Proaktif, Yuk!

Oleh: Bulan Hermanto

Sikap proaktif selalu lebih baik daripada tidak peduli, cuek, atau menyerah pada keadaan. Sebagai umat Tuhan di Indonesia, bagaimana kita bisa bersikap proaktif selama pesta demokrasi di tahun 2014 ini?

pemilu 2014

Langkah yang jelas proaktif pastinya adalah menggunakan hak suara kita dalam Pemilu. Jangan Golput.
“Tapi, untuk apa memilih? Males gue, gak ngerti lagi siapa yang bisa dipercaya! Lebih baik golput.”
Mungkin kamu pernah dengar komentar semacam itu. Mungkin itu mewakili pendapatmu juga.
Jika kondisi politik di negeri ini begitu mengecewakan, mengapa sih kita harus repot-repot memilih?

Well, kalau kita berpikir lebih baik tidak memilih, kita sebenarnya terlalu menyederhanakan masalah. Menjadi golput bukannya tidak memiliki konsekuensi bagi situasi bangsa kita. Seorang peneliti dari Institut Leimena mengingatkan:

“Salah satu noda hitam paling tragis dalam sejarah akibat tingginya Golongan Putih (golput) terjadi di Jerman. Tahun 1920 partai Nazi dibentuk. Awalnya, partai ini hanya mendapatkan 3% suara di Pemilu Legislatif, dan bahkan turun menjadi 2,6 % di Pemilu berikutnya. Tapi tahun 1929 bursa saham Wall Street runtuh, dan tahun 1930 partai kecil ini langsung melejit dan mendapatkan 18,3% suara di Pemilu Legislatif. Jumlah ini menjadi suara terbesar di Parlemen karena banyak rakyat yang golput. Tahun 1933 Hitler terpilih sebagai Kanselir Jerman. Setelah itu kita semua tahu, berkuasanya Hitler merupakan salah satu pemicu utama terjadinya Perang Dunia ke-2.

Dari sejarah kita dapat melihat bahwa partai-partai kecil yang radikal bisa mendapatkan kekuasaan dan mengontrol suara mayoritas akibat golput. Beberapa tahun sebelumnya, hal serupa telah terjadi di Rusia dalam revolusi Bolshevik yang dipimpin Lenin (1917). Lewat ide-idenya yang distruktif, partai-partai kecil ini menguasai dan mengontrol arah negara. Umumnya ada 3 (tiga) penyebab utama kemenangan mereka: krisis ekonomi, pemerintah yang lemah dan inkonsisten dalam menerapkan hukum, dan tingginya tingkat apatisme rakyat untuk memilih dalam Pemilu.”

Memilih dalam Pemilu bukan hanya hak, tetapi juga tanggung jawab kita sebagai warganegara. Kita tidak bisa menghindari tanggungjawab itu dengan menjadikan reputasi buruk partai, para caleg atau capres sebagai alasan. Tidak akan pernah ada pemimpin yang sempurna di dunia ini. Panggilan kita dalam dunia ini bukanlah menunggu dengan pasif datangnya seorang pemimpin yang sempurna, tetapi melakukan bagian kita sebaik-baiknya di tengah kebobrokan dunia. Memilih menjadi “penonton” yang hanya bisa menjelek-jelekkan para caleg dan capres, adalah sebuah sikap yang mencerminkan keangkuhan hati.

Tuhan Yesus sendiri tidak meminta kita memisahkan diri dari kehidupan berbangsa dan bernegara. Dia justru berkata, “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah.” (Matius 22:21). Kita menghormati pemerintahan yang ada, bahkan sekalipun ada banyak orang yang tidak takut akan Allah di dalamnya, karena Allah sendiri telah menetapkan pemerintahan manusia sebagai cara-Nya untuk menjalankan dunia ini.
“Tiap-tiap orang harus takluk kepada pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.” (Roma 13:1)
Dalam negara demokrasi seperti negara kita, salah satu aplikasi praktisnya adalah dengan ikut memilih dalam Pemilu.

Tidak tahu siapa yang harus dipilih? Teknologi informasi kita sudah canggih. Tinggal klik http://dct.kpu.go.id/ dan kita bisa melihat profil calon-calon yang ada sesuai daerah pemilihan kita. Belum terdaftar? Ada kebijakan KPU yang membolehkan kita datang memilih dengan membawa kartu identitas.

Salah memilih bisa saja terjadi. Tetapi mengambil risiko ini jauh lebih baik daripada golput, bersikap tidak peduli terhadap nasib bangsa ini. Bahkan di tengah bangsa penjajah pun, Allah memerintahkan umat-Nya: “Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu.” (Yeremia 29:7). Bayangkan jika semua orang yang hidupnya telah dibarui Kristus, mengambil bagian secara aktif dalam Pemilu. Ikut mencermati rekam jejak para calon dan menggunakan hak pilihnya dengan bijaksana. Kalau perlu, kita ikut mengawasi agar tidak terjadi kecurangan di tempat kita memilih. Minimal, kita tidak membiarkan pihak yang lebih bobrok untuk berkuasa. Ini adalah sikap proaktif yang jauh lebih baik daripada reaktif dengan celaan atau keluhan terhadap situasi yang serba tidak sempurna.

Langkah proaktif lain yang jelas dapat terus-menerus kita lakukan bagi bangsa ini adalah BERDOA, membawa setiap permasalahan negara ini ke hadapan Allah yang berdaulat. Kita bisa bergabung dengan Jaringan Doa Nasional untuk bersama-sama saudara seiman dari seluruh Indonesia mendoakan bangsa ini, secara khusus selama proses Pemilu 2014. Kita yakin bahwa hasil Pemilu bukanlah segalanya. Semangat kita berkarya bagi Tuhan di tengah bangsa ini tidaklah ditentukan oleh menang tidaknya partai atau calon yang kita pilih. Entah hasil Pemilu sesuai harapan kita atau tidak, yang kita rindukan adalah saat di mana pemerintahan Kristus, Sang Raja di atas segala raja, dinyatakan di bumi ini (Filipi 2:10-11). Hingga saat itu tiba, kita dipanggil untuk menyatakan anugerah keselamatan-Nya melalui perkataan dan perbuatan kita, di dalam situasi negeri yang bagaimana pun (2 Timotius 4:2).

Sikap proaktif kita dalam Pemilu merupakan sikap yang menyatakan bahwa kita memercayai Allah yang berdaulat menetapkan orang-orang yang duduk dalam pemerintahan bahkan dalam kondisi paling tidak ideal sekalipun. Kita mengerjakan bagian kita sebagai umat Allah yang ditempatkan-Nya di negeri ini. Sebaliknya, ketika tidak ada keyakinan dan pengharapan dalam hati, mudah saja kita bersikap apatis, merasa tidak ada yang akan berubah entah saya memilih atau tidak, entah saya berdoa atau tidak.

Hanya orang bodoh yang menukar kompleksitas memilih pemimpin bangsa
dengan kemudahan menertawakan kondisi buruk yang ada.

—John Piper—

AYO PROAKTIF JUGA CARI TAHU:
Bagaimana jika belum terdaftar sebagai pemilih?
Ada berapa macam surat suara yang akan kita coblos?
Bagaimana cara mencoblos yang sah?
Daftar Calon Tetap Legislatif 2014
Siapa saja caleg muda yang bisa kita pilih?

Bagikan Konten Ini
1 reply

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *