Tanpa-Mu, Siapakah Aku?

Oleh Yemima Aprilia

Kupandangi lima kuntum mawar mungil. Cantik, berwarna pink. Aku suka sekali mawar. Itu sebabnya, aku baru saja membeli tanaman mawar di sebuah pot kecil. Pikirku, tentu menyenangkan bisa menikmati keindahan bunga itu setiap hari. Mawar segar akan menghiasi sudut jendela rumahku.

Sebulan kemudian, hatiku sedih. Kelima mawar itu tak lagi berwarna pink. Daun yang rontok membuat tanaman itu terlihat mengerikan. Aku menyesal, karena aku merasa tak pandai merawat tanaman.

Sesuatu terbersit di pikiranku saat hendak membuang tanaman layu itu. Aku membandingkan tanaman itu dengan manusia. Manusia manakah yang tak akan layu? Tak ada manusia yang bisa selamanya muda dan segar secara fisik. Semua pasti akan tua. Masa hidup manusia demikian singkat. Tak ada yang tahu dengan pasti, lamanya ia hidup di dunia.

“Adapun manusia, hari-harinya seperti rumput, seperti bunga di padang demikianlah ia berbunga.” (Mzm 103:15).

Tanpa pemelihara, bunga tak dapat bertahan untuk terus memancarkan keindahannya. Manusia, dengan pola makanan sehat, olahraga yang teratur, dan istirahat yang cukup, dapat menikmati kesehatan jasmani. Namun, apakah itu cukup? Manusia sering juga mengejar kecantikan — dari kosmetik bahkan operasi plastik.

Tanpa Tuhan yang memelihara, manusia tak dapat memancarkan kemuliaan-Nya. Apakah yang kita miliki yang tidak kita terima dari Tuhan? Semuanya berasal dari Tuhan. Kalau kita dapat belajar, bekerja, melayani Tuhan; itu semua adalah anugerah-Nya. Tak ada yang dapat dibanggakan selain Tuhan yang melimpahkan anugerah dalam hidup kita.

“Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!” (Roma 11:36).

Aku sangat bersyukur berada di tangan-Nya yang handal. Bukan seperti aku yang tak mengerti merawat bunga dan hanya sekedar ingin menikmati keindahannya, Allah mengerti diriku melebihi siapa pun. Bahkan, Ia terus memelihara hidupku, karena aku milik-Nya. Biarlah Tuhan tersenyum menikmati keindahan manusia ciptaan-Nya, terutama setiap orang yang telah ditebus dengan darah Kristus menjadi milik-Nya.

Lirik lagu “Who am I” dari grup Casting Crowns terngiang di telingaku, menguatkanku akan kasih-Nya yang tak berkesudahan. Marilah kita mengucap syukur akan kasih dan pemeliharaan Tuhan serta mempersembahkan hidup kita bagi kemuliaan nama-Nya.

I am a flower quickly fading
Here today and gone tomorrow
A wave tossed in the ocean
A vapor in the wind
Still You hear me when I’m calling
Lord You catch me when I’m falling
And You told me who I am
I am Yours, I am Yours

Bagikan Konten Ini
3 replies
  1. Lin
    Lin says:

    Ajar kami Tuhan untuk menjaga Ciptaan-Mu di dunia ini,,,sebab kami sadar kami sungguh indah dan Berharga di Mata-Mu dan ajarlah kami untuk saling mengasihi antar sesama-Mu….^_^GBU all

  2. Galih
    Galih says:

    Tanpa kasih Tuhan , kita tidak akan bisa selamat dari dunia ini, Tuhan akan selalu menyertai kita dimanapaun kita berada,kapan pun ,pada saat kita sedih,susah,bahagia, God never leave us alone.Gb us all.

  3. Evadini
    Evadini says:

    Semoga aku selalu ingat untuk berterimakasih kepada Tuhan.. semoga aku lebih melayaninya dan menyerahkan hidupku kedalam tanganNya saja. Aku percaya Tuhan menyayangi semua ciptaanNya, mengampuni dosa kita, memahami segala kekurangan kita. Rencana Tuhan selalu yang terbaik, bahkan lebih baik dari rencana kita sendiri. Tuhan tau yang kita butuhkan, ini lebih penting dari sekedar yang kita inginkan saja. 🙂

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *