Letupan Kemarahan

Kamis, 5 November 2015

Letupan Kemarahan

Baca: Mazmur 86:1-13

86:1 Doa Daud. Sendengkanlah telinga-Mu, ya TUHAN, jawablah aku, sebab sengsara dan miskin aku.

86:2 Peliharalah nyawaku, sebab aku orang yang Kaukasihi, selamatkanlah hamba-Mu yang percaya kepada-Mu.

86:3 Engkau adalah Allahku, kasihanilah aku, ya Tuhan, sebab kepada-Mulah aku berseru sepanjang hari.

86:4 Buatlah jiwa hamba-Mu bersukacita, sebab kepada-Mulah, ya Tuhan, kuangkat jiwaku.

86:5 Sebab Engkau, ya Tuhan, baik dan suka mengampuni dan berlimpah kasih setia bagi semua orang yang berseru kepada-Mu.

86:6 Pasanglah telinga kepada doaku, ya TUHAN, dan perhatikanlah suara permohonanku.

86:7 Pada hari kesesakanku aku berseru kepada-Mu, sebab Engkau menjawab aku.

86:8 Tidak ada seperti Engkau di antara para allah, ya Tuhan, dan tidak ada seperti apa yang Kaubuat.

86:9 Segala bangsa yang Kaujadikan akan datang sujud menyembah di hadapan-Mu, ya Tuhan, dan akan memuliakan nama-Mu.

86:10 Sebab Engkau besar dan melakukan keajaiban-keajaiban; Engkau sendiri saja Allah.

86:11 Tunjukkanlah kepadaku jalan-Mu, ya TUHAN, supaya aku hidup menurut kebenaran-Mu; bulatkanlah hatiku untuk takut akan nama-Mu.

86:12 Aku hendak bersyukur kepada-Mu, ya Tuhan, Allahku, dengan segenap hatiku, dan memuliakan nama-Mu untuk selama-lamanya;

86:13 sebab kasih setia-Mu besar atas aku, dan Engkau telah melepaskan nyawaku dari dunia orang mati yang paling bawah.

Orang bebal melampiaskan seluruh amarahnya, tetapi orang bijak akhirnya meredakannya. —Amsal 29:11

Letupan Kemarahan

Entah apa yang dipikirkan para tetangga saat mereka memandang ke luar jendela dan melihat saya sedang berdiri di depan rumah dengan memegang sekop pada suatu hari di musim dingin. Sambil marah-marah, saya memukulkan sekop itu sekeras-kerasnya pada gundukan es yang telah menggunung di bawah talang sudut rumah. Setiap kali memukul, saya mengucapkan kata-kata yang kurang lebih sama artinya: “Aku tak bisa melakukannya.” “Aku tak sanggup lagi.” Sebagai seorang pengasuh dengan tanggung jawab yang menumpuk, saya tak sanggup lagi menghadapi masalah dengan gundukan es itu!

Kemarahan saya dipicu oleh kebohongan-kebohongan yang mengatakan: “Aku layak mendapatkan yang lebih baik dari ini.” “Ternyata Allah saja tak cukup.” “Semuanya sia-sia.” Namun apabila kita memilih untuk mempertahankan kemarahan, kita akan terjerat oleh kepahitan yang membuat kita gagal melangkah maju. Satu-satunya obat bagi kemarahan adalah kebenaran.

Kebenarannya adalah Allah tak memberikan apa yang selayaknya kita terima; Dia justru memberikan belas kasihan. “Engkau, ya Tuhan, baik dan suka mengampuni dan berlimpah kasih setia bagi semua orang yang berseru kepada-Mu” (Mzm. 86:5). Terlepas dari apa yang kita rasakan, Allah itu lebih dari cukup. Kasih karunia-Nya cukup bagi kita (2Kor. 12:9). Namun sebelum meyakini semua kebenaran itu, mungkin kita perlu berdiam sejenak, berhenti mengandalkan kekuatan sendiri, dan menerima belas kasihan dan anugerah yang Yesus tawarkan kepada kita.

Kebesaran Allah membuat-Nya sanggup menampung segala kemarahan kita. Dengan tangan kasih-Nya, Dia akan menunjukkan jalan bagi kita pada waktu yang dikehendaki-Nya. —Shelly Beach, Penulis Tamu

Allah terkasih, ampunilah letupan amarahku. Hari ini aku menyerahkan kemarahanku yang berdosa dan memohon belas kasihan dan anugerah-Mu.
(Shelly Beach adalah penulis buku Precious Lord, Take My Hand: Meditations for Caregivers.)

Anugerah: Mendapatkan apa yang tidak selayaknya kita terima. Belas Kasihan: Tidak mendapatkan yang selayaknya kita terima.

Bacaan Alkitab Setahun: Yeremia 34-36; Ibrani 2

Bagikan Konten Ini
19 replies
  1. galih
    galih says:

    Terpujilah ALLAH BAPA Yang Bertakhta di dalam Kerajaan Sorga , anugerah kasih setia-Mu sungguh indah nyata banyak tangguh baik teguh tentram segar nyaman sejuk kuat besar sampai selama – lamanya buat kami semua , ampunilah segala dosa – dosa kesalahan – kesalahan yang sengaja maupun tidak sengaja kami semua lakukan dari perkataan kami semua dan perbuatan kami semua , Engkau selalu memberikan sukacita damai sejahtera buat kami semua , sertai , lindungilah , berkatilah kami semua untuk mampu menyebarkan kasih-Mu yang sungguh besar terhadap sesama kami senantiasa. Gbu us all. Amen

  2. Helferia Sinaga
    Helferia Sinaga says:

    Kendalikan diri kami ya Tuhan dari kemarahan.Layakkan kami ya Tuhan untuk menerima kemurahanMu.

  3. Ramadani Yohana Sormin
    Ramadani Yohana Sormin says:

    Kuatkan kami Tuhan, dalam menghadapi setiap pergumulan dalam hidup kami. beri kami jalan keluar dari setiap pergumulan kami Bapa. sebab Engkau lah jawaban dan jalan hidup bagi kami…

  4. melvin Tobondo
    melvin Tobondo says:

    Tuhan Yesus, di Pagi hari ini, kami datang kepadamu untuk memohon hikmat dan Anugerahmu yang engkau dapat berikan didalam kehidupan kami,agar dapat menuntun perjalanan hidup kami sekeluarga,Ampunilah segala kesalahan yang kami perbuat kepadamu baik pikiran , perkataan dan perbuatan kami yang tak layak didepanmu dan tidak sesuai dengan kehendakmu,didalam nama Tuhan Yesus kami besyukur dan beterima kasih kepadamu, terpujilah namamu bapa disurga, Amin

  5. asraruddin
    asraruddin says:

    terpujilah namu, Mu bapak oleh karna kasih dan anugrah’Mu saat ini kembali kami dapat menilmati kehidupan ini

  6. Anne
    Anne says:

    “Kemarahan dipicu oleh kebohongan-kebohongan yang mengatakan: “Aku layak mendapatkan yang lebih baik dari ini.” “. ya benar. Terimakasih sudah mengingatkanku pagi ini Tuhan.

  7. suharsono
    suharsono says:

    Tuhan mampukan kami untuk mengelola emosi kami..agar tidak ada amarah di hari ini..pagi sahabat..Gbu..

  8. Philip Hutapea
    Philip Hutapea says:

    Semoga melalui firman-Nya kita dikuatkan untuk tidak mengedepankan amarah dalam merespon keadaan yg kita alami, baik di dunia nyata maupun di dunia maya yg melaluinya seringkali memudahkan kita untuk berkomentar yg tidak membangun, bahkan menjatuhkan sesama.
    Amin

  9. yenni
    yenni says:

    Hanya kepada Mu saja aku percaya ya Allah ku, aku hanya ibgin berjalan bersama mu
    Karna di bawah sayap Mu aku aman.

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *