Ulasan Buku “Sorotan Iman”: Lidia, Seorang Wanita Karier
Ulasan Buku “Sorotan Iman” Bab 5, oleh Anita Trilestari
Emansipasi wanita yang dilakukan oleh salah satu pahlawan wanita Indonesia, R. A. Kartini, berdampak besar bagi Indonesia. Derajat wanita yang dulunya dipandang sebelah mata kini mulai diperhitungkan.
Begitu pula Lidia, seorang tokoh Alkitab yang juga menaikkan derajat wanita pada masanya.
Lidia berasal dari kota bernama Tiatira, provinsi Lidia di Asia Kecil alias Turki Modern, di mana provinsi ini adalah tempat paling subur dan kaya di Asia Kecil. Lingkungan yang sangat mendukung untuk memulai bisnis!
Sebagai kota perdagangan di masa tersebut, tentunya Tiatira menghadapi masalah yang sama seperti Indonesia, yaitu pluralisme. Pluralisme yang ada di Tiatira merupakan suatu ujian besar bagi iman Lidia pada Tuhan. Namun tentu saja, iman Lidia yang kuat tak tergoyahkan di tempatnya berasal.
Lalu apa yang membuat Lidia pindah ke Filipi?
Lidia memiliki banyak alasan untuk melakukan perpindahan ke Filipi. Salah satunya adalah karena Filipi memiliki pandangan yang lebih luas tentang hak-hak wanita, terutama perihal wanita karier, daripada di Asia Kecil. Filipi sebagai ibukota Makedonia, salah satu daerah di Eropa, memiliki pandangan yang lebih terbuka perihal wanita karier, tentunya membawa keuntungan yang lebih pada bisnis Lidia.
Di kota ini, Lidia dikenal sebagai “penjual kain ungu dari kota Tiatira”. Sebutan ini menunjukkan bahwa ia telah berhasil menjalankan usahanya. Keberhasilan Lidia dalam bisnis tak membuatnya lupa akan Tuhan yang selalu membimbingnya.
“Lidia mendapatkan kehormatan sebagai orang pertama yang menjadi Kristen di tanah Eropa, dan pelopor dari semua orang di Barat yang datang kepada Kristus setelah itu,” tulis Bill Crowder. Lidia menerima Paulus dan pengikutnya saat mereka berada di Filipi. Ia memberikan sebagian dari kekayaannya untuk membantu penyebaran injil.
Banyak tokoh Alkitab yang disorot karena ia berjuang melawan nasib yang tidak menguntungkan dirinya demi mempertahankan iman. Namun, Lidia adalah contoh dari orang yang memiliki kehidupan “nyaman” dan tetap beriman kepada Tuhan. Ia tidak jatuh dalam “kenyamanannya” dan mengabaikan Tuhan yang telah memberikan “kenyamanan” tersebut.
“Biarpun kita sangat sukses, kita tidak akan benar-benar mengalami kesuksesan sebelum kita datang kepada Kristus,” ungkap Bill Crowder. Aku sangat setuju dengan hal itu karena “kenyamanan” dan kesuksesan yang sekarang kita rasakan hanyalah sementara, sedangkan beribadah kepada Tuhan dan percaya kepada-Nya membuat kita “nyaman” sampai selama-lamanya, yaitu hidup kekal bersama Tuhan.
Latar belakang LIDIA dan penyerahan hidupnya sungguh memberkati saya