Damai

Minggu, 4 Desember 2011

Baca: Kolose 1:19-29

Juga kamu yang dahulu hidup jauh dari Allah . . . , sekarang diperdamaikan- Nya. —Kolose 1:21-22

Pada masa hidup Adam dan Hawa, kedamaian sirna. Segera setelah memakan buah terlarang dan menyadari bahwa mereka telanjang, keduanya mulai saling menyalahkan (Kej. 3:12-13) dan mengawali timbulnya pertikaian di tengah planet Allah yang damai. Yang menyedihkan, semua keturunan mereka, termasuk kita, telah mengikuti teladan buruk mereka. Kita menyalahkan orang lain atas pilihan-pilihan kita yang buruk dan kita marah ketika tidak ada orang yang bersedia menanggung kesalahan tersebut. Menyalahkan orang lain atas ketidakbahagiaan yang kita alami dapat memecah belah keluarga, gereja, komunitas, dan bangsa kita. Kita tidak dapat menciptakan kedamaian karena kita terlalu sibuk mencari kambing hitam.

Natal adalah masa damai. Perjanjian Lama menceritakan bagaimana Allah mempunyai rencana untuk kedatangan Sang Raja Damai (Yes. 9:5). Yesus datang untuk memutuskan siklus dosa dan sikap saling menyalahkan dengan cara memperdamaikan kita dengan Allah “oleh darah salib Kristus” (Kol. 1:20). Alih-alih menyalahkan kita atas semua kesulitan yang kita akibatkan, Dia justru menanggung kesalahan kita semua. Sekarang Dia merekrut para pengikut yang, oleh karena telah menerima pengampunan-Nya, ingin supaya orang lain menerimanya juga.

Ketika kita menerima pengampunan dari Allah, kita kehilangan keengganan kita untuk mengampuni orang lain. Dan ketika kita hidup dalam damai dengan Allah, kita pun rindu untuk berdamai dengan sesama. Kita dapat memberi sekaligus menerima hadiah “damai” di masa Natal ini. —JAL

Di masa Natal kita merayakan
Kehadiran Sang Raja Damai;
Meski kini dunia kita penuh perselisihan,
Suatu hari Dia akan menghapuskan semua pertikaian. —Sper

Yesus menggantikan tempat kita untuk memberi kita damai-Nya.

Bagikan Konten Ini
2 replies

Bagikan Komentar Kamu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *