Hati Yang Tertuduh
Rabu, 5 Februari 2014
Baca: 1 Yohanes 3:16-24
3:16 Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita.
3:17 Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?
3:18 Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.
3:19 Demikianlah kita ketahui, bahwa kita berasal dari kebenaran. Demikian pula kita boleh menenangkan hati kita di hadapan Allah,
3:20 sebab jika kita dituduh olehnya, Allah adalah lebih besar dari pada hati kita serta mengetahui segala sesuatu.
3:21 Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah,
3:22 dan apa saja yang kita minta, kita memperolehnya dari pada-Nya, karena kita menuruti segala perintah-Nya dan berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.
3:23 Dan inilah perintah-Nya itu: supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus, Anak-Nya, dan supaya kita saling mengasihi sesuai dengan perintah yang diberikan Kristus kepada kita.
3:24 Barangsiapa menuruti segala perintah-Nya, ia diam di dalam Allah dan Allah di dalam dia. Dan demikianlah kita ketahui, bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita.
Sebab jika kita dituduh oleh [hati kita], Allah adalah lebih besar daripada hati kita serta mengetahui segala sesuatu. —1 Yohanes 3:20
Baru-baru ini saya membaca tentang seorang detektif swasta di AS yang biasa mengetuk pintu, menunjukkan lencananya, lalu berkata, “Saya rasa kami tak perlu memberitahukan alasan kami datang kemari.” Sering kali, tuan rumahnya akan tertegun dan berkata, “Bagaimana Anda bisa tahu?” untuk kemudian menjelaskan tentang suatu tindak kriminal di masa silam yang belum pernah terungkap. Dalam tulisannya di majalah Smithsonian, Ron Rosenbaum menyebut reaksi itu sebagai “terkuaknya kesadaran nurani, monolog batin dari hati yang tertuduh.”
Kita semua mengetahui hal-hal tentang diri sendiri yang tidak diketahui oleh siapa pun—segala kegagalan, pelanggaran, dosa kita. Meskipun kita sudah mengakuinya di hadapan Allah dan diampuni-Nya, semuanya itu dapat muncul kembali dan menuduh hati kita dengan bertubi-tubi. Yohanes, salah seorang murid terdekat Yesus, menulis tentang kasih Allah bagi kita dan panggilan untuk mengikuti perintah-Nya: “Demikianlah kita ketahui, bahwa kita berasal dari kebenaran. Demikian pula kita boleh menenangkan hati kita di hadapan Allah, sebab jika kita dituduh olehnya, Allah adalah lebih besar dari pada hati kita serta mengetahui segala sesuatu” (1Yoh. 3:19-20).
Keyakinan kita kepada Allah bertumbuh dari kasih dan pengampunan yang diberikan-Nya dalam Kristus, bukan dari hasil perbuatan kita dalam hidup ini. “Demikianlah kita ketahui, bahwa Allah ada di dalam kita, yaitu Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita” (ay.24).
Allah yang mengetahui segala sesuatu tentang diri kita itu jauh lebih besar daripada segala tuduhan yang menyerang hati kita. —DCM
Di dalam Yesus Penebus,
Hukuman dosa hilanglah;
Kudapat hidup yang kudus,
Jubahku kebenaran-Nya. —Wesley
(Kidung Jemaat, No. 31b)
Orang yang menerima Kristus tidak akan pernah menerima hukuman Allah.
jangan biarkan hati ini selalu menghakimi diri sendiri atas semua kesalahan masa lampau. karna Yesus jauh lebih besar dan pemilik hati ini telah memaafkan. mari kita menangkan hati ini bersama Yesus.
“segala kegagalan, pelanggaran, dosa kita. Meskipun kita sudah mengakuinya di hadapan Allah dan diampuni-Nya, semuanya itu dapat muncul kembali dan menuduh hati kita dengan bertubi-tubi.” pernyataan ini benar ! Saya sering mengalami hal seperti itu. Jadi kalau saya merasa dituduh lagi oleh hati, dengan jujur saya ungkapkan lagi kegelisahan saya kepada Tuhan, memohon pengampunan, dan mengucapkan terimakasih untuk Pengampunan yang sudah berlaku.
Saya pernah membaca buku “Temperamen Anda Dapat Diubah” oleh Tim LaHaye terjemahan dari “Spirit Controlled Temperament” Penulis berbagi : Seorang laki-laki meminta nasihat kepada saya, lalu saya menanyakan ” Sudahkah saudara mengakui dosa-dosa itu kepada Kristus ?” jawabnya “Lebih dari seribu kali”. Lalu saya mengatakan pengakuannya itu terlalu banyak. Seharusnya ia cukup mengakuinya sekali dan mengucap syukur 999 kali, karena Allah telah mengampuni dosanya yang besar itu..
Dan terimakasih untuk warungsateku sehingga penguatan saya bertambah bahwasanya “Allah lebih besar dari hati saya, hati kita” … “dan jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah.”