Allah Mendengar

Sabtu, 1 Februari 2014

Allah Mendengar

Baca: 1 Samuel 1:9-20

1:9 Pada suatu kali, setelah mereka habis makan dan minum di Silo, berdirilah Hana, sedang imam Eli duduk di kursi dekat tiang pintu bait suci TUHAN,

1:10 dan dengan hati pedih ia berdoa kepada TUHAN sambil menangis tersedu-sedu.

1:11 Kemudian bernazarlah ia, katanya: “TUHAN semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada TUHAN untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya.”

1:12 Ketika perempuan itu terus-menerus berdoa di hadapan TUHAN, maka Eli mengamat-amati mulut perempuan itu;

1:13 dan karena Hana berkata-kata dalam hatinya dan hanya bibirnya saja bergerak-gerak, tetapi suaranya tidak kedengaran, maka Eli menyangka perempuan itu mabuk.

1:14 Lalu kata Eli kepadanya: “Berapa lama lagi engkau berlaku sebagai orang mabuk? Lepaskanlah dirimu dari pada mabukmu.”

1:15 Tetapi Hana menjawab: “Bukan, tuanku, aku seorang perempuan yang sangat bersusah hati; anggur ataupun minuman yang memabukkan tidak kuminum, melainkan aku mencurahkan isi hatiku di hadapan TUHAN.

1:16 Janganlah anggap hambamu ini seorang perempuan dursila; sebab karena besarnya cemas dan sakit hati aku berbicara demikian lama.”

1:17 Jawab Eli: “Pergilah dengan selamat, dan Allah Israel akan memberikan kepadamu apa yang engkau minta dari pada-Nya.”

1:18 Sesudah itu berkatalah perempuan itu: “Biarlah hambamu ini mendapat belas kasihan dari padamu.” Lalu keluarlah perempuan itu, ia mau makan dan mukanya tidak muram lagi.

1:19 Keesokan harinya bangunlah mereka itu pagi-pagi, lalu sujud menyembah di hadapan TUHAN; kemudian pulanglah mereka ke rumahnya di Rama. Ketika Elkana bersetubuh dengan Hana, isterinya, TUHAN ingat kepadanya.

1:20 Maka setahun kemudian mengandunglah Hana dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ia menamai anak itu Samuel, sebab katanya: “Aku telah memintanya dari pada TUHAN.”

Karena Hana berkata-kata dalam hatinya . . . suaranya tidak kedengaran. —1 Samuel 1:13

Allah Mendengar

Setelah membaca beberapa buku anak-anak bersama putri saya, saya mengatakan kepadanya bahwa saya akan membaca buku untuk orang dewasa selama beberapa waktu, baru kemudian kami akan membaca bersama buku anak-anak lagi. Saya membuka-buka buku yang ingin saya baca dan mulai membacanya dalam hati. Beberapa menit kemudian, putri saya menatap saya dengan tatapan ragu dan berkata, “Mama tidak benar-benar membaca.” Dalam anggapannya, karena saya membaca tanpa mengeluarkan suara, saya tidak sungguh-sungguh mencerna kata-kata dalam buku itu.

Seperti membaca, doa juga bisa dilakukan tanpa mengeluarkan suara. Hana, yang rindu mempunyai anak, mengunjungi bait Allah dan “berkata-kata dalam hatinya” ketika berdoa. Bibirnya bergerak-gerak, tetapi “suaranya tidak kedengaran” (1Sam. 1:13). Imam Eli melihat semua itu tetapi salah memahami apa yang sedang terjadi. Hana menjelaskan, “Aku mencurahkan isi hatiku di hadapan TUHAN” (ay.15). Allah mendengar permohonan doa tanpa suara yang dipanjatkan Hana dan memberinya seorang putra (ay.20).

Karena Allah menyelidiki hati dan pikiran kita (Yer. 17:10), Dia melihat dan mendengar setiap doa—bahkan doa-doa yang tidak terucapkan oleh bibir kita. Sifat-Nya yang Mahatahu memungkinkan kita untuk berdoa dengan penuh keyakinan bahwa Dia akan mendengar dan menjawab doa-doa kita (Mat. 6:8,32). Oleh karena itulah, kita dapat terus memuji Allah, memohon pertolongan-Nya, dan berterima kasih kepada-Nya atas segala berkat-Nya—bahkan ketika orang lain tidak dapat mendengar doa kita. —JBS

Indahnya saat yang teduh
Menghadap takhta Bapaku:
Kunaikkan doa pada-Nya,
Sehingga hatiku lega. —Walford
(Kidung Jemaat, No. 454)

Allah memenuhi hati kita dengan damai sejahtera ketika kita mencurahkan isi hati kita kepada-Nya.

Bagikan Konten Ini
4 replies
  1. eva
    eva says:

    TUHAN akan selalu mendengarkan doa orang yang hidup benar dan taat kepadaNya, yang hidup hanya karena percaya dan mengimani setiap janji-janjiNya

  2. sardo jefri
    sardo jefri says:

    semoga menjadi sapaan bagi kita untu selalu mencurahkan semua isi hati kita pada Yesus, bukan pada jejaring sosial 🙂

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *