Dari Suatu Kekacauan
Rabu, 26 Maret 2014
Cerita & Ilustrasi oleh Heri Kurniawan
Baca: Keluaran 8:1-15
8:1 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Pergilah menghadap Firaun dan katakan kepadanya: Beginilah firman TUHAN: Biarkanlah umat-Ku pergi, supaya mereka beribadah kepada-Ku;
8:2 jika engkau menolak membiarkannya pergi, maka Aku akan menulahi seluruh daerahmu dengan katak.
8:3 Katak-katak akan mengeriap dalam sungai Nil, lalu naik dan masuk ke dalam istanamu dan kamar tidurmu, ya sampai ke dalam tempat tidurmu, ke dalam rumah pegawai-pegawaimu, dan rakyatmu, bahkan ke dalam pembakaran rotimu serta ke dalam tempat adonanmu.
8:4 Katak-katak itu akan naik memanjati engkau, memanjati rakyatmu dan segala pegawaimu.”
8:5 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Katakanlah kepada Harun: Ulurkanlah tanganmu dengan tongkatmu ke atas sungai, ke atas selokan dan ke atas kolam, dan buatlah katak-katak bermunculan meliputi tanah Mesir.”
8:6 Lalu Harun mengulurkan tangannya ke atas segala air di Mesir, maka bermunculanlah katak-katak, lalu menutupi tanah Mesir.
8:7 Tetapi para ahli itupun membuat yang demikian juga dengan ilmu-ilmu mantera mereka, sehingga mereka membuat katak-katak bermunculan meliputi tanah Mesir.
8:8 Kemudian Firaun memanggil Musa dan Harun serta berkata: “Berdoalah kepada TUHAN, supaya dijauhkan-Nya katak-katak itu dari padaku dan dari pada rakyatku; maka aku akan membiarkan bangsa itu pergi, supaya mereka mempersembahkan korban kepada TUHAN.”
8:9 Kata Musa kepada Firaun: “Silakanlah tuanku katakan kepadaku, bila aku akan berdoa untukmu, untuk pegawaimu dan rakyatmu, supaya katak-katak itu dilenyapkan dari padamu dan dari rumah-rumahmu, dan hanya tinggal di sungai Nil saja.”
8:10 Katanya: “Besok.” Lalu kata Musa: “Jadilah seperti katamu itu, supaya tuanku mengetahui, bahwa tidak ada yang seperti TUHAN, Allah kami.
8:11 Maka katak-katak itu akan dijauhkan dari padamu, dari rumah-rumahmu, dari pegawai-pegawaimu dan dari rakyatmu; dan hanya akan tinggal di sungai Nil saja.”
8:12 Lalu Musa dan Harun keluar meninggalkan Firaun, dan Musa berseru kepada TUHAN karena katak-katak, yang didatangkan-Nya kepada Firaun.
8:13 Dan TUHAN melakukan seperti yang dikatakan Musa, sehingga katak-katak itu mati lenyap dari rumah, dari halaman dan dari ladang.
8:14 Dikumpulkan oranglah bangkai-bangkainya bertumpuk-tumpuk, sehingga tanah itu berbau busuk.
8:15 Tetapi ketika Firaun melihat, bahwa telah terasa kelegaan, ia tetap berkeras hati, dan tidak mau mendengarkan mereka keduanya–seperti yang telah difirmankan TUHAN.
Janganlah mereka memfitnah, . . . hendaklah mereka selalu ramah dan bersikap lemah lembut terhadap semua orang. —Titus 3:2
Semua yang saya amati membuat saya meyakini kebenaran ini: Keteraturan sesungguhnya tidak alami. Kalau saya mengingat ruang kerja saya sendiri, saya terheran-heran betapa cepatnya ruangan itu berubah menjadi berantakan dan betapa lamanya waktu yang saya butuhkan untuk merapikan semuanya kembali. Keteraturan perlu diusahakan dan tidak terjadi dengan sendirinya.
Seharusnya saya tidak perlu heran. Peran Allah dalam menciptakan keteraturan dari suatu kekacauan adalah tema yang sangat menonjol dalam Alkitab. Dia melakukannya ketika membentuk bangsa Israel (Kel. 7-14). Pada saat Allah berfirman bahwa telah tiba saatnya orang Ibrani untuk keluar dari Mesir, Firaun tidak menyetujuinya. Gerak perekonomian negaranya bergantung pada para budak Ibrani itu sehingga Firaun tidak mau kehilangan mereka. Untuk mengubah keputusan Firaun, Allah mengirim 10 tulah untuk meyakinkannya. Para ahli sihir Firaun sanggup meniru dua tulah pertama, tetapi mereka tidak sanggup menghentikan satu pun dari tulah-tulah tersebut. Mereka bisa menyebabkan kekacauan, tetapi mereka tidak bisa memulihkan keteraturan. Hanya Allah yang sanggup melakukannya.
Kita bisa berusaha membawa keteraturan di tempat tinggal atau ruang kerja kita, tetapi tidak seorang pun bisa menciptakan keteraturan dari kekacauan emosi dan rohani dalam hidup ini. Hanya Allah yang dapat melakukannya. Dia akan memulihkan keteraturan dari keadaan-keadaan kacau yang telah terjadi ketika kita hidup menurut kehendak Allah—menjauhi fitnah dan pertengkaran, selalu ramah, dan bersikap lemah lembut terhadap semua orang (Tit. 3:2). —JAL
Bapa, dalam dunia dan hidup kami, ada banyak kekacauan dan
kebingungan. Kami membutuhkan-Mu untuk memulihkan jiwa kami.
Tolong kami untuk hidup seperti yang Kau kehendaki—
yaitu dengan mengasihi sesama.
Ketika kita menaruh perkara kita dalam tangan Allah, Dia menaruh damai sejahtera-Nya dalam hati kita.
hhhaa kocak… sambil belajar firman Tuhan, Sambil terhibur