Merindukan Rumah

Jumat, 6 Januari 2012

Baca: Filipi 1:21-30

Aku didesak dari dua pihak; aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus—itu memang jauh lebih baik. —Filipi 1:23

Ketika putra kami, Stephen, masih anak-anak, ia pergi selama seminggu untuk mengikuti suatu retret musim panas. Namun, dalam minggu itu juga, kami menerima surat darinya yang dialamatkan kepada “Mama dan Papa Crowder” dan tertulis singkat, “Tolong datang dan jemput aku pulang hari ini.” Tentu yang belum dapat dipahami oleh pikiran kanak-kanaknya adalah dibutuhkan waktu berhari-hari bagi surat itu untuk sampai ke alamat kami dan perlu waktu juga bagi kami untuk datang menjemputnya. Yang ada dalam hati mudanya hanyalah kerinduan untuk pulang ke rumah dan bertemu dengan mama-papanya— dan perasaan tersebut dapat jadi terlalu berat bagi seorang anak.

Terkadang kita dapat menjadi seperti Stephen ketika kita berpikir tentang dunia ini. Mudah bagi kita untuk berpikir dengan penuh hasrat tentang berada bersama Yesus dan mulai berharap kita dapat pulang ke “rumah [kita] yang kekal” (Pkh. 12:5) di mana kita akan “bersama-sama dengan Kristus” (Flp. 1:23). Sebagai anak-anak Allah (Yoh. 1:12), kita tahu bahwa dunia ini tidak akan pernah benar-benar menjadi rumah kita. Seperti Rasul Paulus, kita merasa demikian terutama ketika kita menghadapi beratnya berbagai pergumulan hidup. Ketika menunggu untuk diadili di Roma, Paulus menulis, “Aku didesak dari dua pihak: aku ingin pergi dan diam bersama-sama dengan Kristus—itu memang jauh lebih baik” (Flp. 1:23). Paulus suka melayani Kristus, tetapi sebagian dari dirinya rindu untuk tinggal bersama Sang Juruselamat.

Sungguh menghibur ketika mengetahui bahwa kita dapat memikirkan tentang hidup bersama Yesus—di suatu kediaman yang jauh lebih baik. —WEC

Untuk memandang wajah-Nya, inilah tujuanku;
Itulah kerinduan terdalam dari jiwaku;
Lewati badai dan tekanan, aku akan menyusuri jalanku
Sampai aku puas, dengan memandang wajah-Nya! —Chisholm

Tak ada tempat seindah rumah— terutama bila rumah itu adalah surga.

Bagikan Konten Ini
2 replies
  1. Sharee
    Sharee says:

    Puji Tuhan.
    Ketika saya membaca renungan ini, saya teringat lagu “Tabur Waktu Pagi” dari Nyanyikanlah Kidung Baru (NKB) 208 baitnya yang pertama..

    Tabur waktu pagi, tabur benih kasih
    Tabur waktu siang, trus sampai senja
    Nantikan tuaian pada musim panen
    Kita kan bersuka bawa berkasnya

    Makna dibalik lirik lagu ini bagi saya adalah bahwa teruslah bekerja di dunia ini sesuai dengan apa yang Allah kehendaki bagi kita dan demi kemuliaan Allah. Dan ketika tiba saatnya kita “pulang”, kita membawa semua “tuaian” kita di hadapan Bapa dan “tinggal” bersama-sama dgn Dia di Surga..

    Sungguh luar biasa..!

    Mari kita semua mengerjakan pekerjaan kita di dunia ini dengan memberi yang terbaik 🙂 😀

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *