Mengangguk Pun Tidak

Selasa, 2 September 2014

Mengangguk Pun Tidak

Baca: Lukas 17:11-19

17:11 Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem Yesus menyusur perbatasan Samaria dan Galilea.

17:12 Ketika Ia memasuki suatu desa datanglah sepuluh orang kusta menemui Dia. Mereka tinggal berdiri agak jauh

17:13 dan berteriak: "Yesus, Guru, kasihanilah kami!"

17:14 Lalu Ia memandang mereka dan berkata: "Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam-imam." Dan sementara mereka di tengah jalan mereka menjadi tahir.

17:15 Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring,

17:16 lalu tersungkur di depan kaki Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Orang itu adalah seorang Samaria.

17:17 Lalu Yesus berkata: "Bukankah kesepuluh orang tadi semuanya telah menjadi tahir? Di manakah yang sembilan orang itu?

17:18 Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?"

17:19 Lalu Ia berkata kepada orang itu: "Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau."

Seorang dari mereka, ketika melihat bahwa ia telah sembuh, kembali sambil memuliakan Allah dengan suara nyaring. —Lukas 17:15

Mengangguk Pun Tidak

Namun saat pengemudi yang “baik” itu tak diberi anggukan atau lambaian sebagai ucapan terima kasih, ia mengamuk. Awalnya ia membuka jendela mobil dan meneriaki pengemudi yang dibiarkannya lewat tadi. Lalu ia memacu mobilnya seperti ingin menubruk mobil di depannya, menekan klakson, dan terus berteriak untuk meluapkan amarahnya.

Jalanan sedang macet-macetnya, dan orang-orang mudah terpancing untuk marah pada siang yang terik itu. Saat itu saya melihat sebuah mobil berisi dua pemuda yang tengah antre untuk dapat masuk ke jalan dari parkiran suatu restoran. Saya merasa pengemudi di depan saya telah berbaik hati dengan membiarkan mereka lewat terlebih dahulu.

Siapa yang “lebih salah”? Apakah sikap tak tahu berterima kasih dari pengemudi muda itu membenarkan sikap marah si pengemudi yang “baik” tadi? Apakah pengemudi muda itu berutang ucapan terima kasih?

Tentu ke-10 orang kusta yang disembuhkan Yesus berutang ucapan terima kasih kepada-Nya. Bagaimana mungkin hanya satu orang yang kembali untuk berterima kasih? Saya dikejutkan oleh jawaban Yesus, “Tidak adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada orang asing ini?” (Luk. 17:18). Apabila sang Raja atas segala raja saja hanya mendapatkan satu ucapan terima kasih dari sepuluh orang yang disembuhkan, patutkah kita berharap dapat menerima sikap yang lebih baik dari sesama kita? Yang lebih baik kita perbuat adalah melakukan perbuatan baik demi memuliakan Allah dan melayani sesama, daripada kita melakukannya hanya untuk menerima ucapan terima kasih. Kiranya kita tetap memperlihatkan kasih Allah sekalipun perbuatan baik kita tidak dihargai. —RKK

Tuhan, kami ingin dihargai atas semua yang kami lakukan. Tolong
kami mengingat bahwa orang lain tak berutang ucapan terima kasih
kepada kami, melainkan kami yang berutang ucapan syukur kepada-
Mu seumur hidup karena keselamatan dari-Mu di dalam Yesus.

Begitu juga terangmu harus bersinar di hadapan orang, supaya mereka . . . memuji Bapamu di surga. —Matius 5:16

Bagikan Konten Ini
9 replies
  1. Ratih
    Ratih says:

    Siapakah diri manusia biasa dan apakah yang sudah kita perbuat sehingga kita merasa layak menuntut kemuliaan? Segala pujian bagi Tuhan.

  2. Gee
    Gee says:

    Shalom 🙂
    Renungan yang sangat luar biasa ! Hari ini saya menyadari lagi satu kesalahan saya yang kini saya tahu tidak harus saya harapkan dan lakukan lagi. Renungan ini memukul (menyadarkan) saya untuk tidak pernah melakukan perbuatan baik hanya karena ingin dipuji, mengharapkan terima kasih, atau lebih buruk lagi mengharapkan balasan. Saya sadar bahwa jawaban Yesus tentang 10 orang kusta tersebut juga menegur saya untuk berbuat baik dgn tulus tdk berharap apa2.
    Tuhan, mampukan saya untuk berbuat baik pada sesama sebagai bentuk rasa terima kasih saya atas anugerah keselamatan yg telah Kau beri, bukan krn sy mengharapkan ucpan trma ksih atau blasan. Namun, saya ingin lewat perbuatan saya, nama Tuhan Yesus yg akan selalu dipuji, dimuliakan, dan diagungkan.
    Terima kasih atas renungannya, Gbu 🙂

  3. galih
    galih says:

    PUJI TUHAN, HALELUYA, kasih sejati tidak memandang siapa pun, TUHAN YESUS KRISTUS tidak akan membiarkan anak – anak-Nya terlantar, Dia rela berkorban mati di kayu salib demi kita semua dan tidak mengharapkan utang budi atau imbalan apa pun pada kita semua, Dia mau kita diselamatkan-Nya dan menyebarkan kasih-Nya yang tak terhingga pada sesama kita semuanya sampai selama- lamanya. Gbu us all. Amen

  4. galih
    galih says:

    rasa terima kasih kita pada orang yang berbuat baik pada kita dapat kita wujudkan dengan perbuatan baik kita pada orang lain. Gbu us all. Amen

  5. Zie
    Zie says:

    Bersyukur.. bersyukurlah selalu sebab Kasih-Nya tiada berkesudahan. Perbuatan baik adalah salah satu wujud ucapan syukur kita kepada Tuhan. Sehingga tidak perlu kita mengharapkan ucapan terimakasih balik dari sesama kita. Terpujilah Tuhan.. Amin.

  6. dss
    dss says:

    Sangat diberkati dengan saat teduh hari ini 🙂
    Kiranya Tuhan Yesus yang mampukan saya utk membagikan kasih yang tulus pada sesama sebagaimana kasihnya tulus tiada berbatas yg telah dilimpahkanNya dalam hidup saya. Amin ya Tuhanku dan Allahku.

  7. lisa gunawan
    lisa gunawan says:

    Tuhan ,terima kasih atas kebenaran firmanMu , saya mohon Tuhan tanamkan di hati
    bila tidak mendapat penghargaan, tetap ingat Tuhan Maha Tahu dan pujian dari
    Tuhan lebih baik daripada manusia.
    Pujian manusia kadang ada motif tertentu.

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *