Kesatuan Dalam Komunitas
Oleh Patrick Fuad
Baca: 1 Korintus 12:12-27
Pada waktu kecil saya suka sekali bermain puzzle. Ketika berusia tujuh tahun, sahabat mama saya memberikan hadiah ulang tahun berupa puzzle. Saya sangat antusias ingin cepat-cepat memasang puzzle tersebut. Akhirnya saya bisa menyusun potongan-potongan puzzle tersebut sampai kepada potongan yang terakhir. Ketika saya melihat puzzle yang sudah tersusun rapih, saya merasa bahagia, kagum, dan bangga karena melihat potongan-potongan berbeda itu sudah tersusun rapi dan membentuk sebuah gambar yang indah.
Tidak ada yang mengesankan dengan puzzle ketika potongan-potongan itu tercerai-berai. Namun, puzzle menjadi sesuatu yang indah ketika potongan-potongan disusun dan membentuk sebuah gambar. Begitu pula kita di dalam sebuah komunitas–mau itu dalam komunitas gereja atau komunitas pemuda. Setiap individu bagaikan potongan-potongan puzzle, yang jika tercerai-berai tidak dapat membentuk sebuah gambar yang indah.
Saudara, kesatuan dalam sebuah komunitas merupakan hal yang Tuhan inginkan. Tentu, dalam sebuah komunitas tidak mudah untuk menciptakan sebuah kesatuan. Mungkin sulitnya menciptakan kesatuan ini karena adanya penghambat-penghambat. Ada dua hal yang menjadi penghambat terjadinya kesatuan dalam sebuah komunitas.
1. Menjadi terlalu bangga terhadap diri sendiri
Dalam sebuah komunitas, godaan untuk menjadi populer sangat besar, ketika kita yang diberikan Tuhan karunia-karunia yang “lebih”, mungkin ingin menunjukkan bahwa diri kita “hebat”. Kita ingin banyak “tampil di depan layar”. Kita bangga dengan kemampuan kita. Itu adalah sesuatu yang harus diwaspadai oleh setiap orang yang berada dalam sebuah komunitas.
2. Merasa tidak berguna dalam sebuah komunitas
Hal kedua adalah merasa diri tidak berguna. Kita merasa diri kita banyak kekurangan. Kita suka membanding-bandingkan diri kita dengan teman-teman. Hal ini membuat kita minder, memiliki banyak ketakutan, dan pada akhirnya kita menarik diri dari komunitas. Kita mempunyai pikiran bahwa orang-orang dalam komunitas tidak mau menerima diri kita.
Kita adalah anak-anak Tuhan. Setiap dari kita pasti diberi karunia oleh Tuhan dan karunia yang Tuhan beri harus digunakan untuk memuliakan Tuhan. Dan ketika kita di dalam sebuah komunitas, kita harus menyadari panggilan untuk bersatu demi kerajaan dan pekerjaan Allah yang mulia. Sehingga seperti potongan-potongan puzzle, kita dapat menjadi suatu gambar pancaran kasih Tuhan.
Soli Deo Gloria.
Bagikan Komentar Kamu