Hari Penuh Kegalauan

Oleh Megan Low, Australia

Pagi ini, aku bangun dengan perasaan gelisah dan tak bersemangat. Benar-benar kacau. Yang kupikirkan cuma ketidakmampuanku. Aku tidak tahu bagaimana caranya memberitakan Injil dengan mulut bibirku. Aku tidak pandai menggambar, tidak bisa baca not balok. Aku hanya bisa main drum. Tetapi, siapa sih yang main drum sendirian? Siapa yang mau mendengar musik yang isinya cuma dentuman drum? Tidak ada yang menciptakan musik yang dimainkan oleh drum saja. Lagipula, aku diberitahu kalau karya tulisku tidak memenuhi standar yang diharapkan—padahal aku selalu merasa aku sudah menulis dengan baik. Aku merasa begitu tidak berguna.

Namun aku tahu, di dalam setiap situasi kita dihadapkan pada dua pilihan. Kita bisa memilih untuk melawan Allah dengan jalan mempertanyakan kehendak-Nya dalam keadaan itu, atau sebaliknya, kita bisa percaya bahwa Dia tahu apa yang terbaik untuk kita dan akan memakai keadaan itu untuk membentuk kita semakin serupa dengan-Nya. Sebagian orang menjadi semakin dekat dengan Allah melalui ujian yang dihadapi mereka, dan aku salah satunya. Ketika aku menyadari bahwa aku tidak bisa mengandalkan kekuatanku sebagai manusia, pada saat itulah aku sadar aku harus mengandalkan kekuatan Allah.

Setelah itu aku naik ke kereta untuk berangkat kerja. Saking penuhnya kereta itu, rasanya aku sedang ada dalam sebuah kaleng. Perasaanku tidak membaik saat aku di tempat kerja. Aku merasa seperti sebuah robot yang diprogram cuma untuk menghasilkan apa saja yang diharapkan dari diriku. Tidak ada yang peduli apa yang terjadi padaku atau apa yang sedang kupikirkan. Atasanku hanya mau aku melakukan apa yang mereka perintahkan.

Pergumulan ini bukanlah yang pertama. Kegalauan diam-diam menyelinap di hari yang buruk seperti hari ini dan menguasaiku pada saat aku sedang terpuruk. Aku mau dikenal atas apa yang bisa kuberikan, bukan atas apa yang tidak mampu kulakukan. Aku mau meyakini kalau aku ini benar-benar hidup, dan hidupku berarti buat seseorang. Aku mau dicintai, didengarkan dan dianggap sebagai orang yang mampu memberi pengaruh. Aku mau meyakini kalau ada orang yang peduli padaku, dan aku pun berarti buat seseorang. Aku mau meyakini kalau aku benar-benar bisa memberi dampak positif walaupun aku penuh kegagalan dan kelemahan. Aku mau meyakini kalau Allah mau memakai diriku.

Menurut standar dunia ini, jika kita gagal mengerjakan sesuatu, terutama gagal dalam bidang yang kita gemari, maka kita ini pecundang. Tetapi aku tahu lebih dari itu. Hidup bagi kita berarti membangun hubungan kita dengan Allah yang mengasihi kita. Kasih-Nya itu tidak tergantung pada apa yang bisa atau tidak bisa kita lakukan. Yang terindah dari semuanya, kasih Allah itu tidak pernah berubah.

Grup musik Casting Crowns menulis sebuah lagu berjudul “Praise You in This Storm” yang diilhami dari Mazmur 121:1-2, “Aku melayangkan mataku ke gunung-gunung; dari manakah akan datang pertolonganku? Pertolonganku ialah dari TUHAN, yang menjadikan langit dan bumi.” Benar, di tengah kegalauan hati, aku masih bisa memuji Allah karena Dialah pertolonganku. Dalam kasih-Nya yang tak berkesudahan, aku mendapat kekuatan baru untuk menghadapi hari demi hari.

Bagikan Konten Ini
13 replies
  1. melyanasiahaan
    melyanasiahaan says:

    Puji Tuhan, gue bisa nemu renungan ini. Emang udah rencana Tuhan yah gue bisa dapet saat teduh kaya gini. Gue juga punya pergumulan yang sama. Keadaan di semester2 tua kaya yg gue jalani skrg, bikin gue pribadi galau ga menentu. skripsi, kerjaan, pelayanan sekolah minggu, pertemanan, percintaan, keluarga tuh rasanya naik turun. Kadang semangat, kadang down. Pas hati lagi ga mood rasanya gue pengen marah2 sama Tuhan,kenapa sih kaya gini. Kenapa gue ga kaya dia yang bisa ngerjain ini itu. Tapi ternyata berkat Tuhan dtg disaat yang ga gue sadari, walau gue marah2, males ‘curhat’ tapi Tuhan masih ngebimbing gue, salah satunya dengan mengarahkan tangan gue untuk ngklik web ini. Thanks for sharing, guys! God bless. 🙂

  2. amoz
    amoz says:

    ya ngomongin itu yang namanya galau itu aku bt bingung banget masalahnya alonely siapa yang bisa disalahin atau diajak sering selain kepada Dia yang maha segalanya bagi saya meskipun cuman kepuasan rohani aja tapia aku yakin jasmani juga pasti Dia berikan Amin GBU ‘

  3. vale
    vale says:

    Puji Tuhan, renungan ini menegur keras diriku, padahal tanpa sengaja aku membuka link bagian renungan ini dan kemudian jadi membacanya. Akhir-akhir ini aku mulai mempertanyakan kehendak Allah atas berbagai pergumulan yang kurasa sangat mendesakku. Berbagai kesibukan dan deadline yang menumpuk menjadi fokusku beberapa hari ini. Renungan ini mengingatkanku bahwa Allah penuh kasih tidak pernah meninggalkanku,saat ku tidak merasakan hadiratNya itu adalah saat ku pergi keluar dari rencanaNya dan tidak menikmatiNya. Tuhan Yesus memberkati.

  4. Joy
    Joy says:

    Thanks mas,,, renungan ini emang bener” memotivasi saya,,,, hari ini saya juga galau banget karena mikirin besok mau khotbah di ibadah pemuda,,,, galau banget, karena gak ada bahan bwt khotbah besok………

  5. Other Side
    Other Side says:

    cerita yang sama dengan yang saya alami sekarang. Tepatnya adalah beberapa tahun terakhir ini. Saya tidak pernah berani dengan menyebut saya ada pengikut Tuhan yang benar. Saya lebih suka menyebut saya adalah murid Tuhan yang useless (ini bahasa yang paling rendah). Bukan bermaksud untuk menarik simpati orang lain dengan sebutan itu, tapi memang saya punya kebiasaan menghukum diri sendiri untuk memacu diri. Saya sendiri orangnya memang cenderung bandel dan suka mencobai diri dengan maksud untuk menghukum juga. Bingung untuk menceritakannya.

    Beberapa tahun terakhir saya merasa gagal di hobby yang saya sukai. Bahkan saya tidak bisa masuk aktif ke komunitas hobbi yang saya sukai. Padahal sejak kecil hobby saya ini yang hanya itu. hanya itu yang buat saya senang. Sepele kelihatan, kok cuma pusing dengan hobbi. Apa ngga ada hal lain?

    Jawabannya ada. Cerita hoby cuma akibat saja, dari persoalan utama yang saya merasa selalu tidak mampu. hobby adalah pelampiasan atas kegagalan saya di bidang utama, pekerjaan. Kalau orang ada yang melihat, pasti akan mengataakan saya ini tukang mengeluh karena berkat yang saya terima banyak. Tapi bukan itu intinya. Dalam keadaan saya sekarang dimana posisi saya secara umum akan membuat saya seperti “lonely at the top”. Pergulatan batin menangani target dan orang-orang yang selalu meng-challenge saya tiap hari membuat saya kelelahan dan sering terucap kata menyerah.

    Tapi kalau liat sharing saudara di atas, seakan-akan menceritakan apa yang saya alami sekarang. pilihan saya memang apakah hanya akan mengeluh dan merasa tidak mampu atau mempercayakan bahwa peristiwa ini adalah karunia Tuhan? Secara jujur saya terbantu dengan sharing artikel di atas. meski tidak menjawab permasalahan saya, tapi sedikit melegakan bahwa saya tidak sendirian mengalami ini.

    Tapi saya benar-benar berharap saya juga tidak sendirian untuk bisa melewati peristiwa-peristiwa dan masalah hidup ini.

  6. Linda Nainggolan
    Linda Nainggolan says:

    dgn membaca ini aku mnyadari bukan aku saja yg mengalami pergumulan, (pergumulannya mirip sekali 90%) dan aku sadari bahawa hanya krn Tuhan lah hari2 kemaren bisa aku lalui. dan berharap bahwa hari ini dpt melakukan yg baik dan kedepan bisa lebih lagi. baik utk Tuhan, kelg dan pekerjaan.

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *