Berartikah Kita Bagi Allah?
Sabtu, 1 Desember 2012
Baca: Yesaya 49:8-18
“Pada waktu Aku berkenan, Aku akan menjawab engkau, dan pada hari Aku menyelamatkan, Aku akan menolong engkau.” —Yesaya 49:8
Pemazmur menulis, “Jika aku melihat langit-Mu, . . . apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya?” (Mzm. 8:4-5). Kitab Perjanjian Lama banyak membahas pertanyaan ini. Ketika menderita sebagai budak di Mesir, bangsa Israel seakan tidak percaya pada kepastian yang diberikan Musa bahwa Allah telah mengindahkan mereka. Penulis kitab Pengkhotbah bahkan mengungkapkan pertanyaan tersebut dengan nada yang lebih sinis: Apakah ada yang berarti?
Saya juga mengalami keraguan yang sama ketika menerima undangan untuk membawakan suatu seminar dengan tema: “Aku telah melukiskan engkau di telapak tangan-Ku” (Yes. 49:16).
Allah mengemukakan pernyataan yang menggugah ini kepada bangsa Israel yang sedang mengalami penderitaan terberat di dalam sejarah bangsa mereka, ketika Nabi Yesaya bernubuat bahwa mereka akan menjadi tawanan di Babel. Mendengar hal ini, mereka mulai meratap, “Tuhan telah meninggalkan aku dan . . . telah melupakan aku” (Yes. 49:14). Terhadap ratapan ini, Allah memberikan serangkaian janji di dalam Kidung Sang Hamba (Yes. 42-53), dimana di dalamnya Dia telah merancang pengharapan bagi pembebasan mereka dari cengkeraman musuh. Dia menjanjikan seorang Hamba yang akan datang sebagai manusia dan mengorbankan nyawa-Nya bagi dunia.
Berartikah kita bagi Allah? Natal menjadi peringatan akan jawaban Allah atas pertanyaan itu: “Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel” (Yes. 7:14). —PDY
Kasih membawa-Nya turun dari takhta mulia,
Kasih membuat-Nya datang dari surga;
Kasih di dalam hati-Nya bagi para pendosa
Membawa-Nya pada sengsara dan hilangnya nyawa. —NN.
Kedatangan Yesus ke dunia adalah bukti kepedulian Allah yang final dan tak terbantahkan. —Barclay
Kasih ALLAH yang terbesar diberikan kepada kita,
terbukti dengan datangnya TUHAN YESUS KRISTUS ke dunia ini untuk menyelamatkan kita dari jurang maut dosa.
Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!(Filipi 4:4)
Hidup saat ini yang sedang kita jalani sama seperti orang Isrel dahulu banyak rintangan dan hambatan,juga tantangan yang harus dilalui melalui perjuangan imannya tanpa putus asa bahkan banyak yang putus harapan dan marah sama dirinya sendiri dan Tuhannya karena kedangkalan pikiran dan juga kedegilan hatinya.
Thanks Lord
Tuhan itu sangat baik,karena Dia begitu peduli dengan kita takkan Dia membiarkan kita jatuh sampai tergeletak