Ulasan Film: 12 Tahun Mengejar Kemerdekaan

Oleh: Samuel Sindhunata
12yearsaslave

Judul film: 12 Years of Slave
Rilis: Tahun 2013
Genre: Biografi
Sutradara: Steve McQueen
Ide cerita: Solomon Northup (berdasarkan bukunya “Twelve Years A Slave”)
Penulis skenario layar lebar: John Ridley

Pemain: Chiwetel Ejiofor, Dwight Henry, Dickie Gravois, Bryan Batt, Ashley Dyke, Kelsey Scott, Quvenzhané Wallis, Cameron Zeigler, Tony Bentley, Scoot McNairy, Taran Killam dan masih banyak lagi

 

Film ini merupakan adaptasi dari sebuah kisah nyata yang terjadi saat perbudakan masih dilegalkan. Tokoh utamanya, Solomon Northup (diperankan oleh Chiwetel Ejiofor) lahir sebagai orang yang merdeka. Namun, ketika suatu hari ia menerima tawaran untuk bekerja di kota lain, hidupnya tiba-tiba berubah. Tawaran tersebut ternyata hanyalah sebuah jebakan. Ia dijual sebagai budak, dan harus bekerja dalam status itu selama dua belas tahun selanjutnya di negara bagian New Orleans, Louisiana. Northup tak dapat lagi menikmati kehidupan yang merdeka dan perlakuan yang adil, karena tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa ia adalah seorang warga negara yang merdeka. Tak hanya itu, ia juga menjadi saksi mata atas berbagai perlakuan tidak adil yang dialami para budak yang bekerja bersama-sama dengannya.

Film ini sangat menarik untuk ditonton, bukan hanya karena balutan lagu-lagu pendukungnya yang merdu, tetapi juga karena ada banyak sekali fakta sejarah (termasuk fakta kelam tentang perbudakan) yang bisa menjadi pelajaran bagi kita di zaman ini. Salah satunya yang saya renungkan adalah fakta tentang betapa berharganya kemerdekaan itu. Dua belas tahun bukanlah waktu yang singkat untuk memperoleh sebuah kemerdekaan. Sungguh tidak mudah! Bayangkanlah bila kita hidup sebagai budak pada zaman penjajahan, tidak ada kebebasan yang bisa kita nikmati. Sama halnya dengan hidup yang diperbudak oleh dosa. Belenggu dosa membuat kita tidak bisa menikmati hidup yang tenang dan damai, membuat kita tidak bisa leluasa hidup dalam kebenaran dan keadilan.

Fakta menarik lainnya adalah tentang berbagai sikap orang yang mengaku Kristen terhadap perbudakan. Sebagai orang percaya, kita ditantang untuk menguji apakah Alkitab mengajarkan kita untuk mendukung atau menentang perbudakan. Meski perbudakan sudah dilarang, fenomena ketidakadilan masih terus terjadi di tengah dunia. Jikalau ketidakadilan itu dijumpai di tengah komunitas kita, akankah kita, sebagai para saksi Kristus, berani bertindak? Ataukah kita akan sekadar menjadi penonton saja?

Bagikan Konten Ini
0 replies

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *