Sebelum Dan Setelah
Kamis, 6 Februari 2014
Baca: Mazmur 55:1-9, 17-18
55:1 Untuk pemimpin biduan. Dengan permainan kecapi. Nyanyian pengajaran Daud.
55:2 Berilah telinga, ya Allah, kepada doaku, janganlah bersembunyi terhadap permohonanku!
55:3 Perhatikanlah aku dan jawablah aku! Aku mengembara dan menangis karena cemas,
55:4 karena teriakan musuh, karena aniaya orang fasik; sebab mereka menimpakan kemalangan kepadaku, dan dengan geramnya mereka memusuhi aku.
55:5 Hatiku gelisah, kengerian maut telah menimpa aku.
55:6 Aku dirundung takut dan gentar, perasaan seram meliputi aku.
55:7 Pikirku: “Sekiranya aku diberi sayap seperti merpati, aku akan terbang dan mencari tempat yang tenang,
55:8 bahkan aku akan lari jauh-jauh dan bermalam di padang gurun. Sela
55:9 Aku akan segera mencari tempat perlindungan terhadap angin ribut dan badai.”
55:17 Tetapi aku berseru kepada Allah, dan TUHAN akan menyelamatkan aku.
55:18 –Di waktu petang, pagi dan tengah hari aku cemas dan menangis; dan Ia mendengar suaraku.
Berilah telinga, ya Allah, kepada doaku . . . Hatiku gelisah, kengerian maut telah menimpa aku. —Mazmur 55:2,5
Adakah perubahan pada iman seseorang setelah pencobaan berat menimpa? Saya memikirkan hal ini ketika membaca kisah tragis tentang seorang ayah di Jamaika yang tanpa sengaja menembak dan membunuh putrinya yang berusia 18 tahun saat berusaha melindungi keluarganya dari para penjahat.
Siaran berita melaporkan bahwa sang ayah pergi ke gereja (seperti yang biasa dilakukannya) pada keesokan harinya—masih dalam keadaan terguncang, tetapi tetap mencari pertolongan Allah. Iman kepada Allah telah menuntun langkahnya sebelum peristiwa itu, dan ia tahu bahwa Allah akan menopangnya setelah kejadian tersebut.
Saya memikirkan hal ini dan kaitannya dengan hidup saya sendiri—kami sama-sama pernah kehilangan seorang remaja putri. Untuk menilik bagaimana saya memandang soal hidup dan iman sebelum kematian Melissa, saya menelusuri arsip dalam komputer saya dan membaca artikel terakhir yang saya tulis sebelum kami kehilangan Melissa pada bulan Juni 2002. Apakah yang saya katakan saat itu sesuai dengan yang saya ketahui sekarang? Apakah pencobaan berat mengubah pandangan saya tentang iman kepada Allah? Pada Mei 2002, saya menulis: “Daud tidak takut bersikap terus terang kepada Allah dan mencurahkan isi hatinya kepada-Nya. . . . Kita tidak perlu takut mencurahkan isi hati kita kepada Allah.”
Sebelum mengalami masa-masa sulit, saya datang kepada Allah dan Dia mendengarkan saya. Setelah masa-masa sulit itu, saya mendapati Allah masih mendengarkan, menghibur, dan menopang saya. Jadi saya terus berdoa dalam iman. Iman kita tetap utuh dan diperkuat karena Dia tetap Allah, sebelum dan setelah semua itu terjadi. —JDB
Allah masih duduk di takhta-Nya,
Dia tak pernah tinggalkan umat-Nya;
Janji-Nya benar, Dia takkan lupakanmu,
Allah masih duduk di takhta-Nya. —Suffield
Pengertian tentang Allah menguatkan kita untuk percaya kepada-Nya dalam segala hal yang tak kita mengerti.
Bapa selalu ada dihati, IA sumber Sukacita dan Damai Sejahtera. Tidak perlu mencari jauh-jauh ketenangan karena sesungguhnya IA ada dalam hati kita. Tutup mata dan rasakan anugerah yang IA berikan, karena IA punya rencana indah dalam hidup kita sebelum kembali ke Sorga.
#Tuhanlah Gembala ku
Amin
Terima kasih Yesus, buat kasihMu yang selalu menyertai kami, ketika kami dalam kesulitan
Dia selalu sama dahulu dan sekarang hingga selama-lamanya.
sunggug luarbiasa kasih-Nya
Tuhan terlalu baik. Kasih setianya kekal selamanya…