Anak-Anak Di Dunia

Senin, 16 Juni 2014

Anak-Anak Di Dunia

Baca: Yakobus 1:22-2:1

1:22 Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.

1:23 Sebab jika seorang hanya mendengar firman saja dan tidak melakukannya, ia adalah seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin.

1:24 Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau ia segera lupa bagaimana rupanya.

1:25 Tetapi barangsiapa meneliti hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan orang, dan ia bertekun di dalamnya, jadi bukan hanya mendengar untuk melupakannya, tetapi sungguh-sungguh melakukannya, ia akan berbahagia oleh perbuatannya.

1:26 Jikalau ada seorang menganggap dirinya beribadah, tetapi tidak mengekang lidahnya, ia menipu dirinya sendiri, maka sia-sialah ibadahnya.

1:27 Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.

2:1 Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka.

Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka. —Yakobus 1:27

Anak-Anak Di Dunia

Setelah sekelompok siswa SMA berkunjung ke sebuah panti asuhan dalam suatu pelayanan, seorang siswa terlihat sangat sedih. Ketika ditanya, ia mengatakan bahwa panti asuhan tersebut membuatnya teringat pada kehidupannya sendiri 10 tahun yang lalu.

Siswa itu pernah tinggal di suatu panti asuhan di negara lain. Ia teringat pada orang-orang yang datang mengunjunginya dan teman-temannya–dan kemudian mereka pulang. Adakalanya orang yang berkunjung itu akan datang kembali dan mengadopsi seorang anak. Namun setiap kali ia tidak terpilih untuk diadopsi, ia pun bertanya-tanya, Apa yang salah dengan diriku?

Perasaan lamanya itu terungkit kembali saat ia dan teman-teman SMA-nya mengunjungi panti asuhan—dan kemudian pulang. Maka teman-teman dalam kelompoknya berdoa baginya—dan bersyukur kepada Allah karena seorang wanita telah mengadopsinya sebagai anak. Perbuatan teman-teman siswa itu merupakan pernyataan penuh kasih yang membuat siswa itu kembali memiliki harapan.

Di berbagai penjuru dunia, ada banyak anak yang perlu mengenal kasih Allah bagi mereka (Mat. 18:4-5; Mrk. 10:13-16; Yak. 1:27). Tentunya, kita tidak mungkin mengadopsi atau mengunjungi semua anak itu—dan memang kita tidak diharapkan untuk demikian. Namun kita semua dapat melakukan sesuatu: Mendukung. Menyemangati. Mengajar. Mendoakan. Ketika kita mengasihi anak-anak di dunia ini, kita menghormati Bapa kita yang telah mengadopsi kita untuk masuk dalam keluarga-Nya (Gal. 4:4-7). —JDB

Bapa, Engkau telah membentuk setiap anak
dalam gambaran-Mu. Tolong kami untuk meneruskan
kasih-Mu kepada mereka melalui tangan,
tindakan, dan hati kami.

Semakin luas kasih Kristus tumbuh di dalam kita,
semakin limpah kasih-Nya mengalir dari diri kita.

Bagikan Konten Ini
2 replies
  1. galih
    galih says:

    anak – anak di dunia ini akan menjadi sumber kasih yang murni kelak bila mereka sejak kecil di ajarkan kasih setia dari Tuhan yang di dapatkan oleh orang – orang yang mengasihi mereka dengan sepenuh hati. Gbu us all. Amen

  2. Lio
    Lio says:

    Terima Kasih…. Mengajariku untuk dapat melakukan sesuatu yang sederhana tetapi berguna untuk orang lain. GBU All

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *