan masuk di akal. Cinta sejati berarti bersedia menunda hubungan seks hingga tiba saatnya kita mengucapkan janji nikah. Mengkhususkan diri kita hanya untuk pasangan kita seorang, adalah hadiah terbaik yang bisa kita berikan baginya. Untuk itu aku perlu menunggu.

Aku mendengar dan juga bertemu dengan sejumlah orang Kristen yang telah menandatangani kartu komitmen, memakai cincin tanda kesucian, menunggu selama sepuluh bahkan dua puluh tahun, lalu merasa lelah dengan penantian itu. Mereka merasa tidak berarti, sendirian, dan kesepian. Sebagian merasa penantian mereka sia-sia. Mereka melihat teman-teman mereka menikmati seks di luar nikah. Sepertinya mereka telah melewatkan sesuatu yang sangat menyenangkan dan menggairahkan, sesuatu yang bisa memuaskan jiwa mereka. Sebab itu, mereka pun membuang kartu komitmen dan cincin mereka, lalu berhenti menjaga kekudusan hidup mereka.

Sebagian lagi merasa bahwa pernikahan adalah jawaban atas kebutuhan mereka. Mereka pun berusaha untuk cepat-cepat menikah. Mereka sangat bersemangat memasuki rumah tangga dan berharap pasangan mereka akan memuaskan kebutuhan mereka. Lalu mereka menyadari kebenaran yang pahit: ranjang pernikahan tidak cukup untuk mengisi kekosongan hati mereka. Harapan mereka tidak terpenuhi, hati mereka hancur dan dilingkupi rasa kecewa.

Sebagian lagi berusaha tetap menjaga komitmen yang telah mereka buat untuk tetap hidup kudus karena mereka takut dimurkai Tuhan. Akibatnya, hubungan mereka dengan Tuhan menjadi sekadar kewajiban tanpa sukacita. Beberapa orang bahkan memandang Tuhan tak lebih dari sekadar penentu jodoh dalam perjalanan mereka menemukan cinta sejati.

Secara pribadi aku tidak punya masalah dengan slogan “Cinta sejati menunggu”, dan aku pikir slogan itu dapat menjadi pengingat yang baik agar kita dapat tetap menjaga kekudusan hidup. Namun alangkah baiknya jika kita tidak sekadar berfokus pada sebuah janji untuk tidak berhubungan seks, tetapi berfokus pada makna sesungguhnya mengikut Yesus. Menunggu tidak dapat menguduskan kita. Pribadi Yesus dapat. Satu-satunya Pribadi yang dapat memenuhi kebutuhan kita, menjadikan kita sebagai kepunyaan-Nya. Dia bukanlah sebuah jalan untuk menemukan seorang pribadi yang bisa membahagiakan kita. Dia sendirilah Pribadi yang bisa membahagiakan kita. Kepuasan kita yang sejati ada pada Tuhan, bukan pada pernikahan atau hubungan seks. Sebaik apa pun pernikahan atau hubungan seks, keduanya tidak akan memenuhi kebutuhan jiwa kita yang terdalam. Hanya Tuhan yang dapat memenuhkannya.

 
Mengubah Sudut Pandang Kita

Tuhan merancang kita dengan hasrat untuk memiliki hubungan-hubungan yang bermakna dengan sesama manusia. Salah satu hubungan bermakna yang dapat kita miliki adalah hubungan seksual, menyatu dengan seorang manusia lainnya. Tuhan menetapkan hubungan yang indah ini menjadi puncak perayaan pernikahan kita. Tidaklah mengherankan bila kita memiliki hasrat hati untuk dekat secara seksual dengan lawan jenis kita, namun hubungan ini hanya dapat dinikmati dalam ikatan pernikahan.

Kita harus menahan diri untuk tidak melakukan hubungan seks di luar nikah karena itulah yang dikehendaki dan ditetapkan Tuhan bagi kita. Akan sulit menjaga komitmen ini bila kita tidak merasa kehendak Tuhan itu baik dan penting. Kita hanya akan terus gelisah menunggu keluarnya “izin” untuk berhubungan seks. Seorang temanku pernah berkata, “Membuat komitmen untuk hidup kudus itu mudah, menjaga komitmen tersebut adalah sebuah tantangan.”

Perkataannya sangat sesuai dengan apa yang kita hadapi hari ini. Berusaha hidup kudus dengan kekuatan kita sendiri di tengah zaman yang penuh dengan pornografi dan masyarakat yang sangat toleran terhadap perbuatan asusila, bisa dibilang hampir mustahil. Jika kita sekadar menanti-nantikan pernikahan demi bisa berhubungan seks, pertanyaan yang pasti akan timbul adalah: seberapa jauh hubungan yang diperbolehkan sebelum menikah?

Aku sendiri mengajukan pertanyaan yang sama berulang kali saat aku belum menikah. Dan sekalipun aku tetap menahan diri, aku masih terus memikirkan berbagai alasan untuk membenarkan kecenderungan hatiku. Faktanya adalah: keinginan hati kita begitu kuat sehingga godaan untuk berhubungan seks sangat sulit untuk ditolak. Beberapa orang bisa mengendalikan keinginan hati mereka, tetapi kebanyakan orang tidak bisa. Fakta ini jelas terlihat dengan menurunnya standar moral terkait seks dalam masyarakat kita saat ini.

Bagaimana bila kita mengubah sudut pandang kita untuk menjawab tantangan ini? Bagaimana bila kita tidak lagi berfokus hanya pada kapan dan bagaimana kita bisa menikmati hubungan seks, tetapi pada nilai-nilai yang dikehendaki Tuhan dalam hidup kita? Ketika kita berfokus untuk melakukan apa yang menyenangkan hati Tuhan, kita akan mengajukan pertanyaan yang berbeda: Bagaimana aku dapat menghormati Tuhan dengan pikiranku dan dengan tubuhku?

 
Bagaimana Memulainya

Bagaimana kita dapat mulai mengubah sudut pandang kita dan menemukan identitas sejati kita di dalam Tuhan? Kita perlu menumbuhkan kepekaan kita pada tuntunan Roh Kudus dan mematikan keinginan daging kita. Berikut ini beberapa hal yang bisa mulai kita lakukan:

1. Sediakanlah waktu yang berkualitas bersama Tuhan secara teratur melalui doa dan pembacaan Alkitab setiap hari.
2. Layanilah Tuhan menurut panggilan yang diberikan-Nya kepada kita
3. Serahkanlah pergumulan kita kepada-Nya setiap hari
4. Miliki teman-teman yang dewasa rohani, orang-orang yang mengasihi Tuhan, yang dapat menyemangati kita untuk terus menjaga komitmen kita di dalam Tuhan,
5. Bantulah orang lain untuk juga hidup sebagai murid Kristus

Di atas semua itu, teruslah rindu mengenal dan menikmati hubungan dengan Tuhan setiap hari. Jadikan Yesus sebagai pusat kehidupan kita. Aku sendiri mengalami bahwa ketika hidupku makin berpusat pada Tuhan, aku pun makin tidak ingin melakukan sesuatu yang tidak menghormati-Nya. Kita akan menemukan kekuatan untuk menolak godaan, kita akan lebih termotivasi untuk melakukan apa yang benar sekalipun hal itu sulit dan tidak ada orang yang memperhatikannya. Hubungan seks tidak lagi menjadi terlalu penting karena perhatian kita lebih banyak tertuju kepada Tuhan. Kita akan lebih peduli tentang bagaimana Tuhan memandang hubungan-hubungan yang kita miliki dan apa yang Tuhan ingin lakukan melalui hidup kita ketimbang mencari kebahagiaan kita di dalam hubungan-hubungan tersebut.

Aku ingin mengakhiri tulisan ini dengan mengatakan bahwa: mengkhususkan diri kita untuk pasangan kita, bukanlah hadiah terbaik yang bisa kita berikan baginya. Hadiah terbaik yang bisa kita berikan adalah hubungan kita dengan Tuhan. Ketika kasih manusia memudar, kasih Tuhan cukup untuk menjaga hubungan kita dengan pasangan kita hingga maut memisahkannya.

Bagikan Konten Ini
21 replies
  1. galih
    galih says:

    Terpujilah ALLAH BAPA Yang Bertakhta di dalam Kerajaan Sorga , anugerah kasih setia-Mu sungguh selalu indah nyata besar selama – lamanya buat kami semua , Engkau selalu memberikan sukacita damai sejahtera buat kami semua , sertai , lindungilah , berkatilah kami semua untuk mampu menyebarkan kasih-Mu yang sungguh besar terhadap sesama kami senantiasa. Gbu us all. Amen

  2. galih
    galih says:

    Terpujilah ALLAH BAPA Yang Bertakhta di dalam Kerajaan Sorga , anugerah kasih setia-Mu sungguh selalu indah nyata besar selama – lamanya buat kami semua , Engkau selalu memberikan sukacita damai sejahtera buat kami semua , sertai , lindungilah , berkatilah kami semua untuk mampu menyebarkan kasih-Mu yang sungguh indah besar terhadap sesama kami senantiasa. Gbu us all. Amen

  3. melvin Tobondo
    melvin Tobondo says:

    Sungguh luar biasa penyajian artilkel ini, yang dapat membukakan pikiran kita sebagai sesama iman untuk mmpertahankan kekudusan hidup kita dalam menyikapi kebutuhan akan SEKS yg menjadi pemikiran hidup kita menjelang berumah Tangga alias masih sedang dalan status JOMBLOH,disadari didalam kerhidupan keseharian kita, kebutuhan akan Seks ini adalah merupakan suatu hal yg sangat sakral,karena biasanya dan saya sendiri tidak bisa menyanggupinya untuk menahan nafsu birahi saya kepada tunangan saya pada saat sebelum saya menikah, karena pemikiran sebagai manusia yg pada umumnya bahwa kita wajar-wajar saja berhubungan seks diluar nikah,pada tunangan atau pacarkita asalkan berdasarkan suka sama suka tanpa ada paksaan, untuk membutikannya apakah pasanga kita atau pacar saya ini masih berstatus perawan atau tidak, namun perbuatan ini saya sadari sesungguhnya memang sangat keliru tidak sesuai dengan kehendak Tuhan kita dan janganlah sekali-kali kita mencotohinya,Tks, Amin

  4. febrianita
    febrianita says:

    thanks Jesus,,,
    Engkau selalu besertaku saat ini,dan menjaga ku hingga pada akhirnya aku mnemukan cinta sejati ku.

  5. Chrisevan Axel
    Chrisevan Axel says:

    Terima kasih untuk artikel ini, Aku dapat mengerti dan memahami makna seks dalam hidup, biarlah ini menjadi renungan pribadi bagi diriku.
    Jauhkan aku dari berbagai cobaan, kuatkan dan tumbuhkan imanku, berkatilah aku, ampunilah kesalahan” ku… terima kasih Tuhan, terpujilah nama-Mu Bapa kekal selama-lamanya,Amin

  6. ErCan Olan
    ErCan Olan says:

    “Hadiah terbaik yang bisa kita berikan adalah hubungan kita dengan Tuhan. Ketika kasih manusia memudar, kasih Tuhan cukup untuk menjaga hubungan kita dengan pasangan kita hingga maut memisahkannya.” Setuju. Karena rumah tangga tidak melulu hanya soal seks, tapi juga soal menjalin hubungan antara 2 orang yg berbeda. Tanpa ikatan kasih Tuhan,mustahil hubungan yg indah akan bertahan lama.

  7. Kristin R
    Kristin R says:

    A great article!
    Keinginan seks adalah salah satu basic instinct manusia, sehingga mengontrol diri kita untuk tidak melihat hal yang “indah” atau melakukan seks merupakan hal yang sangat sulit tanpa pimpinan Roh Kudus. Saya jadi ingat kisah Yusuf.. Saat itu dia digoda oleh istri dari Potifar, yang adalah pejabat sekaligus majikannya. Bisa dibayangkan bahwa istri seorang pejabat pastilah molek dan menarik, bagaimana bisa Yusuf tidak menyerah padahal istri Potifar menggoda dia hari demi hari (Kej 39:10)? Hingga pada puncaknya, saat istri Potifar menarik bajunya, apa yang Yusuf lakukan? Dia langsung berlari!
    Jadi selain dari artikel ini, aku juga belajar dari kisah Yusuf, bahwa godaan dosa seksual harus dilawan dengan pikiran yang tertuju pada Allah, berdoa selalu untuk pimpinan Roh Kudus, dan ketika kita merasa tidak kuat.. Kita harus berlari menjauhi godaan itu.

  8. Juan
    Juan says:

    sangat tidak salah menyempatkan waktu baca artikel ini. Kadang dengan kekuatan sendiri kita bisa kuat nahan godaan daging, tapi pasti akan ada waktunya jatuh juga. Bersama Tuhan Yesus udah solusi yang paling pas buat melawan kedagingan. Terima Kasih untuk penulis maupun yg mengupload artikel ini 🙂

  9. putri
    putri says:

    Paragraf penutupnya sangat tepat sasaran. Karena hubungan dengan pasangan hidup akan sangat ditentukan oleh hubungan kita dengan Tuhan. Dalam rumahtangga,kasih dapat segera berubah menjadi dingin. Pengaruh lingkungan,teknologi dsb semakin memperburuk keadaan. Standart moral sudah merosot tajam. Hanya mereka yg memiliki hubungan erat dengan Tuhan yg mampu bertahan dalam pengharapan,bersukacita dalam kesesakan dan bertekun dalam doa untuk rumah tangga mereka.

  10. Cendy
    Cendy says:

    Oh.. ternyata selama ini saya salah.. Inilah yang ternyata Tuhan mau dari saya.

    “mengkhususkan diri kita untuk pasangan kita, bukanlah hadiah terbaik yang bisa kita berikan baginya. Hadiah terbaik yang bisa kita berikan adalah hubungan kita dengan Tuhan. Ketika kasih manusia memudar, kasih Tuhan cukup untuk menjaga hubungan kita dengan pasangan kita hingga maut memisahkannya.”

    Terima kasih Tuhan

  11. Artayanti Made
    Artayanti Made says:

    Amin.aku menyesal dengan apa yg tlah terjadi dlm hidupku. aku menikah krn MBI. menjelang pernikahanku aku telah mengaku di depan Pastor ttg keadaanku saat itu. aku menikah slama 3 bulan lahirlah putriku. saat ini aku terus berdoa dan berserah kpd Tuhan,agar Tuhan terus memulihkan keluarga kecil kami, agar kami saling menyayanyi sampai maut memisahkan kami,krn aku percaya Tuhan akan mengampuni dosa yg di akui.aku memang manusia yg penuh dengan dosa dan nista. aku slalu share ke tman2 klw hamil diluar nikah itu sangat memalukan dan itu merupakan hal yg tdi terpuji,krn aku tlah lalui smuanya.jangan coba2 dan jangn memberi kesempatan atau celah buat iblis!

  12. Yosia
    Yosia says:

    Thank’s atas kebaikanMu.Artilel ini membuat aku memahami pentingnya Tuhan Bagi hidupku dan pentingnya komitmen dalam Berpasangan.

  13. lena
    lena says:

    tolong keluargaku Tuhan.agar kami hidup berpasangan bukan krn hawa nafsu seks saja tetapi tetap mendekatkn diri kepada Mu Tuhan dalam menjaga pernikahan kami agar tetap kudus didadapan Mu Yesus.Amin

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *