Mengandalkan Kebetulan
Senin, 23 Juni 2014
Baca: Efesus 2:1-10
2:1 Kamu dahulu sudah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu.
2:2 Kamu hidup di dalamnya, karena kamu mengikuti jalan dunia ini, karena kamu mentaati penguasa kerajaan angkasa, yaitu roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.
2:3 Sebenarnya dahulu kami semua juga terhitung di antara mereka, ketika kami hidup di dalam hawa nafsu daging dan menuruti kehendak daging dan pikiran kami yang jahat. Pada dasarnya kami adalah orang-orang yang harus dimurkai, sama seperti mereka yang lain.
2:4 Tetapi Allah yang kaya dengan rahmat, oleh karena kasih-Nya yang besar, yang dilimpahkan-Nya kepada kita,
2:5 telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita–oleh kasih karunia kamu diselamatkan–
2:6 dan di dalam Kristus Yesus Ia telah membangkitkan kita juga dan memberikan tempat bersama-sama dengan Dia di sorga,
2:7 supaya pada masa yang akan datang Ia menunjukkan kepada kita kekayaan kasih karunia-Nya yang melimpah-limpah sesuai dengan kebaikan-Nya terhadap kita dalam Kristus Yesus.
2:8 Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,
2:9 itu bukan hasil pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.
2:10 Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya.
Pada tahun 1994, untuk pertama kalinya final Piala Dunia ditentukan lewat adu tendangan penalti. Baresi, kapten tim Italia, memulai dengan tendangan yang melampaui mistar gawang, disusul gagalnya tendangan Santos dari Brasil. Albertini lalu membawa Italia memimpin, tetapi Romario berhasil menyamakan kedudukan. Evani mencetak gol, dan Branco kembali menyamakan skor. Berikutnya, tendangan Massaro berhasil ditepis, tetapi Dunga sang kapten Brasil dapat membobol gawang Italia. Harapan Italia kini terletak di pundak Baggio yang mendapat giliran terakhir. Ia menendang kencang, tetapi tendangannya melambung tinggi. Brasil pun memboyong piala emas itu untuk keempat kalinya.
Ada yang tidak menyukai adu penalti, karena menganggapnya seperti judi. Adu penalti tdak melibatkan kerja sama tim, dan hasilnya lebih ditentukan oleh kebetulan daripada keterampilan. Sayangnya, banyak orang mengandalkan kebetulan dalam menghadapi penghakiman Tuhan kelak, sambil berharap pada perbuatan baik yang telah mereka kumpulkan sepanjang hidup. Namun Alkitab mengingatkan bahwa kita tak dapat mengandalkan upaya kita sendiri. “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah,” kata Alkitab. “Itu bukan hasil pekerjaanmu” (Ef. 2:8-9). Meski demikian, apa yang tak dapat kita lakukan itu sudah Allah lakukan untuk kita. Dia menjamin siapa saja yang datang kepada Yesus Kristus akan diampuni dan memperoleh hidup kekal bersama Dia selamanya.
Adakah yang mau mengambil tendangan penalti? Dalam hal kekekalan, Anda tidak perlu mengandalkan kebetulan karena iman kepada Kristus akan memberikan kemenangan yang pasti.
Kepastian membuat kita tidak perlu lagi mengandalkan kebetulan.
🙂 Trivia Piala Dunia
24. Sebutkan nama anjing yang menemukan Piala Jules Rimet yang sempat dicuri sebelum berlangsungnya kejuaraan Piala Dunia 1966 di Inggris!
🙂 Tahukah Kamu?
Kartu kuning dan kartu merah pertama kali digunakan pada tahun 1970 dalam Piala Dunia di Meksiko.
Bagikan Komentar Kamu