Kuasa Kasih

Rabu, 26 Februari 2014

Kuasa Kasih

Baca: 1 Yohanes 4:7-10

4:7 Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah.

4:8 Barangsiapa tidak mengasihi, ia tidak mengenal Allah, sebab Allah adalah kasih.

4:9 Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya.

4:10 Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.

Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. —1 Yohanes 4:10

Kuasa Kasih

Buku-buku tentang topik kepemimpinan sering masuk dalam daftar buku terlaris. Kebanyakan dari buku-buku itu mengajarkan bagaimana menjadi seorang pemimpin yang tangguh dan berhasil. Namun buku berjudul In the Name of Jesus: Reflections on Christian Leadership (Dalam Nama Yesus: Refleksi Tentang Kepemimpinan Kristen) dituliskan oleh Henri Nouwen dari suatu sudut pandang yang berbeda. Mantan pengajar universitas yang pernah bertahun-tahun melayani sebuah komunitas bagi orang dewasa dengan keterlambatan pertumbuhan mental ini menulis: “Pertanyaannya bukanlah: Berapa banyak orang yang memperhatikan Anda? Berapa banyak yang akan Anda capai? Adakah hasil yang Anda raih? Melainkan ini: Apakah Anda mengasihi Yesus? . . . Dalam dunia yang penuh dengan orang yang kesepian dan putus asa ini, alangkah dibutuhkannya para pria dan wanita yang mengenal isi hati Allah, suatu hati yang mengampuni, yang peduli, yang rela menjangkau, dan rindu membawa kesembuhan.”

Yohanes menulis, “Dalam hal inilah kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya. Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita” (1Yoh. 4:9-10).

“Pemimpin Kristen masa depan,” tulis Nouwen, “adalah seseorang yang benar-benar mengenal isi hati Allah sebagaimana telah diwujudnyatakan . . . dalam Yesus.” Di dalam Dia, kita menemukan dan mengalami kasih Allah yang tak bersyarat dan tak terbatas. —DCM

Bapa, kami mohon tunjukkanlah keajaiban kasih-Mu kepada
orang lain hari ini melalui diriku agar mereka menyadari
bahwa mereka tidak perlu menjalani kehidupan ini seorang diri.
Kiranya hatiku sendiri mengalami dan menunjukkan perhatian-Mu.

Kasih Allah dalam hati kita mendorong kita untuk memiliki hati yang peduli kepada orang lain.

Bagikan Konten Ini
3 replies
  1. Renega Simorangkir
    Renega Simorangkir says:

    Orang [Pemimpin] yang berhasil bukan hanya harus memiliki kepintaran tingkat tinggi. Tetapi juga mampu mengendalikan dirinya (IQ + EQ) /= takut akan Tuhan.

    Mazmur 1 : 1-3 Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.

    Tuhan.. ajar aku mengenal Mu
    tau isi hati Mu
    punya hati dan pribadi seperti Engkau
    Murni dan penuh Kasih ..
    hingga aku boleh menjadi Pemimpin yang Engkau inginkan.

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *