Mendambakan Kasih Seorang Ayah
Oleh: J. Leng, Malaysia,
(Artikel asli dalam Simplified Chinese: 从无到有的父爱)
Setiap kali melihat ada ayah dan anak yang bisa mengobrol dan bercanda dengan akrabnya, aku selalu merasa agak iri. Aku tidak pernah punya kenangan seindah itu. Ketika aku berusia 11 tahun, kedua orangtuaku bercerai karena ayahku berselingkuh. Menurut ibuku, ayah tidak menginginkan hak pengasuhan atas kami karena ia tidak suka anak-anak. Ketika ayah menikah lagi, ia pun tidak memiliki anak samasekali.
Aku dan kakak perempuanku dibesarkan oleh ibu. Hubungan kami dengan ayah sangat minimal, kebanyakan hanya untuk meminta uang saku. Kadang-kadang saja ia berbasa-basi menanyakan kabar kami. Ia sangat jarang mengajak kami keluar untuk makan malam atau meluangkan waktu bersama kami. Yang namanya “kasih ayah” tidak pernah benar-benar bisa kami alami di sepanjang tahun-tahun pertumbuhan kami.
Aku bisa merasakan bahwa ibu sinis dan benci kepada ayah setelah perceraian itu, terutama dari cara bicaranya setiap kali menyebut ayah. Ia kerap mengingatkan aku dan kakakku untuk tidak menjalin hubungan dengan pria yang seperti ayah.
Apa yang ia katakan tahun demi tahun, ditambah pengalamanku sendiri dalam berinteraksi dengan ayah, membuat aku kemudian merasakan hal serupa. Aku merasa ayah menghindari tanggung jawabnya terhadap keluarga. Ia hanya menunjukkan tanggung jawabnya hanya bila sudah tidak ada pilihan lain.
Perlahan-lahan, aku juga mulai percaya bahwa semua laki-laki pada umumnya tidak dapat diandalkan dan tidak dapat dipercaya. Sama seperti ibu, aku memandang rendah ayahku.
Aku ingat suatu kali saat liburan SMA, aku minta tolong ayah untuk membantuku pindah dari asrama. Ia tidak muncul. Akhirnya, aku terpaksa mengangkut semuanya sendirian dengan pertolongan beberapa teman.
Ketika aku masuk universitas, ayah berkata bahwa ia tidak sanggup membayari biaya kuliahku secara penuh, dan memintaku untuk mencari jalan keluar sendiri. Aku sangat kecewa kepadanya. Itu adalah masa-masa yang paling sulit dalam hidupku—aku sendirian di tempat asing, dan tidak tahu harus minta tolong kepada siapa.
Tertekan karena tidak bisa membayar uang sekolah, aku mengalami depresi. Pada saat itu aku merasa tidak ada bedanya aku punya ayah atau tidak. Aku harus menjalankan beberapa pekerjaan paruh waktu untuk memenuhi kebutuhan hidupku. Dan aku merasa semua kesulitan yang kuhadapi itu disebabkan oleh ayah.
Namun, pada masa-masa itu jugalah aku mengenal Yesus dan menerima anugerah keselamatan-Nya.
Dalam Matius 11:28 aku membaca, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” Selain itu, Ulangan 31:8 berkata, “Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.”
Kedua ayat ini sangat menghiburku. Allah menyadarkanku bahwa aku tidak perlu menanggung semua beban sendirian. Aku dapat mempercayakan semua kekhawatiran dan ketakutanku kepada Tuhan, yang dapat diandalkan. Mungkin aku bahkan perlu berterima kasih kepada ayahku karena situasi yang disebabkannya membuatku aku akhirnya percaya kepada Tuhan.
Setelah aku menjadi seorang Kristen, aku mulai belajar bagaimana membangun hubungan dengan Allah, dan secara bertahap mulai memahami kasih Bapa di surga yang luar biasa. Salah satu kekecewaan terbesar dalam hidupku adalah tidak bisa mengalami kasih seorang ayah, namun kini aku mendapatkan kasih terbesar yang bisa diberikan seorang ayah, yaitu kasih dari Bapaku yang di surga.
Melalui doa dan pembacaan Alkitab, aku juga mulai memahami kehendak Allah bagiku dalam Matius 6:15, “Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni orang, Bapamu juga tidak akan mengampuni kesalahanmu.”
Jujur saja, mengampuni ayah yang telah menggoreskan luka dalam hidupku, bukanlah hal yang mudah. Tetapi setiap hari, aku memohon agar Allah memampukanku untuk memahami dan memaafkan ayahku. Meski tidak mudah, Allah menghendaki kita tidak hanya berdamai dengan-Nya, tetapi juga dengan sesama kita.
Tuhan ampuni aku karena selama ayahku masih ada ddunia ini q blm bs memberikan sstu yg terbaik u/ ayahku shgga saat ayahku pulang kerumah Bapa q sangat sedih & kecewa. Ampuni q Tuhan Yesus.
sama seperti kamu, aku juga mengalami hal serupa dan menimbulkan kebencian mendalam dalam hatiku. tapi setelah bertemu dengan dia (ayah) aku sadar bahwa tidak ada manusia yang sempurna, aku belajar bahwa ini adalah Jalan yang harus kulalui sehingga aku menjadi pribadi yang lebih baik dengan tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Yesus adalah Bapa yang mengajarkan arti maaf seutuhnya padaku, meski sulit sampai hari ini aku masih belajar mengikutnya.
Terima kasih Yesus
Aku jg mengalami hal serupa…tp mrk tdk bercerai hanya berpisah krn papa ku suka memukul. Akhirnya aku dan mama ku keluar dr rumah. Otomatis aku hrs menanggung biaya dan mengurus mama ku yg sakit parkinson. Pindah rumah kontrakan berkali2 selama 7 tahun. Tp krn anugerah Tuhan aq dpt mengampuni papa ku dan merawatnya selama sakit sebelum Tuhan memanggilnya.
aku sama sperti kisah di atas,,sangat pahit emg trkdng melihat teman atau org lain bercrta tentang ayah nya,,
Amin.. Tuhan selalu ada dalam stiap musim hiduk Ku.. GBU
Terima kasih Yesus, Engkau memberi saya seorang papa yang penyayang dan bertanggungjawab dalam keluarga.
Semua koment dari segenap pemirsa renungan santapan rohani yg bertemakan kasih seorang sang Ayah, setelah saya amati kebanyakan menyatakan hal yang serupa terjadi dialami dalam kehidupannya, dan sayapun merasakan mediang Almarhum sosok Ayahku semenjak beliau masih bersama kita sekeluarga curahan kasih sayang yang diberikan kepada kami sekeluarga boleh dikatakan sangat kurang sebagaimana yang kita dambakan,namun saat ini saya baru menyadarinya setelah saya berumah tangga dan mempunyai 3 0rang putra dan 1 putri yang kami adopsi,kalau saya sebagai seorang ayah merasakan bagaimana sebenarnya kasih sayang seorang ayah yang saya berikan kepada anak2ku semuanya sesungguhnya sangatlah mulia dan benar-benar sangat tulus, namum waktuku kuakui sangatlah terbatas disebabkan oleh kesibukanku sebagai seorang pengusaha yang tidak terikat dengan waktu untuk mengejar opsesi bisnisku demi dapat membahagiakan keluargaku yang saya kasihi,Amin