Makanan Di Lemari

Rabu, 15 Januari 2014

Makanan Di Lemari

Baca: Matius 6:25-34

6:25 “Karena itu Aku berkata kepadamu: Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian?

6:26 Pandanglah burung-burung di langit, yang tidak menabur dan tidak menuai dan tidak mengumpulkan bekal dalam lumbung, namun diberi makan oleh Bapamu yang di sorga. Bukankah kamu jauh melebihi burung-burung itu?

6:27 Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?

6:28 Dan mengapa kamu kuatir akan pakaian? Perhatikanlah bunga bakung di ladang, yang tumbuh tanpa bekerja dan tanpa memintal,

6:29 namun Aku berkata kepadamu: Salomo dalam segala kemegahannyapun tidak berpakaian seindah salah satu dari bunga itu.

6:30 Jadi jika demikian Allah mendandani rumput di ladang, yang hari ini ada dan besok dibuang ke dalam api, tidakkah Ia akan terlebih lagi mendandani kamu, hai orang yang kurang percaya?

6:31 Sebab itu janganlah kamu kuatir dan berkata: Apakah yang akan kami makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami pakai?

6:32 Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu.

6:33 Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.

6:34 Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.”

Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan . . . apa yang hendak kamu pakai. —Matius 6:25

Makanan Di Lemari

Marcia adalah seorang sahabat saya yang menjadi direktur dari Sekolah Luar Biasa Kristen di Jamaika bagi kaum tuna rungu. Baru-baru ini tulisannya memberikan wawasan penting tentang sudut pandang. Dalam sebuah artikel yang diberinya judul “Suatu Awal yang Indah”, ia menyebutkan bahwa untuk pertama kalinya dalam 7 tahun sekolah itu memulai tahun ajaran baru dengan suatu surplus. Apa yang menjadi surplusnya? Apakah tabungan seribu dolar di bank? Bukan. Persediaan perlengkapan sekolah yang cukup untuk setahun? Bukan. Hanya ini: Persediaan makanan di lemari yang cukup untuk sebulan.

Hal itu sungguh luar biasa, mengingat tanggung jawabnya untuk memberi makan 30 anak yang lapar dengan anggaran terbatas! Marcia mencantumkan dalam tulisannya ayat 1 Tawarikh 16:34: “Bersyukurlah kepada TUHAN, sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya.”

Tahun demi tahun Marcia mempercayai Allah untuk terus memelihara anak-anak dan para pekerja di sekolahnya. Ia tidak pernah memiliki banyak hal—entah itu air atau makanan atau perlengkapan sekolah. Akan tetapi ia selalu bersyukur atas semua yang Allah berikan, dan ia tetap setia untuk mempercayai bahwa Allah akan selalu memelihara mereka.

Ketika kita memulai tahun yang baru ini, apakah kita masih mempercayai pemeliharaan Allah? Mempercayai pemeliharaan Allah berarti mempercayai ucapan Yesus, Sang Juruselamat, yang berkata, “Janganlah kuatir akan hidupmu . . . janganlah kamu kuatir akan hari besok” (Mat. 6:25,34). —JDB

Oh tiada ‘ku gelisah
Akan masa menjelang;
‘Ku berjalan serta Yesus,
Maka hatiku tenang. —Stanphill
(Pelengkap Kidung Jemaat, No. 241)

Kekhawatiran takkan menghapus kesedihan di hari esok; tetapi merampas daya hidup hari ini. —Corrie ten Boom

Bagikan Konten Ini
1 reply

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *